Satu

44.7K 1.1K 13
                                    


Indri menghembuskan napasnya panjang panjang, menadah jengah pada lampu bulat lampion yang bergelantungan tepat di atas ubun ubun kepala yang hanya berjarak tiga meter dengan dagu di tangkup dua telapak tangannya.

Sedangkan Leon, laki laki itu duduk menyandar masih terus asik memainkan ponsel membuat wajahnya yang bersemu terlihat menonjol di terpa sinar layar ponsel.

Keduanya membiarkan makanan yang sudah tersaji itu hanya di cicipi dua, empat suap tersisa hingga bermenit menit lalu berakhir dingin.

"Maaf? Orang kantor." katanya sembari membenarkan posisi duduknya , tegak. Menaroh ponsel di samping jus sirsak di atas meja.

Wajah Indri yang baru saja di tekuk terpaksa di angkat kembali hanya untuk menanggapi ucapan suaminya membuat lesung pipinya menonjol transparan. Selalu harus berdrama dengan segala rasa sakit dengan kenyataan yang terlihat.

"Enggak papa." jawab Indri dengan seulas senyum yang pahit.

Leon menangkup sebelah pipi Indri, mengelusnya pelan mengalirkan aura hangat yang membuat realita terlihat tanpa ada apa apa yang terjadi dalam dirinya.

Malam itu, tepatnya pukul 21 lewat
Indri mendapatkan surpres yang tidak pernah di duganya. Sebuah dinner romantis yang entah kapan Leon rencanakan Indri tidak tahu menahu, namun katanya sebagai wedding anniversary gift .

Dress mini di atas lutut berwarna coklat keemasan itu menempel anggun di tubuh Indri, memperlihatkan leher jenjangnya dengan rambut yang dibiarkan terjuntai menyapu punggungnya yang terbuka tanpa pakaian.

Indri menyeka poni rambut yang di potong lurus di atas mata akibat ujung poninya berhasil menusuk lalu membuat perih matanya.

Anting putih memiliki panjang sekitar 15 centi meter bermata satu itu bergelayut di daun telinganya, tertiup angin yang sedikit kasar menerpa kulit.

Leon bediri sambil memasuki tangan terlihat merogoh sesuatu dari dalam sakunya.

"I love you?" bisik Leon sambil perlahan membungkukan tubuh kemudian menempelkan dagu di atas bahu Indri.

I love you? Lalu dia siapa buat kamu, Leon? "I love you to." sahut Indri pelan.

Leon menegakan kembali tubuhnya lalu membawa sesuatu yang berada dalam genggaman tangannya di hadapan Indri. Membuatnya menahan napas paham dengan sikap suaminya satu ini.

"Kamu suka?" Leon memperlihatkan sebuah kalung berlian bermutiara empat di depan wajah Indri. Membuat wajah istrinya langsung bersemu merah dengan kening berkerut halus.

Perlahan lahan Indri mengangguk, "Ya! Aku suka." jawabnya membuat Leon langsung memakaikan kalung itu di lehernya.

Sempurna! Delapan hurup itu jelas untuk menggambarkan kebahagiaan yang mereka miliki jika saja di usia yang sudah menginjak ke-8 tahun pernikahannya ada seorang malaikat kecil yang hadir sebagai pelengkap kebahagiaannya, yang palsu.

Bukan hanya buah hati, pernikahan yang seharusnya di bangun dengan komitmen kejujuran dan saling menjaga kesetiaan itu harus Leon ingkari jauh jauh hingga berjalan hampir empat tahun.

Kehadiran seorang wanita belia yang masih berusia lima belas tahun di hidup Leon ternyata mampuh menarik perhatiannya, membuat ide sang ibu dari awal kembali seakan mendapat jalan yang licin Saat mengurus pembangunan di sebuah kota kecil di emperan ibu kota.

Kelas tiga Sma adalah masa masa dimana seseorang memiliki rasa agresif untuk beradu melakukan hubungan intens. Berpacu dengan birahi dan melupakan apa saja yang di miliki termasuk waktu.

"Bukannya kita kesini untuk honeymoon?!" Indri memasukan daging panggang yang baru saja berhasil di belahnya dengan gerakan enggan.

Suasana yang sudah menghangat setelah Leon memberikan sebuah kalung kembali terasa menguap saat melihat ponsel Leon yang terus berkedip di atas meja dan berhasil membuat sang pemilik meletakan garpuh dan pisau repleks lalu kembali hanyut asik dengan ponselnya, sendirian.

Leon yang mendengar sindiran Indri hanya mengangkat wajah tegak tegak dengan gerakan grogi lalu tersenyum canggung sambil kembali meletakan ponselnya.

"I ... ni urusan kantor sayang." Leon kembali menggenggam tangan Indri dengan hangat berharap rasa groginya tertutupi.

"Apa orang kantor tidak tau kalo kamu tengah honeymoon?" Indri mendengus memandang Leon dengan tatapan meremehkan, membuat Leon terperangah dan tersendak jus yang baru saja mengalir lewat tenggorokannya.

Namun bukannya membantu suaminya minum Indri hanya mendengus pelan lalu kembali memotong stik dan menggigitnya santai, "Atau dia begitu penting? Penting dari segala hal di hidup kamu termasuk aku yang lagi ada di hadapan kamu saat ini?"

Indri membuang napas pendek sambil sibuk membersihkan bibirnya dari bekas kotoran makanan yang menempel di bibir. Dan itu membuat Leon semakin terlihat gugup saat menelan salvira.

"Masuk yu?" ajak Leon yang sudah berdiri dan menyodorkan tangannya di hadapan Indri namun hanya di balas tatapan beberapa detik yang kemudian dibiarkan Indri begitu saja berdiri tanpa menerima uluran tangan suaminya yang tersenyum kecut akibat di cuekannya.

Jangan pikir aku tidak tahu!

•••••••

a/n kisah seorang istri yang hidupnya penuh drama dan kepura puraan di depan juga di belakang suaminya.

Ukhhh.. ini lapak pertama yang aku tulis di wattpad ya! Yang mau flagiant harap berpikir dan punya otak!





wanita lain ( End )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon