Really I Love You - Chapter 37

177 18 4
                                    

Jungkook memacu mobilnya. Masih terbayang ekspresi terakhir IU sebelum ia mendengar suara gadis itu menangis sesegukan dibalik pintu pagar. Ia tahu keadaan ini tidak benar, tapi saat ini ia benar-benar tak memiliki kekuatan untuk mempertahankan hubungannya. Ia tahu ini keterlaluan, tapi ia tak punya daya. Ini memang sementara, tapi menurutnya seharusnya hal ini tak perlu terjadi.

Ketika mendengar suara tangis IU dari balik pintu pagar tadi, ingin rasanya ia membuka pintu itu untuk meraih tangan IU dan memeluknya erat. Tangis yang terdengar begitu memilukan baginya dan semakin membuatnya merasa bersalah. Padahal saat pertama kali menyampaikan hal itu, ia mengira IU akan terkejut lalu menangis dihadapannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dirinyalah yang tidak bisa menyembunyikan kepedihan itu di depan IU.

Entah bagaimana IU bisa menahan perasaan sedih agar tak tumpah dihadapannya. Jungkook benar-benar merasa buruk bagi IU karena telah membuat gadis itu menangis. Ia ingin marah tetapi kepada siapa ia dapat melampiaskannya, tidak ada satu pun yang bisa.

Sudah satu langkah lagi Jungkook bisa membuka pintu pagar itu. Ia sudah menyentuh gagang pintu dan tinggal mendorongnya saja. Suara tangis IU semakin jelas terdengar. Perasaannya berkecamuk dan kacau balau. Baru kali ini ia mendengar IU menangis seperti itu. Apa ia sudah sangat menyakitinya?

Namun sedang begitu, tiba-tiba ponsel di saku jaketnya bergetar sehingga mengejutkannya meski tanpa suara. Getaran ponsel itu membuyarkan konsentrasi Jungkook dan secara otomatis melepaskan pegangannya di gagang pintu pagar. Saat mengecek ponselnya, ada nama manajernya yang terpampang di layar ponsel itu.

Ia menghela napas panjang dan menatap pintu pagar itu beberapa detik dengan ekspresi cemas. Suara tangis IU masih tak ubahnya seperti tadi. Ponselnya masih bergetar. Ia lantas mundur beberapa langkah dan mulai menerima telefon itu sambil berjalan ke arah mobilnya. Jungkook harus meninggalkan IU.

***

Sayup-sayup IU mendengar suara mobil dari jalan. Itu pasti mobil Jungkook yang baru saja berangkat dari depan rumahnya. Ia tidak tahu apa yang dilakukan Jungkook setelah ia masuk dan menangis dibalik pintu pagar rumah hingga mobilnya baru terdengar bersuara serta pergi menjauh setelah beberapa menit.

Ia juga tidak tahu berapa lama ia menangis dibalik pintu pagar itu. Hatinya terasa tertusuk dan dadanya sesak. Jika ayah dan ibunya ada di rumah, tentu ia tak bisa menangis seleluasa malam ini. Ia bisa meluapkan rasa pedihnya bahkan sebelum masuk ke rumah karena kedua orangtuanya sedang tidak ada. Malam ini ia sendirian di rumah.

Ketika suara mobil Jungkook menjauh, IU baru memelankan tangisnya. Emosinya mulai terkontrol. Bukan karena ia ingin menunjukkan rasa sedihnya sebelum Jungkook pergi, tapi ia benar-benar tidak tahu saat menangis lelaki itu masih di sana. Ia justru ingin serapat mungkin tak menunjukkan kesedihannya dihadapan Jungkook. Namun sejak ia membuka pintu pagar, ia benar-benar tak dapat menahannya lagi. Apakah tadi Jungkook mendengar tangisannya? Rasanya, ia sudah lama menangis di sini.

Ponsel IU bergetar di sakunya. Saat ia mengeceknya, ada nama Minsoo di sana. Ia memejamkan mata sejenak. Ia tak bisa menerima telefon Minsoo dalam kondisi menangis seperti ini. Ia hanya bisa menghela napas dan segera melangkah masuk ke rumah.

Sampai tiba di kamar, setidaknya sudah tiga kali Minsoo menghubungi tapi tak juga diangkatnya. Setelah panggilan ketiga berakhir, IU langsung mengirim pesan kepada Minsoo bahwa dirinya sudah pulang tapi sedang tidak bisa menerima telefon. Namun hal itu justru malah membuat Minsoo penasaran. Ia kembali menghubungi IU, tapi IU tetap tak mengangkatnya.

IU benar-benar ingin melepas lelah dan penat yang terakumulasi pada malam hari ini. Ia langsung duduk lesu di atas tempat tidur dan menjauhkan ponselnya. Wajah Jungkook tiba-tiba melintas dibenaknya.

Really I Love YouOù les histoires vivent. Découvrez maintenant