ICE PRINCESS ❄ 17 | Buntelan Marshmallow

254K 15.2K 644
                                    

"Without him knowing, he was being my hero called 'marshmallow'."

ㅡ RAYA ㅡ

.

Ingar bingar selalu menjadi poin utama kelas XI IPA 4. Kelas dengan kumpulan berbagai gender berfariasi pengalaman membuat bibir selalu ingin beradu, bercerita panjang lebar. Dari mulai perang antara kelompok pecinta k-pop dan pembenci k-pop hingga terlarut saling mengejek satu sama lain dan berakhir dengan tawa.

Memang tak ada alur. Namun itulah arti kelas yang hidup. Saling mengejek, saling bekerja sama, dan saling melempar canda.

Dari indra pendengar, Raya juga ikut merasakan hal itu namun hanya sekejap. Karena Raya berpikir, teman hanya sementara. Pada akhirnya, semua akan kembali sendiri dan diabaikan.

"Selamat siang anak-anak."

"S-siang Pak,"

Semua bergegas menuju bangku masing-masing. Masih dalam kekagetan, mereka menyiapkan buku.

"Kita lanjutkan bab kemarin yaitu tentang majas."

Sekiranya 90 menit telah berlalu. Ditandai dengan adanya bel pulang sekolah yang berdering nyaring, menyirami wajah para siswa yang sudah tidak betah singgah di kursi mereka.

"Cukup sekian. Hati-hati di jalan dan selamat sore,"

"Sore Pak Theo."

Ngomong-ngomong, Pak Theo ini adalah salah satu guru beragama non-muslim. Meski begitu, ia sangat ramah dan menghargai setiap kaum muslim di sekolah ini.

"Guys, gue pulang dulu!"

"Hati-hati Seph!"

"Yoa!"

Seperti halnya Pak Theo, Joseph juga beragama non-muslim namun ia sangat menghormati kawan-kawannya yang beragama muslim.

Pernah suatu ketika, saat di bulan puasa, Joseph baru akan makan dan minum saat ia telah sampai di rumah. Ia benar-benar menghormati kawan-kawannya dengan tidak membawa makanan atau minuman ke sekolah.

"Ray, gue pulang dulu." Raya menoleh sedikit lalu mengangguk kecil. Joseph hanya tersenyumㅡsudah terbiasa akan sifat Rayaㅡlalu melenggang pergi.

"Queen Elsa, gue duluan ya. Abang gue udah jemput. Bye!"

Raya melakukan hal yang sama pada Billa.

Anehnya, hal itulah yang membuat Arjuna tertawa kecil. Sampai tawa itu terhenti saat gesekan bangku dengan lantai mengganggu indra pendengarnya. Rupanya Raya telah bangkit sembari menggendong tas.

Arjuna tersenyum kecil. Ia teringat tahap kesepuluh yang belum ia utarakan pada Raya. Lantas ia ikut bangkit dan mengikuti langkah gadis itu sembari memikirkan rencana.

Kali ini gue harus ngelakuin apa ya? Arjuna membatin.

Terlarut-larut dalam pikiran membuat Arjuna teringat akan kejadian kemarin.

Ah, benar juga. Arjuna kini tau apa yang harus ia lakukan. Ia berjalan lebih cepat dan berdiri menghadang Raya, membuat gadis itu mendengus kesal.

"Si peringkat satu, itu julukan lo kan?"

Raya mengalihkan pandangannya ke pagar pembatas. Terlalu malas mengurusi bocah satu ini.

Melihat respon Raya, Arjuna menghela napas. "Oke-oke gue gak akan berbelit-belit. Gue akan to the point."

Arjuna melipat kedua tangan di dada.

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن