Papa

8.8K 1.6K 194
                                    














Sekarang, Jungkook mau tenggelam dari bumi. Dibanding harus berada di tengah-tengah keadaan yang luar biasa canggung.

Iya ,akhirnya si papa masuk kedalam dengan keadaan Jungkook pasrah apa yang selanjutnya terjadi. Gak mau urus, tapi harus diurus.


Tolong, Jungkook harusnya sekarang stres soal kampus ㅠㅠ


"Jadi kamu siapa, anak muda? Rasanya saya pernah lihat,"

Si papa mulai melontarkan pertanyaan sambil mengambil satu puntung rokok dari saku jasnyaㅡtipe karyawan penting.

Taehyung, sebagai bintang kelas zaman dulu lantas memasang senyum. Seolah biasa saja, dan mengulurkan tangan pada pria paruh baya yang duduk rapi di sofa tengah sambil melipat kaki dengan gagah.


Peot sia wae.


"Selamat sore, om. Saya Taehyung, turunan keluarga Kim dari distrik Geochang."

Papa, kepala keluarga Jeon dengan paras tampan yang masih kentara, melirik uluran tangan Taehyung nyaris sinis,

"Selamat sore? TemannyaㅡJungkook?"

Nah, begini. Pasti ada kejadian segini menegangkan dalam proses pacaran berpacaran. Ribet, lebih memilih jomblo kan?

Tapi Taehyung lagi memasang senyum, mengangguk sopan sekali dengan etika baikㅡmemperlihatkan bagaimana ekstistensi seorang Kim yang sebenarnya,

"Ya, teman hidup, om."

Sampah, Jungkook memejamkan mata sambil menghela nafas berusaha sabar. Dan si papa menaikkan alis sebelah, tanda tertarik dengan pembicaraan yang mulai mengarah jauh kedalam.


"Teman hidup? Kamu apain anak saya?"

Anti klimaks sekali si bapak nanyanya, dan Taehyung lantas mengedikkan bahu,

"Belum saya apa-apain, ayo jabat tangan dulu. Sakit om, hehe."

Cengiran Taehyung tanpa dosa, sumpah bodoh. Jungkook mendecih lantas badannya senderan kurang ajar di sofa, rasa canggung mulai berkurang,

Dan si papa terkekeh ketika akhirnya mengulurkan tangan, menyambut jabatan tangan anak muda di depannya yakin,

"Yasudah teman hidup, saya papanya. Tapi belum restu, jangan kurang ajar."

"Ah? Restu yang gimana?" Taehyung tanya retorik,

Si papa menghembuskan asap rokoknya, "Restu jadi teman hidup."



Jungkook mendelik, lantas duduk tegap dari posisinya, melirik si papa dan si pacar bergantian, bingung setengah mati.

"Papa, teman hidup apaan? Dia tadi bercandaㅡ"

"Oke om, ditunggu restunya. Sampai saya umur dua puluh empat ya?"


Perkataan Jungkook terpotong tragis, begini pula rasanya jadi pihak yang terpinang, bergantung hidup sama yang berbicara, tidak tahu menahu bahwa setengah mati canggung dan takut,

Halah pinang,


"Mau apa kami dua puluh empat?"

"Minta restu dari bapak Jeon terhormat, untuk memiliki anak laki-laki semata wayang untuk jadi teman hidup."

Jungkook merasa bodoh untuk lega sesaat, sekarang tambah waswas. Tolong, siapapun harus coba jadi Jungkookㅡuntuk momen sekarang tapi, yang lain lewat.


Tentang argumen keduanya yang lantas hening, berganti kekeh si papa karena uniknya anak muda di depannya,

"Haha, jangan main-main, Kim. Saya tau papamu."

"Wah bagus, bisa jadi besan om. Besan goals."

Sampah lagi, Taehyung berucap dengan jari membentuk gestur ok, santai, bebas dan tenang.

Dan si papa sukses tertawa, disambut kekeh Taehyung karena merasa berhasil menghibur, dan pembicaraan penting menegangkan tadi sekedar lewat,


Sosialita yang terlatih, bahkan rasanya sekarang Jungkook untuk menyahut pun rasanya berat. Dalam hati salut, binar polos matanya menatap Taehyung diamㅡyang sibuk tersenyum kepada si papa.



Ah sialan, jatuh cinta memang.


Otak keduanya berpikir hal yang sama.


















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Kasmaran begitu lho, mbaknya.
WKWKWKWK
Kangen nih, apa kabar kalian? Pejuang SBM inget belajar ya cintaku(?)♡♡♡♡

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang