Aktivitas.

11.5K 1.8K 96
                                    














"Halo."

Universitas hari ini cukup ramai. Meskipun malam, beberapa organisasi masih beraktifitas. Terutama seseorang yang sibuk menata beberapa jurnal yang ada dipelukan.

Rambut dengan poni cepak dibiarkan menjuntai sedikit basah karena keringat. Hari padahal cukup dingin, sialan kan. Keringat dirasa menusuk kulit.

"Jungkook,"

"Ya?"

"Punya pacar?"

Tangan yang tadinya sibuk menata dan menghitung lembaran demi lembaran seketika berhenti, menatap si teman yang balas tatap penasaran.

"Buat apa kamu tanya?"

"Habis, ada manusia asing diluar pintu."

"Lalu hubungannya?"

Si teman menggaruk pipi sedikit ragu, melangkah mundur sejenak.

"Katanya pacarmu. Dia disana nyaris tiga jamㅡ"

"Ngapain?" Jurnal yang ada dipelukan lantas dibanting kasar diatas meja, si teman agak terkejut. Iya Jungkook gawat, tumben dan terlihat menggemaskan.

"Entahㅡ? Kusuruh pulang gak mau,"

"Baru bilang aku kenapa sekarang?"

Si teman menyilangkan kedua jari telunjuk didepan mulut, menatap Jungkook yang melipat tangan di dada tahan kesal. Wajah manisnya jadi merah padam, lucu.

"Dilarang bilang."

















;

"Wah, sudah pulang?"

"Tae,"

"Apa, sayang."

Jungkook memejamkan mata sekilas, meniup poni hitamnya keatas. Percaya penampilan Taehyung sekedar t-shirt merah dan jeans biru donker. Simple, tas selempang di bahu menampilkan sosok mahasiswa kupu-kupu.


"Ngapain kesini?"

"Jemput kamu,"

"Aku pulang malam, Tae."

"Ya aku tunggu,"

Jungkook mendecih, "Sok tunggu. Biasanya juga protes gak sabar."

Taehyung mengedikkan bahu, rokok diujung bibir abunya memanjang jatuh ketanah. Jungkook memperhatikan sambil melipat tangan di dada, beralih senderan di tembok dengan lengan.

"Taehyung,"

"Apa,"

"Kolot."

Umpatan pelan dari Jungkook, Taehyung balas mengetuk pelan kepala sang pacar. Menghembuskan asap, halus. Sedikit merunduk,

"Daripada bilang kolot kolot, lebih baik kamu selesaikan dengan cepat lalu makan. Aku lapar, tau perutku bergejolak?"

Jungkook mencebik, kaki tendang tulang kering didepan. Ringisan merana Kim Taehyung, patut kasihan. Tapi tega, yasudah.

Ya cium pipi berhasil berhenti kok, ringisan lebay Taehyung sedetik kemudian hilang.
















;

"Oh, pacarku sekretaris?"

"Dilantik bulan lalu,"

"Kerjanya berat?"

Jungkook mengedikkan bahu, kaki melangkah dijalan setapak. Membiarkan Taehyung gandeng sebelah tangan, genggaman lebih tepat.

Hangat, musim dingin sebentar lagi habis. Bulan Februari dekat bahkan.



"Jadi, mau ketemu papa kapan?"

"Ngapain?"

"Biar papa tau kamu."


Ah, Taehyung nyaris lupa eksitensi seorang papa dalam kamus Jungkook. Seorang hero yang jadi jagoan dalam hidup, dan musuh dibalik selimut kandasnya asmara perpacaran zaman menengah atas.

Taehyung konotasinya memang berlebihan, tapi memang begitu kenyataan. Berakhir berdehem sedikit, mengambil tangan pacar lalu punggung tangan dicium sekilas.



"Sekarang juga siap, mau?"

"Gak jadi, gak jadi pacaran sekalian."


Taehyung terkekeh, Jungkook berhasil merengut kesal. Sudah aktifitas kuliah terganggu, sekarang tahan pikiran soal pertemuan Taehyung dengan papa.

"Ya santai, kamu pacarku baru seminggu."

"Baru seminggu?"

"Tiga tahun lebih seminggu."

"Ngapain banyak?"

Rokok habis jatuh ketanah terinjak sneakers hitam kesukaan Taehyung. Saling tatap sejenak keduanya, lalu Taehyung mengedikkan bahu.

"Yang tanpa status anggap jadian."

"Seenakmu."

"Ya apa juga artinya status, kamu di otakku selama itu kok."

"Otak apa hati?"

"Keduanya."






Percayalah, beberapa orang lewat daritadi memperhatikan dengan raut wajah menahan gemas.  Pasangan ini lewat dengan mantel tebal dan bulu dipinggiran tudung. Tangan digandeng tertutup lengan mantel terlihat gempal.

Bulu kembar berjalan.

Apalagi tawa keduanya ribut cukup lucu, sudahlah.



























ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Kata Dilan rindu itu berat.
Kataku konflik itu verat.
Sudala ヽ(`Д´)ノ

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang