Dia ada

14.4K 2.5K 202
                                    








*bukan kilas balik.
















●●

Pintu apartemen dibuka, Jungkook nyaris terkesiap karena manusia yang berdiri didepan. Tinggi, dengan blazer hitam yang membalut tubuh.

Hanya kemeja kuning dibalut blazer hitamnya yang mencolok.

Kembali lagi di masa sekarang, Jungkook beralih hela nafas panjang.

"Jam segini didepan pintu orang buat apa?"

"Tunggu yang punya kamar keluar,"

"Tau idiot?"

Taehyung gelengin kepala sekilas, rokok dinyalakan pematik sambil dipegang dengan jari. Jungkook bahkan memperhatikan sejenak,

Dia udah rapi, niat pergi keluar gedung apartemen untuk cari makanan dan berpetualang sendiri. Ternyata ada manusia lain yang diam tenang didepan pintunya nyaris penguntit.

"Mau pergi kemana?"

"Gak usah tau,"

"Jelas harus tau,"

"Siapa kamu?"

"Mantan teman sekelas,"


Hembusan asap cuek, Jungkook sedikit mendengus. Merasa nyesel juga kenapa diladenin, harusnya langkah kakinya bisa minggir ke kanan sedikit dan jalan kearah lift.

Tapi ya, ada keinginan internal supaya gak melangkah.

"Ayo bilang, mau kemana?"

"Cari makan,"

Taehyung menaikkan alis sebelah, "Cari makan jam segini?"

"Minggir, Jungkook kemudian niat melangkah ke kanan, tapi pundak Taehyung menghalangi,

"Gak mau,"

"Tae,"

"Iya?"

Masih sama. Jelas. Keras kepala dan sifat polos yang terlalu kentara. Taehyung terlalu khas, bahkan tatapan gak bersalah terpampang jelas dimatanya. Bulu mata lentik dan panjang yang tambah kadar tampan,

Jungkook menatap intens Taehyung, sadar sedikit orang ini memang ganteng.

Bodo, gak itu maksudnya.

Bukan saat ini Jungkook menanggapi pesonanya dia soal Taehyung, tapi gimana caranya dia lolos dan makan dengan tenang.

"Minggir, Taehyung. Mau cari makan,"

"Barengan,"

"Gak sudi, minggir."

"Aku traktir semua,"

Mama pernah bilang jangan tolak rejeki.

















;

"Harga dirimu seharga tiga ratus lima puluh ribu,"

Celetukkan Taehyung datar sekali, gak ada tanggapan. Jungkook cuma melanjutkan makannya yang puas sekali didepan mata. Banyak dan menggiur iman.

Taehyung gak berfokus dimakanan. Sayangnya. Bahkan bill yang dipegang dijemari panjang akhirnya gak ditatap lagi, Taehyung terlalu asik memandang Jungkook yang sibuk habisin makan.

"Kurang? Tambah lagi," Taehyung manggut dagu sekilas, Jungkook reflek gelengin kepala,

"Udah cukup. Jangan ngomong harga diri, coba kaca sendiri."

Jungkook level sassy, merunduk lagi lanjutin makanannya. Taehyung diam sebentar sebelum terkekeh kemudian, "Harga dirimu aku bilang tiga ratus lima puluh ribu,"

"Perlu aku tau?"

Angguk sekilas, Taehyung tunjuk bill yang dipegang.

"Tadi katanya gak mau barengan, tapi sukses ikut karena traktiran,"

Jungkook terakhir minum air mineral dari gelas bening dan mengedikkan bahu jadi jawaban. "Jangan tolak rejeki."

"Perfeksionis,"

"Peduliku?"

"Iya, cocok jadi manis terakhir."

Sampah beberapa puntung rokok dilempar ke bajunya. Terbayang ada suara frustasi Taehyung karena blazer hitam kena sisa abu rokok yang mengganggu.

Jungkook diam, lama sekali. Gak peduli dia tadi ngapain, bahkan berujung Taehyung bangun dari tempat duduknya untuk cari tante dagangnya minta lap basah.

Matanya memperhatikan, Taehyung benar gak berubah. Gak suka abu rokok tapi sendirinya perokok.

"Bersihin, tanggung jawab,"

Ada lemparan lap basah nyaris kena wajah, Jungkook memejamkan mata sekilas tahan emosi. Lalu tarik baju Taehyung mendekat kearahnya,



Masih sama, pemandangan wajah Jungkook didepan resleting celana, merunduk dan otak Taehyung melayang entah kemana.

"Kook,"

"?"

"Udah suka seseorang?"


Jawaban Jungkook cuma mengedikkan bahu, dan mereka gak sadar baru saja melewati kencan malam ditanggal 17 Desember.










ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Kopi mekdi. Gak ada es cone jam segini. Yuk bobo.

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang