Really I Love You - Chapter 15

336 60 5
                                    

"Noona, sainganku ada dua!"
"Noona, sainganku ada dua!"
"Noona, sainganku ada dua!"

IU terbangun tiba-tiba dari tidurnya yang nyenyak selama hampir 6 jam. Kalimat Jungkook yang diucapkan malam itu terngiang-ngiang di telinganya hingga membuatnya terpaksa membuka mata. Ia lantas memijat-mijat kepalanya yang terasa pusing karena terbangun tiba-tiba. Rambutnya yang acak-acakan tak terkira sudah tak diindahkannya lagi.

"Aigo! Apa ini?" ia bergumam sambil menyentuh wajahnya setengah kesal.

Ia mengecek ponselnya. Tidak ada chat yang dikirimkan Jungkook, tapi ia menemukan beberapa chat yang dikirimkan Jiyong. Ia lantas membuka chat itu berurutan.

From: Jiyong Oppa
Kau libur kan? Siang ini aku pulang. Nanti malam aku rencana makan bersama Taeyang. Mau ikut?

Aku ingin mendengar cerita konsermu kemarin. Pasti seru kan?

Kau juga pasti ingin mendengar ceritaku! Aku punya cerita seru.

IU menghela napas membaca pesan itu. Haruskah ia menuruti ajakan Jiyong? Sebenarnya ia juga ingin berbicara banyak dengan Jiyong soal apa yang terjadi belakangan.

To: Jiyong Oppa
Iya aku libur. Tapi aku masih merasa lelah. Lihat nanti saja.

Hanya itu pesan yang dikirimkan IU. Perasaannya semakin berkecamuk tak menentu. Ide yang diberikannya untuk Jiyong waktu itu tentang cinta segitiga memang benar adanya, seharusnya Jiyong benar-benar membuatnya menjadi sebuah lagu. Semakin hari ia semakin bingung, ditambah lagi Jungkook juga telah menyiratkan sesuatu yang membuatnya berdebar.

Terkadang perasaannya lebih besar kepada Jiyong, tapi belakangan porsi perasaannya melebar dan membesar ke arah Jungkook. Namun soal Mingyu, jujur ia tidak mengetahuinya. Hanya dua orang itu yang belakangan bersliweran di kepalanya. Ia menghela napas. Memikirkannya membuat otaknya terasa lelah. Bagaimana bisa ia menentukan hal itu?

***

IU benar-benar tak meninggalkan rumahnya. Ia menghabiskan waktunya di rumah dengan beristirahat, mendengarkan musik, membaca buku, hingga menonton drama. Namun sore itu, ibunya tiba-tiba mengajaknya pergi ke pasar untuk menemani belanja.

"Pasar? Bukankah mereka sebentar lagi akan tutup?" ia bertanya sesaat setelah diajak oleh ibunya.

"Justru itu sebelum mereka tutup! Ayo!" ibunya merapatkan jaket dan menyoren tas kecilnya siap membuka pintu.

"Sebentar aku ambil jaket!" IU lalu berlari secepat kilat ke kamarnya dan keluar sejurus kemudian sambil memakai jaket dan mengantongi ponselnya.

Sudah lama IU tidak melakukan ini. Berjalan berdua saja dengan ibunya dan pergi ke pasar. Rasanya ia melakukan hal ini terakhir ketika masih SMA. Sudah cukup lama. Ia menggandeng tangan ibunya dengan cukup erat.

"Aku sudah lama tidak melakukan ini," ujarnya kemudian.

"Makanya aku mengajakmu. Lagipula pasar kan tidak terlalu jauh dari sini," kata ibunya.

"Tapi tetap saja kita harus naik bus."

Ibunya terkekeh. "Konsermu kemarin sangat luar biasa! Ibu dan ayahmu sangat senang dan bangga melihatnya, seperti biasa," lanjut ibunya.

IU tersenyum dan semakin mengeratkan genggaman tangan ibunya. "Terima kasih, Eomma! Itu juga berkat doamu!" katanya.

Ibunya tersenyum. "Ah iya, di konser itu ada seseorang yang masuk di big screen dan kemudian semua orang berteriak juga berseru padanya. Dia siapa?"

Really I Love YouWhere stories live. Discover now