Sahabat?

12.2K 1.9K 203
                                    















"Pacaran?"


Pertanyaan Jimin dapat jawaban gelengan kepala, Taehyung hela nafas sekilas menghembuskan asap. Buku besar tertata rapi didepan mata, terbuka dan menampilkan deretan tulisan entah apa yang berhubungan dengan teoriㅡsejarah, percayalah. Taehyung asal ambil.

Perpustakaan di siang hari, hanya ada segelintir orang yang duduk rapi dimeja tengah. Mereka berdua disini, duduk dimeja paling pojok bebas rokok, bersebelahan dengan jendela besar yang menampilkan pemandangan kota malam hari.


Jimin mendecih, "Begitu-begitu dia bukan monopoli, Tae."

"Gue kira dia masih mau bebas,"

"Tau dari?"

"Feeling,"


Taehyung memandang keluar jendela, sebenarnya menatap pantulan diri di kaca. Sadar diri ternyata cukup mengenaskan untuk dibilang manusia, rambutnya berantakan. Iya, masih ganteng.

Jimin geleng kepalanya, menutup buku tebal teori manajemen dan menyingkirkan dari pandangan. Sebenarnya kedua buku itu sebagai visualitas untuk penjaga perpustakaan yang biasanya nengok mengawasi.

"Maju dong, sahabat." Jimin menjetikkan jari sekilas,

"ㅡLogis dunia harus lo lawan, pilih maju atau tutup masa lalu."

"Lagi gak minat keduanya," Taehyung menguap, kepala menyender di kaca jendela, seolah dramatis. Meratapi embun kaca, padahal hanya salju deras yang turun didepan mata.

Jimin mendengus. Sahabat sehidup semati antara payah atau memang malas? Pertama kali, Taehyung terlihat sebegini jatuh cinta tapi gak niat. Membingungkan, jelas.

"Lalu? Begini aja? Datar, gak ada kemajuan."

"Nikmati dulu," Taehyung tersenyum tipis, melipat tangan di dada. Tatapan mengerling kearah Jimin, dibalas gelengan kepala geli. Jimin melempar sekilas bekas puntung rokok kearah manusia di depannya.

"Taehyung,"

"Apa, sahabat."

"Wajar Jungkook memilih pergi dari manusia macam lo,"


Wah menohok sekali, Taehyung melirik datar. Moodnya tersenggol, iya berusaha mengerti. Jimin kan teman, terbiasa celetuk gak tau tempat.

"Lalu?"

Jimin mendengus, "Kenyataan, jangan payah karena cinta." tendang sekilas kursi Taehyung dari bawah meja sampai cowok itu sedikit terdorong dari tempatnya.

"Ya, makasih kenyataannya,"

"Sadar diri. Mau sampai kapan anak orang digantung?"

Jimin menyulut puntung rokok barunya dengan pematik, hembusan asap. Taehyung masih tatap datar, mencerna omongan Jimin di otak. Loading, lumayan.

"Pacaran bukan segalanya kok,"

Kalimat terakhir dari Taehyung, cowok itu memandang lagi pemandangan diluar jendela. Salju masih turun, awan bahkan sedikit mendung. Cocok sama suasana hati.

Jimin reflek terkekeh, sedikit batuk diakhir karena tersedak asap rokoknya sendiri, bodoh.

"Bukan segalanya? Jungkook segalanya atau nggak?"

"Nyaris jadi setengah nyawa, Jim."

Iya, ini Taehyung. Pemikiran terlalu sederhana dan terlanjur bebas. Usia pas dua puluh tahun, di masa bingung antara dewasa dan labilnya bocah menengah atas. Jimin paham.

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang