Suasana

12.1K 2.1K 158
                                    














Jungkook merasa brengsek. Jelas.

Kali ini, Taehyung tidur lelap diatas sofa ruang tengah dalam keadaan borjuis. Bukan, tapi mirip gembel dengan telanjang dada dan celana piyama sebatas pinggul.

Sebenarnya sih, ada niat untuk bangunin. Tapi, ya. Biarin aja begini.

"Lelap sekali, bangun," tangan terulur, menyibak poni Taehyung yang memanjang tutup setengah matanya, tapi yang dipanggil bahkan masih tidur lelap. Gak berkutik.

Oh, untuk kali ini Jungkook mengalah biar Taehyung menginap lagi dan tidur di sofa ruang tengah. Gak tega, sebenarnya.

Jungkook mengubah posisi, duduk melipat kaki dibawah sofa menghadap Taehyung. Memperhatikan lamat-lamat.

Taehyung gak berubah. Masih sama seperti jaman menengah atas, tidur terlalu tenang. Hembusan nafasnya gak berisik. 

Wah, sekelebat memori waktu sma lewat lagi.

"Harusnya kamu tuh sekarang punya pacar baru,"

Jungkook bilang begini? Iya, sesuatu jackpot yang didapat Taehyung saat tidur sayangnya. Tangan yang sibuk menepuk halus puncak kepala Taehyung, dan mata yang masih memperhatikan.

"Bodoh pilihnya disini, gak cukup sakit hati?"

Semacam monolog, tersenyum sedikit geli sama kata-kata sendiri. Entah Taehyung dengar atau nggak, ada perasaan untuk gak peduli.

Jujur, ini kata-kata yang tertahan beberapa lamanya semenjak pertemuan mereka kembali.

Kata-kata berupa pertanyaan, kenapa?


Taehyung masih mau kembali, kenapa?

Jungkook pantas untuk dikejar?

Kurang brengsek apa dia di dua tahun yang lalu, bilang selesai karena semuanya salahㅡdan pergi tanpa ucapan sampai jumpa dengan Taehyungnya?

Hoi, pertanyaan diatas memang inti dari segala cerita,sebenarnya.

"Taehyung bodoh, idiot."

Jungkook bergumam, jarinya cubit sekilas pipi tirus Taehyung dan cowok itu sedikit responsif dari tidurnya.

"Idiot, kamu idiot,"

"ㅡHarusnya gak usah ketemu lagi,"




Sepercik rasa bahagia dengan kenyataan yang berlawanan dari kata-katanya, matanya terasa berair.

Jungkook disini limit, mulai sadar dia punya perasaan rindu yang ditahan. Berhari-hari dan lewat bertahun-tahun.

Berulang kali coba untuk lupa soal Taehyung yang jadi memori di masa sekolah.

Menutup diri, dan sekarang bertemu lagi. Bahkan Taehyung didepannya, tidur disofa ruang tengah, bersikap seperti biasa. Dengan gamblang berperilaku masih sama,

Jungkook disini memang merasa disayang.

Dan dia jauh lebih sayang.












"Ngapain nangis?"

Jungkook bungkam, gak menjawab. Padahal masih pagi, tapi pipinya basah. Pikirannya sendiri buat hati sesak. Taehyung sudah sadar, buka mata tatap dia datar,

Masih ngantuk terus melihat orang nangis didepan mata. Taehyung paginya kelam. Tapi manis juga, ya serba salah.


"Jungkook, Kookie?"

Gelengan kepala jadi jawaban, Jungkook usap pipinya yang basah cepat. Ada sesenggukkan yang terdengar, waduh. Jungkook limit beneran, Taehyung lantas mengulurkan tangannya sendiri.

"Jangan nangis, udah."

Jungkook sedikit tepis tangan Taehyung yang cubit pipinya, lantas empunya terkekeh, "Aku gak perkosa kamu waktu tidur kan?"

"Gaklah, gila."

"Gimana gak gila, ada manusia nangis didepanku, dikira aku ngapain anak orangㅡaduh"

Tangan Taehyung digigit, reflek meringis tapi pergelangan tangannya dipegang kuat, jarinya saling bertaut. Jungkook menatap, dengan mata berair dan hidung yang merah.

Ah sialan, gemas.

"Apa? Kenapa?" Taehyung sedikit mendekat wajahnya, jangan lupa posisi masih tidur diatas sofa.

"Kamu idiot, mati."

"He, aku mati kamu nangis lagi."

"Gak, pacar barumu yang nangis nanti."


Taehyung mencebik, tangan yang bertaut sekilas diangkat dan punggung tangan Jungkook ditaruh diatas pipinya sendiri.


"Pacar, pacar pacar terus omonganmu,"

"Kamu homo," Jungkook tadinya mellow, bahkan sekarang ketusnya kembali lagi. Ucapannya pedas ya, sedikit menusuk hati.

"Sama kamu kan homonya? Kurang?"

"Gak usah ngomong,"

"Ya nangis lagi, sana nangis lagi,"


Tatapan sengit dari Jungkook. Tapi tangan yang ada dipipi Taehyung gak berpindah, genggaman semakin kuat. Kan heran, percakapan segitu musuhnya. Sial.


"Bodoh aku nangis depanmu,"

"Ya memang,"

"Kamu harus cari pacar baru, Tae"

"Siapa kamu berani suruh-suruh,"


Jari Taehyung bermain digenggaman tangan keduanya. Betah posisi begini ya sialan, masih pagi.


Jungkook bungkam, Taehyung beralih pasang senyum tipis. Dia memang gak tahu Jungkook tadi buang air mata karena apa. Gak ada niat tanya, hanya ada niat hibur sampai Jungkooknya kembali seperti semula.

Dibanding tanya tapi ternyata membuka luka lama.


"Taehyung,"

"Ya?"

Dua tahun lalu gak sakit hati?

Pertanyaannya mengambang, Taehyung menatap tunggu ucapan lanjut. Beralih Jungkook geleng sekilas, tanyanya nanti.

Iya, nanti. Masih banyak kesempatan.


"Gak jadi,"

Taehyung mendecih, "Waktuku dibuang lima detik,"

"Aku ganti lima detiknya jadi satu menit kamu mainin jariku." Jungkook remas sekilas jari Taehyung yang sibuk bermain disela-sela jarinya.

"Jarimu halus, pasti gak pernah cuci baju sendiri."

"Laundry,"

"Ya tau uangnya banyak,"

"Belajar menabung,"

"Iya oke, terserahmu manis."



Ah, tadi Jungkook mellow sendiri. Sekarang suasana cepat berubah. Rasanya percuma buang air mata, tapi dari dasar hatiㅡJungkook senang.

Iya, setelah belasan chapter. Jungkook baru mengaku senang. Sialan ya, Taehyung hati tangguh.























ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
🎼The love song when we parted-MIND U

Hujan lo, niat keramas jadi hilang seketika :)
Jadi yaㅡsedang dalam mood mellow di siang hari yang mendung.

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang