Really I Love You - Chapter 4

494 74 1
                                    

Kicauan burung yang terdengar berisik pagi itu membangunkan IU. Gadis itu masih menggulung tubuhnya dengan selimut. Perlahan, ia menarik selimut yang menutupi wajahnya dan membuka mata dengan berat.

Langit-langit kamar menjadi hal pertama yang dilihatnya. Ia menghela napas cukup panjang. Ingatan pertemuannya dengan Jiyong dan Taeyang semalam kembali menyerangnya.

“Jiyong-ah, menurutku, kau bisa berpura-pura berpacaran dengannya!” tunjuk Taeyang tiba-tiba malam itu.

IU terperanjat kaget. Ia langsung melirik Jiyong yang hanya tersenyum dan terkekeh. Pembawaan lelaki itu justru sangat tenang.

“Berpura-pura saja setidaknya di depan ibumu. Daripada kau beli kucing dalam karung. Siapa yang akan dijodohkan padamu saja tidak jelas kan?” lanjut Taeyang.

“Ah, tapi… kenapa harus aku?” IU sedikit tak terima.

“Kau ingin membantunya kan?” tanyanya.

“Ya, tapi… tidak begitu juga!” katanya sambil tertawa terpaksa. Ia sangat bingung. Ia melirik pada Jiyong, tapi ekspresi orang itu tetap sama.

“Yaa, aku tidak keberatan. Tapi, apa kau keberatan? Katanya kau ingin membantuku?” Jiyong bertanya.

IU menggembungkan mulutnya. Ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. “Gimana ya?” IU bingung.

“Hanya di depan ibunya saja. Jadi, Jiyong akan dipertemukan dengan orang yang akan dijodohkan dengannya. Nah, kau hanya bertugas menemaninya saja saat itu,” terang Taeyang.

“Tapi, bagaimana kalau nanti orang lain juga menyangka itu benar?” IU khawatir.

“Orang lain siapa maksudmu? Penggemarmu? Publik?”

IU tak menjawab. Ia benar-benar kebingungan dengan sesuatu yang tak pernah dipikirkan sebelumnya.

“Kalau kau tidak mau tidak apa-apa. Nanti aku akan mencari cara lain,” sela Jiyong sambil tersenyum. Namun ada sedikit rasa kecewa dari sorot matanya dengan respons IU itu.

“Hmm… sebenarnya aku mau saja menolongmu, Oppa. Tapi, aku takut ini bisa tersebar kepada publik apalagi ini hanya pura-pura,” katanya.

“Ya sudah kalau gitu beneran saja!” ujar Taeyang tanpa pikir panjang.

IU dan Jiyong membelalakan matanya kompak. Mereka lantas saling lirik dan tiba-tiba saja ada rasa canggung yang muncul diantara keduanya. Perlahan-lahan seperti dinding penghalang mulai terbangun diantara keduanya.

“Kau ini ngarang saja! Tidak secepat itu!” sergah Jiyong sembari melirik IU.

“Kau ini pura-pura saja!” Taeyang terkekeh.

“Maaf tapi…” IU menghentikan ucapannya. Taeyang dan Jiyong menunggu kelanjutan kalimatnya. “Bolehkah aku memikirkannya dulu?” lanjutnya.

Taeyang mengernyitkan dahi. “Tidak perlu dipikirkan! Aku tidak bisa memberimu waktu karena Jiyong dalam keadaan mendesak. Kalau kau ingin menolongnya, akhir pekan ini kau harus datang menemuinya! Bukan begitu Jiyong-ah?” Taeyang mengerling.

“Ya benar!” Jiyong mengangguk sambil menatap IU.

IU menghela napas. Memang ada gurat harapan padanya dari air muka Jiyong. Ia ingat bagaimana beberapa waktu lalu Jiyong juga sempat menolongnya saat ia kesulitan karena dikhianati sang manajer.

Jiyong saat itu membantu menyelesaikan permasalahannya dan merekomendasikan rekannya, Minsoo yang kini menjadi manajer IU. Tak mengherankan manajernya kali ini selalu mempersilakan jika IU hendak bertemu Jiyong.

“Baiklah Oppa! Aku akan membantumu!” ujar IU akhirnya.

***

IU masih belum beranjak dari kasurnya. Bayangan semalam untuk memutuskan membantu Jiyong baru saja berakhir dibenaknya. Ia lantas mengambil ponselnya yang tergeletak di meja lampu samping tempat tidurnya. Nama Minsoo dicarinya dan langsung dihubungi.

Really I Love YouWhere stories live. Discover now