Really I Love You - Chapter 14

352 69 21
                                    


Yugyeom mengejar Mingyu dan membalikkan badannya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memukulnya?" serunya marah.

"Tanpa bantuannya, aku bisa masuk ke backstage sendiri. Apa yang dilakukannya menurunkan harga diriku," Mingyu tak kalah berseru.

"Mwo?" Yugyeom terheran-heran dengan sikap Mingyu yang tiba-tiba berubah seperti tak dikenalnya. "Ya! Dia hanya ingin membantumu, kenapa kau berpikir begitu?"

"Aku tahu dia sedang bersaing denganku untuk mendapatkan IU, tapi seharusnya dia tidak perlu melakukan itu. Sikapnya telah menghinaku!"

"Ya!" Yugyeom teriak. "Inilah yang aku khawatirkan, kalian tiba-tiba seperti ini gara-gara sunbaenim itu. Kau keterlaluan kalau sampai memukulnya atas asumsi sendiri yang belum tentu benar," Yugyeom tampak kesal.

Sementara itu Jungkook mulai bangkit sembari menahan wajahnya yang kesakitan. Ia bisa mendengar percekcokan antara Mingyu dan Yugyeom. Perlahan ia berjalan mendekati mereka berdua.

"Kau bisa tanyakan saja padaku Mingyu-ah, tapi jangan memukulku! Ini sakit sekali!" ujarnya kemudian sambil meringis.

Mingyu melihat ke arah Jungkook dengan tatapan yang masih tersapu emosi.

"Aku sama sekali tak bermaksud menurunkan harga diri atau menghinamu. Aku hanya membantu karena Nana Noona tidak memberikannya padamu. Ah, tapi rupanya kau malah menyangkaku yang lain," Jungkook tertawa kecil sekaligus menahan sakit.

"Pantas saja kau tidak menjawab pertanyaanku saat kutanya kau ada di section mana? Kau tak mau bilang padaku kan kalau kau ada di VIP?" kata Mingyu.

Jungkook tersenyum. "Iya, aku tak enak padamu karena IU Noona hanya memberikan undangan VIP-nya untukku. Aku tak tahu alasannya, kau tanyakan saja sendiri kalau ingin tahu!" katanya.

"Mwo?!" Mingyu diam. Tiba-tiba saja berbagai pertanyaan dan dugaan muncul dibenaknya.

"Aku kan sudah bilang padamu, aku akan marah kalau kau mengencaninya. Tapi kau belum melakukan apapun dan malah kau yang marah padaku. Ini terbalik," Jungkook tak habis pikir. "Keinginanmu untuk bertemu dengannya di backstage hari ini tidak membuatku khawatir, makanya kuberi kau kesempatan," lanjutnya.

"Justru itu yang membuatku tak suka! Kau seolah menilaiku tak bisa apa-apa. Kau tahu, ada orang lain yang mengakuinya sebagai kekasih. Aku ingin memastikannya sebelum kau benar-benar mendekatinya," kata Mingyu menggebu-gebu.

"Baik, tolong pastikan itu untukku!" Jungkook masih tetap tersenyum meski pipinya kini terasa lebih ngilu.

Mingyu menatap Jungkook dengan emosi yang masih tersisa.

***

Sementara itu, IU masih sibuk melayani para tamu VIP di backstage meski beberapa diantaranya tak lama berada di sana. Hanya sekedar menyapa, berfoto bersama, mengobrol sedikit dan kemudian pergi.

Tiba giliran Nana, IU menyambutnya dengan gembira. Ia sudah lama tak bertemu dengan gadis itu. "Eonni, terima kasih sudah datang!" IU merangkulnya dengan erat.

"Ne! Kerja bagus, IU-ah! Aku suuuuka semua penampilanmu! Kau selalu istimewa!" Nana memuji sambil menepuk-nepuk pundak IU.

"Terima kasih, Eonni! Aku senang melihatmu datang dan mendukungku," katanya.

Nana tersenyum. Ia lantas mengeluarkan ponselnya dan mengajak IU berswafoto beberapa kali. "Wah bagus! Nanti akan kuposting di Instagram!" katanya sambil mengecek hasil fotonya.

IU tersenyum. Sedang begitu Minsoo Oppa muncul di antara mereka menyampaikan sesuatu. "Nana-ssi tamu VIP terakhir-mu, jadi kau bisa lebih santai," ujarnya kemudian.

"Terakhir? Tidak ada lagi yang akan masuk?" IU sedikit terkejut.

"Tidak ada! Semua sudah habis!" kata Minsoo.

IU diam. Matanya bergerak ke arah pintu masuk seperti mengharapkan kedatangan seseorang. "Kau yakin Oppa?" tanyanya lagi.

Minsoo mengangguk pasti. "Masih ada yang kau tunggu?" tanyanya.

"Ah.. Ya sudah kalau tidak ada," IU pasrah.

Nana yang melihat gelagat aneh IU memperhatikan dengan seksama. Sebenarnya siapa yang ditunggu IU? Namun dari tebakannya, sepertinya ia sudah tahu yang diharapkan IU siapa.

"Apa kau menunggu Jungkook?" bisiknya.

"Mwo? Ah.. Tidaaak!" elak IU kemudian dengan tawa canggung.

"Benarkah? Hanya dia yang tidak masuk dari semua tamu VIP. Kau mengundangnya langsung membuatku terkejut saja," kata Nana sambil terkekeh.

"Aku hanya mengundangnya saja," IU menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kau tak mengundang Jiyong Oppa?" tanya Nana lagi hati-hati.

"Dia tidak bisa hadir karena ada pekerjaan. Oh iya, kau dengan Jiyong Oppa benar ..." IU tidak meneruskan kalimatnya.

Nana menatap IU cemas. "Kau tahu itu? Jiyong Oppa cerita padamu?"

"Tentu saja! Lagipula aku seharusnya datang membantunya hari itu, tapi karena aku kelelahan mempersiapkan konser ini aku melewatkannya."

"Apa yang dikatakan Jiyong Oppa tentangmu benar?" Nana terlanjur penasaran.

IU terkekeh. "Sejauh ini tidak!" katanya.

"Berarti bisa saja nanti itu jadi benar?"

"Tidak tahu! Mungkin ya, mungkin juga tidak!"

Nana menyipitkan matanya. "Lalu anak itu, bagaimana?" Nana menggerakkan kepalanya ke arah pintu masuk. IU menaikkan alisnya tak mengerti ucapan Nana. "Anak itu!" Nana kemudian mencoba menggerakkan tangannya menirukan tarian salah satu lagu BTS.

IU terkekeh. "Ah, maksudmu Jungkook-ssi?"

"Ne!"

"Bukankah kau menyukainya juga?" IU tersenyum menggoda.

Nana tertawa mendesis. "Dia seumuran adikku! Aku cukup menjadi penggemarnya saja," katanya.

"Begitu ya? Apa kau masih menyukai Jiyong Oppa?" tembak IU langsung.

Kali ini Nana menghela napas. "Dia kan menyukaimu bahkan sudah mengklaimmu," katanya dengan bibir menyungging.

"Ooh, kau cemburu ya? Hahaha..." IU terkekeh.

"Dia sudah masa lalu! Ah, sudah ah!" Nana ingin mengakhiri percakapan dengan tema yang membuatnya bisa pusing tujuh keliling ini.

Tak lama kemudian, Nana pergi dan IU pun siap berkemas untuk segera meninggalkan lokasi konser. Kendati begitu, dalam hati IU masih terasa ada yang mengganjal. Pertanyaan mengapa Jungkook tak datang ke backstage seperti permintaannya semakin membesar.

"Nih ponselmu!" ujar Minsoo Oppa ketika mereka sudah naik ke dalam mobil.

"Ne!" IU lantas memeriksa ponselnya. Pikirnya, akan ada chat dari Jungkook. Namun ia tidak menemukan nama Jungkook dari deretan chat yang masuk di ponselnya. Lebih banyak nama Jiyong yang muncul di chatroom-nya. Ia menghela napas cukup panjang.

Menyadari ada yang aneh dengan artisnya, Minsoo Oppa mencoba bertanya. "Kau kenapa?" tanyanya.

"Hm? Tidak!" katanya sambil membuang pandangannya ke arah jendela.

"Kau kecewa anak itu tidak masuk ke backstage ya? Padahal kau sudah mengundangnya secara khusus," tebak Minsoo.

IU langsung melihat ke arah Minsoo cepat seolah heran bagaimana manajernya itu bisa menebak apa yang sedang dirasakannya.

"Iya kan?" tanyanya lagi.

IU tak menjawab, ia kembali menghela napas sembari membuang muka lagi ke arah jendela mobil.

"Aku tadi melihatnya keluar dari barisan setelah sempat beberapa saat mengantre. Sepertinya dia memberikan antreannya kepada temannya, siapa namanya? Adiknya Nana-ssi kalau tidak salah," katanya.

IU kembali melihat ke arah Minsoo dengan cepat. "Mwo?"

"Tapi, sepertinya dia juga tidak masuk. Lalu mereka kemana ya? Kenapa jadi tidak ada yang masuk? Menurutmu kenapa?"

IU mencoba berpikir dan mencerna kata-kata Minsoo.

"Tapi, apa kau menyukai anak itu? Lalu, bagaimana dengan Jiyong?" Minsoo sepertinya penasaran.

"Aku pusing!" kata IU sambil memijat-mijat kepalanya.

"Kau terlibat cinta segitiga ya? Aduuh, itu memang membuat pusing! Ckck.." Minsoo menggeleng-geleng kepalanya.

IU tak mengindahkannya, ia lantas mengecek ponselnya. Ada banyak chat masuk dari Jiyong yang belum dibuka. Melihatnya ia menghela napas, tapi jarinya bergerak mulai membukanya satu per satu.

From: Jiyong Oppa
Aku sudah sampai. Apakah konsernya lancar?

From: Jiyong Oppa
Ada siapa saja yang menonton konsermu?

From: Jiyong Oppa
Apa kau masih menyanyi?

Baru membaca tiga pesan teratas, IU sudah menghela napas. "Mengapa dia terus mengirimiku pesan? Apa dia tidak kerja?" gumamnya.

"IU-ah, konsermu sukses! Mengapa kau tak terlihat lega?" tanya Minsoo lagi.

"Siapa bilang? Tentu saja aku lega dan senang," katanya. "Oppa, ini kita akan ke restoran daging kesukaannku kan?"

"Tentu saja!" katanya.

IU melipat bibirnya dan tersenyum. Ia mencoba melupakan sejenak apa yang mengganjal di hatinya.

Saat tiba di restoran, IU, Minsoo, dan para kru yang turut menyukseskan konsernya malam ini langsung masuk dan duduk di hadapan sederet meja. Sepertinya restoran itu sudah di-booking khusus untuk menjamu IU dan para kru-nya.

Seruan-seruan selamat untuk IU dan ungkapan terima kasih telah bekerja keras disampaikan beberapa kali oleh sesama kru. Begitupun IU menyampaikannya dengan perasaan gembira karena berkat para kru ini konsernya bisa berjalan lancar.

Setelah itu mereka pun langsung mulai membakar daging segar hanwoo yang menjadi menu andalan restoran itu. Sesaat setelah matang, mereka melahapnya dengan perasaan lega dan gembira. Tak terkecuali IU.

***
Usai makan malam, Minsoo mengantarkan IU pulang hingga ke depan gerbang rumahnya.

"Istirahatlah! Kau punya waktu libur dua hari. Manfaatkanlah waktu liburmu dengan baik!" ujar Minsoo beberapa saat setelah menghentikan mobilnya.

"Ne! Gomawo Oppa," ujar IU sembari melepas sabuk pengamannya dan mengambil tasnya dari dashboard.

"Hmm.." respons Minsoo.

IU lantas turun dan berpamitan pada Minsoo. Ia menunggu hingga Minsoo pergi untuk kemudian membuka gerbang pintu rumahnya. Namun belum juga tangannya menyentuh gerbang, seseorang dengan pelan memanggilnya.

"Noona!"

IU menoleh ke samping kanan, sumber suara itu berasal. Ia terkejut melihat Jungkook muncul di kegelapan malam dengan wajah yang penuh memar dimana-mana.

"Jungkook-ssi? Wajahmu kenapa?" tanyanya dengan mata membelalak.

Jungkook tersenyum. "Maaf aku tidak menepati janji. Aku tidak menemuimu di backstage," katanya.

"Apa kau berkelahi dengan seseorang?" IU tampak cemas.

Lagi-lagi Jungkook tersenyum. "Aku tidak pergi ke backstage bukan karena berkelahi," jawabnya.

IU diam. Ia menatap lelaki itu yang tampak menahan dingin sedari tadi. "Apa kau menungguku di sini sejak tadi?" tanyanya.

"Ne!" jawabnya singkat.

Gadis itu menghela napas. Ia melihat ke arah rumahnya. "Kau sudah makan?" tanyanya. Jungkook menggeleng. "Ayo ikut aku!" ajaknya kemudian sambil melangkah menjauhi gerbang. Jungkook lantas mengikutinya.

IU membawanya ke sebuah warung makan tenda yang tak jauh dari kediamannya. "Pesanlah makanan dan aku akan mendengar ceritamu," katanya.

Jungkook mengangguk. Ia lantas memesan semangkuk ttokppoki yang tidak sampai satu menit, langsung disajikan oleh si empunya warung. "Kita bisa makan ini berdua," katanya kemudian sambil mulai menyumpit ttokppoki.

IU tak menjawab. Ia hanya menatap wajah Jungkook yang kebiruan tanpa diobati. "Apa yang terjadi denganmu? Kau berkelahi dengan siapa?" tanyanya cemas.

"Aku tidak berkelahi. Aku menemuimu bukan untuk melapor bahwa aku terluka," jawabnya sambil mengunyah makanan pertamanya sejak selesai menonton konser tadi.

Lelaki ini sudah tampak biasa berada di dekat IU dan tak ada lagi kegugupan yang biasa menghampirinya saat bertemu dengan gadis itu.

"Saat aku mengantarmu pulang dari Hongdae, aku juga diantar pulang oleh Jiyong sunbaenim. Tepat di ujung jalan ini, aku diajaknya," cerita Jungkook langsung.

"Mwo?!" IU setengah terkejut.

"Kukira itu kebetulan, tapi setelah kutarik benangnya dari yang diberikan Yugyeom aku jadi penasaran dan ingin memastikan sesuatu padamu," lanjutnya.

"Sesuatu?" IU pun tak kalah penasaran.

"Pasti ada sesuatu yang membuatmu mengundangku ke konsermu dengan undangan VIP dan kau menyampaikannya sendiri walau lewat Yugyeom. Tapi, aku juga merasakan ada sesuatu yang lain ketika aku diantar pulang di sekitar sini oleh Jiyong sunbaenim. Aku juga mendengar, kau pernah keluar dari sebuah restoran di Hongdae berdua dengannya. Lalu apa yang terjadi kemarin ..." Jungkook menghentikan ucapannya sejenak. Ia menatap IU.

IU masih menunggu kelanjutan kalimat Jungkook. Sepertinya ia mulai mengerti maksud Jungkook dan apa yang ingin dipastikannya. Namun hingga beberapa detik Jungkook belum meneruskan kalimatnya. "Kau mengetahui sesuatu soal kemarin?" tanyanya.

"Ne! Yugyeom memberitahuku karena ia diminta tolong oleh Mingyu," katanya.

"Mingyu-ssi?"

"Ne! Dia juga menyukaimu," Jungkook terkekeh.

"Mingyu?"

"Iya!" Jungkook tersenyum dan lanjut menyuap beberapa ttokppoki lagi ke mulutnya.

IU diam. Ia lantas berpikir. "Manajerku bilang, kau memberikan barisan antreanmu ke backstage padanya. Benar begitu?"

"Ne!" jawab Jungkook pasti sambil terus menikmati makanannya.

"Tapi dia juga tidak muncul ke backstage," katanya.

Jungkook langsung menghentikan kunyahannya dan melihat IU kembali. Ia tidak ingin mengatakan bahwa Mingyu tak jadi ke backstage karena lelaki itu justru memukulnya hingga membuat wajahnya seperti sekarang ini.

"Bukan soal Mingyu yang ingin kubahas, walaupun memang ini berkaitan. Kami sama-sama ingin memastikan sesuatu padamu," katanya kemudian sembari meneruskan kembali makannya.

IU menghela napas. "Aku memang dekat dengan Jiyong Oppa. Dia membantuku dalam berbagai hal. Makanya aku juga ingin membantunya saat ia membutuhkan pertolonganku. Dia tidak mau ikut perjodohan yang dilakukan ibunya sehingga ia memintaku datang untuk berpura-pura jadi kekasihnya. Tapi karena persiapan konser yang padat, aku gagal memenuhi permintaannya hingga akhirnya dia mencetuskan kalimat seperti itu," IU mulai bercerita.

Jungkook mendengarkan dengan seksama sambil mengunyah ttokppoki yang masih tersisa banyak. Ia mencoba tetap santai dan tenang.

"Aku sangat sering bertemu dengannya, tapi aku memang tidak menjalin hubungan apapun dengannya. Mungkin belum atau mungkin tidak akan," lanjutnya.

Jungkook menghela napas. Setelah menelan kunyahan terakhirnya, ia meneguk segelas air putih. "Apa itu artinya aku tak punya kesempatan atau masih punya?" tanyanya kemudian.

IU diam. Ia menatap lelaki itu. Tiba-tiba saja ia merasa kepalanya berdenyut-denyut tak karuan. Perasaannya menjadi campur aduk. Wajahnya juga tiba-tiba merasa panas.

"Kurasa aku mendapat sinyal yang baik saat kau mau kuajak makan, kuantar pulang, lalu sebelumnya kau mencariku untuk menyampaikan undangan. Lalu perlahan aku mulai nyaman memanggilmu Noona. Kurasa, ketika aku tak muncul di backstage tadi kau sebenarnya menungguku," lanjutnya.

IU masih diam. Ia tampak berpikir keras. Kalimat Jungkook sebenarnya sangat disetujuinya.

"Noona, sainganku ada dua. Kau harus segera menentukan supaya aku tak salah paham," katanya lagi.

IU menatap Jungkook. Hatinya merasa tak nyaman, tiba-tiba saja ia ingat pertanyaan yang sama yang sempat dilontarkan Jiyong beberapa waktu lalu.


To be continued …

Really I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang