ICE PRINCESS ❄ 16 | You Are Not Alone

217K 13.7K 560
                                    

"Jika semesta ngebuat lo ngerasa sendiri, di situ gue akan datang dan berbisik: ada gue."

ㅡ ARJUNA ㅡ

.

Langit-langit kamar terlihat seperti LCD proyektor. Memutar suatu durasi yang menarik sisi-sisi dahi Arjuna hingga menciptakan kerutan di dahi bagian tengah.

Arjuna masih tak menyangka. Hanya itu. Ia kira, kehidupan Raya tak serumit apa yang ia lihat beberapa jam lalu.

Tangan Arjuna lihai mengetikkan sesuatu di atas keypad.

To : My Ice Princess

Lo lg apa?

Arjuna menunggu balasan pesan itu sembari menonton lagi putaran kejadian tak terduga yang terekam otaknya.

Satu yang ia rasakan saat ini,

Ia begitu mengkhawatirkan keadaan Raya.

"Maaf Yah," suara Raya terdengar lirih namun masih bisa Arjuna tangkap karena berhubung suasana sekolah sore ini sepi.

Namun sebuah kejadian tak terduga membuat kedua mata Arjuna membelalak serta sukses membuatnya mematung dengan sorot mata yang menandakan bahwa ia tengah marah.

Ia mengucek-ngucek mata tak percaya. "Gila."

Bagaimana Arjuna tidak kaget jika tiba-tiba saja ayah Raya menampar pipi gadis itu?

Tangan Arjuna mengepal. Ia bisa saja berlari ke arah mereka dan membalas perbuatan ayah Raya. Namun hati kecilnya berkata untuk menyuruhnya menunggu lebih lama dan menyaksikan tindak kekerasan itu. Ia hanya ingin berpikir lebih dalam dan mencari alasan yang membuat kejadian ini terjadi.

"Bangga kamu dengan nilai seperti ini?! Saya sudah beribu kali bilang, kamu tidak pantas saya sebut anak jika nilai kamu ada yang berusaha menyaingi. Dan apa ini?!" Ferdi melempar semua kertas yang ada di tangannya ke wajah Raya, membuatnya jatuh perlahan ke aspal yang turut menyaksikan.

"Jangan pernah sekali saja kamu berharap bahwa saya akan menganggapmu anak jika persyaratan itu tak pernah kamu penuhi."

"Paham kamu?" Raya mengangguk patuh. "Iya Yah,"

Arjuna tak bisa lagi berkata-kata. Seluruh pasokan kata-kata yang teruntai di otak menghempas jauh entah kemana.

Mata elang itu terus menatap raga Raya dari balik pembatas. Ia melihat dengan jelas seseorang dengan jas itu memasuki mobil dan pergi meninggalkan Raya seorang diri. Gadis itu masih terdiam. Detik berikutnya mulai berjongkok dan memunguti kertas-kertas itu. Ia remas hingga membentuk bulatan lalu melemparnya keras pada tong sampah yang bertempat tak jauh dari ia berdiri.

Raya memilih langkah pergi, membuat Arjuna berlari ke parkiran mobil dan segera menyusul Raya.

Pelan, bahkan sangat pelan Arjuna mengendarai mobil itu. Berjarak beberapa meter dari gadis itu berjalan. Sesekali matanya menangkap kedua bahu Raya yang bergetar. Jelas Arjuna tak bodoh. Raya tengah menangis.

Kepalan tangan Arjuna semakin kuat pada setir. Ia benar-benar tak tahan melihat itu. Diinjaknya rem, dan berlari keluar. Menghentikan langkah Raya dengan berdiri di depan persis gadis itu.

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now