Seseorang.

11.2K 1.9K 244
                                    











Erika, wanita campuran oriental dan amerika. Cantik, sifatnya amat baik. Dan selalu berusaha tidak merepotkan orang lain, meskipun pada akhirnya ada satu bantuan yang dimintanya pada Jungkook.

Saat menengah atas, Jungkook menyerah akan Taehyung dan memberikan kontak pemuda itu secara cuma-cuma. Well? Mereka terjalin dalam hubungan,

"Lama tidak bertemu, sombong sekali!"

Tidak. Jungkook tidak pernah menyesal tentang memberikan bantuan kepada teman terdekatnya. Teman yang pernah mengisi hati sebelum Taehyung masuk kedalam hidupnya,

Dan Jungkook hanya bisa memasang senyuman bodoh ketika Erika kali ini datang kembali didepannya. Dengan pakaian kasual musim dingin yang terlihat dewasa, rambut panjangnya terurai dan sedikit basah karena salju.

Iya, cantik sekali.

"Mau coba ke cafe sebelah sana? Aku bosan, ngomong-ngomong."

Jungkook angguk sekilas,  "Boleh? Sekalian ngobrol sedikit ya?"

"Iyalah. Apa kabar sekarang ya pemuda Jeon yang sebentar lagi menjabat perusahaan?"

Jungkook lantas terkekeh, "Berlebihan. Masih biasa saja."

Erika berdecak sambil sedikit menyikut, "Malu-malumu masih sama. Ada pacar?"

Wah.

Jungkook hanya beralih menggaruk sedikit tengkuk lehernya. Tidak menjawab dan Erika lantas tertawa menarik tangannya menjauh menuju cafe pinggiran kota.

Apa jadinya jika wanita ini tau yang sebenarnya? Jungkook mati ditempat?













;

"Begitulah. Sistem negeri paman Sam memang bebas." Erika mengetuk sedikit hidungnya yang ditindik dengan permata yang bersinar. Jungkook sedikit mengangguk mengerti,

"Maka, tindikan baru? Kukira Erika takut dengan yang begitu."

Erika lantas terkekeh, "Hei, ngejek ya."

"Gak kok. Dulu kan, dengan mami lab saja takut."

"Itu beda lagi. Mami lab monster! Bahkan yang berani lawan dia cuma Taehyung doang!"


Wah, ada nama si hidung belang. Jungkook mau lari rasanya, bentur kepala kuat-kuat dan menghilang dari bumi. Tapi logika Jungkook masih bekerja, kan bodoh.

Erika sedikit tertawa, sadar mengucapkan nama seseorang yang cukup familiar. "Apa kabar ya, si blingsatan itu."

"Paling oke-oke saja."

"Tau darimana?"

Sruput Jungkook di gelas Americano dingin berhenti, memejamkan mata sekilas sadar salah omong. Gila, yang begini bisa membuat mati muda.

Erika masih menunggu jawaban, mengaduk coklat panas di mug putihnya.

"Hoi, kok diam."

Tepukan ditangannya sekilas, Jungkook menoleh dan menatap Erika. "Ahㅡitu,"

"Jeon?"

Ada suara berat yang muncul, tepat dibelakang Erika. Jungkook mendelik, Erika dengan cepat menoleh sebelum Jungkook memberikan gestur jangan.

Petaka, tatapan keduanya terlihat kaget.






;

"Jadi, kalian coba jelasin."

Erika mengetuk sendok kecil putih diatas meja. Jungkook mengalihkan pandangan tidak menjawab, brengsek. Taehyung muncul disaat begini bahkan duduk disampingnya santai sekali.

"Jelasin apa, Erika?"

Suara dalam Taehyung kembali menyahut, Erika mengernyit kesal. Wajah cowok ini terlalu datar dan terlalu mengesalkan, sangat amat tidak berekspresi dan tidak ada rasa bersalah barang sedikitpun.

"Jelasin, semuanya. Kalian berduaㅡkenal? Dekat sekali? Sampai sekarang? Jungkook bahkan gak ada cerita apapun!"

"Kamu gak sepenting itu sih,"

Taehyung berujar santai, mulutnya pedas. Jungkook mendelik dan lantas memukul pundak pemuda disampingnya ini kuat.

"Aw!ㅡkenapa main pukul sih?!"

"Dia cewek, Kim! Jaga mulut!"

"Terus kenapaㅡck."

Mengalah sih pada akhirnya, Taehyung bahkan tidak melanjutkan debat melihat tatapan Jungkook amat sengit. Lantas berdecak mengakhiri lalu senderan kurang ajar disofa cafe.

Erika memperhatikan, sedikit tertohok dengan kalimat Taehyung yang lugas sekali. Tahu kok, karakternya memang segini kasar.

Dan lumayan lucu? Untuk ukuran Taehyung yang langsung diam begitu dibentak seorang Jeon Jungkook.

"Jadi beginiㅡErika." Jungkook menarik nafasnya, Erika alis sebelahnya naik. Mengetuk-ngetuk sendok diatas meja dan hatinya ikut berdegub,

"Taehyungㅡ"

"Pacarnya Jeon Jungkook."


Siapa lagi, yang celetuk kurang ajar dan timbul keributan di cafe seorang biru yang reflek memijat kepalanya sendiri.

Sumpah mati, pelakunya pasti dari sohib seorang Park Jimin.




















;

"Hei, kok marah lho."

Tidak menjawab, pegangan tangan ditepis. Berjalan cepat menembus dinginnya malam hari, Taehyung berusaha menyamakan langkah.

"Jeon?"

"Berisik, musnah. Mati sana. Jangan muncul depanku, benci kamu."

Pedas, Taehyung mengerjap begitu Jungkook melempar segitu banyak kata pedas kearahnya setelah keduanya menghentikan langkah. Kan sakit hati, tapi sayang sekali Taehyung tidak terlalu perasa untuk berubah emosi.


"Kenapa aku harus mati?"

"Orang bodo, gak usah disini. Jangan didepanku, pergi!" Tangan lagi-lagi ditepis, Taehyung mengernyit. Jungkook galak dan brutal kan buat bingung sendiri,

"Oke, kamu marah kan. Tapi jangan kasar gituㅡbahkan Erika tadiㅡ"

"Jangan bilang namanya sama mulut kotormu."

"Iya, wanita oriental campuran amerika tadiㅡbahkan gak marah sama sekali danㅡ"


Jungkook memijat pelipisnya mengernyit kesal, kaki terangkat dan reflek menendang tulang kering pemuda didepannya yang meringis telak pada akhirnya.

Brutal, mati.

"Aduhㅡsakit bangsat!"

"Makanya benerin bawa mulut,"

"Aku salah ngomong apaㅡbangsat sakit."

Taehyung meringis merana. Jungkook mendengus sambil melipat tangan didada, "Bilang kamu pacarku depan Erika."

"Memang salah?" Taehyung masih merunduk mengelus kakinya yang malang.

"Salah untuk situasi tadi, Kim."

"Lalu mau sampai kapan sembunyi sama duniamu?"

"Sampaiㅡtunggu, jangan kamu yang marah!"

"Tau ah, terserah bangsat sakit sekali sialan,"

Taehyung lantas melenggang pergi sedikit terseok. Langkahnya susah, bahu Jungkook tertabrak sebelah. Menggeram kesal, Jungkook lantas balik badan menyusul Taehyung,

Sok marah sih, ya kapan selesai.
























ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Kapan selesainya dong bos. Kepingin fuyunghai jam segini. Yolo.
Selamat malam kalian para manisku

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang