One : Kim Hanbin

3K 316 24
                                    


"Hanbin oppa! Hanbin oppa!"

"Bisakah kau menoleh sebentar?"

"Oppaa~ Kau tampan sekali!"

"Oppa, aku membuat cake untukmu. Maukah kau menerimanya?"

Lagi-lagi seruan-seruan tak berguna itu. Sudah tahun ketiga, bisakah aku hidup tenang sebagai siswa biasa di sekolah ini? Apa sebenarnya yang mereka dapatkan dari memujaku? Sudah berkali-kali diacuhkan juga tetap saja mereka tak bisa berhenti. Sungguh merepotkan. Aku tahu aku tampan, tapi aku tetap saja ingin ketenangan! Aku benci menjadi populer seperti ini. Apa yang membuat mereka begitu memujaku?

Karena aku tampan?

Karena aku kaya?

Karena aku jenius?

Karena aku vokalis band?

Karena aku ketua tim basket sekolah?

Karena aku pembalap liar?

Karena aku-

Ahh sudahlah. Membutuhkan waktu yang sangat lama jika harus membeberkan semua hal yang membuatku sepopuler ini. Sayangnya, aku tidak mencintai kepopuleran ini. Aku lebih suka menyendiri sambil menatap langit atau menyesap sebatang rokok? Jangan protes. Ini duniaku, tak boleh ada yang berani masuk atau bahkan menghancurkannya.

Aku memang suka menyendiri, tapi berkumpul dengan teman dekatku bukan ide yang buruk. Meskipun aku lebih banyak diam atau bahkan tak bersuara sedikit pun seperti orang bisu. Mereka maklum dan tidak mempermasalahkannya.

Aku membuka pintu kelas dan masuk tanpa menyapa siapapun yang sudah berada lebih dulu disana. Dan para gadis akan menyapa dengan genit padaku. Ada Jiwon dan Jaewon, teman dekatku di kursi bagian belakang tengah membicarakan hal-hal tak berguna soal perempuan. Obrolan sehari-hari mereka.

"Pangeran Kim! Seperti biasa, paket sudah menumpuk diatas mejamu." Seru Jiwon seraya menunjuk ke arah mejaku yang sudah penuh dengan hadiah. Aku mendengus dan segera melempari kedua temanku dengan hadiah-hadiah itu.

"Yak, Kim! Berhenti! Ini sakit, kau tahu? Aku juga sudah mendapat hadiah dari fans-ku dan tidak sudi menerima hadiah fans-mu!" Teriakan Jaewon membuatku sebal.

"Kalau begitu serahkan pada kelinci gila di sampingmu." Ucapku datar seraya menyimpan tas selempangku diatas meja.

"Hahh dasar gila! Kemarikan, Jung! Aku akan menjual benda-benda ini dan wow! Ada surat baru dan juga cokelat!"

Dasar kelinci gila. Berisik sekali.

"Kemarikan cokelatnya, Bunny! Kau bacakan suratnya."

Aish dasar manusia-manusia ini!

.

.

.

Seperti biasa setelah istirahat aku dan teman-temanku akan berkumpul di kantin untuk mengganjal perut. Ada Mino yang kelasnya berbeda  denganku dan kedua makhluk gila itu. Mino bercerita soal murid baru di kelasnya yang baru masuk hari ini. Aku tidak begitu peduli pada ceritanya dan lebih fokus terhadap semangkuk ramyun di depanku.

"Kurasa, sekolah ini akan memiliki idola baru selain kita berempat." Ucap Jiwon menanggapi cerita Mino soal siswa baru yang menarik perhatian banyak orang itu.

"Tapi dia berbeda dari kita." Sela Mino.

"Tentu saja tidak akan ada yang boleh menyamai kita." Seru Jaewon dengan nada tak rela karena kini kami memiliki saingan. Ah sebenarnya hanya mereka bertiga yang merasa seperti itu. Aku tidak peduli sama sekali.

"Bukan seperti itu. Kalian harus melihat wajahnya dulu, baru tahu maksud dari ucapanku."

"Maksudmu?"

"Memangnya dia seperti apa?"

"Itu dia! Dia sedang berjalan bersama Yunhyeong si lipbalm!" Seru Mino yang sontak membuat duo gila itu menoleh cepat.

Jangan tanyakan responku, bahkan mangkuk ramyeonku kini sudah nyaris bersih karena sedari tadi aku tidak mengalihkan perhatianku pada obrolan tak berguna mereka dan memilih fokus menikmati makan siangku.

"HAHAHAHAHAHAHA-" Duo gila tiba-tiba tertawa begitu kencang membuat telingaku sakit mendengarnya. Tak bisakah duo ini mengecilkan volume tawa mereka? Mino pun tertawa dengan suara yang lebih pelan.

"Hanbin! Kau harus melihatnya! Lihatlah! Sungguh lucu rasanya membayangkan orang seperti itu jadi idola para gadis." Jaewon menepuk pundakku sambil sesekali tertawa.

Aku menghabiskan sisa bubble tea-ku dan menoleh ke arah tiga temanku. Jiwon memberi isyarat kepadaku untuk melihat ke arah belakang. Meskipun malas, aku sedikit penasaran dengan sesuatu yang membuat ketiga temanku tertawa.

Di meja yang tak jauh dari kami berempat, duduk dua orang laki-laki yang seorang dari mereka kuketahui bernama Yunhyeong. Dan mataku kini fokus pada seorang laki-laki bertubuh kecil yang memiliki wajah nyaris seperti perempuan. Heol! Bagaimana mungkin laki-laki berwajah perempuan seperti dia bisa menjadi idola para gadis? Menggelikan. Seketika aku tersenyum meledek dan membuat ketiga temanku kembali tertawa.

"Lucu bukan? Bukankah dia pantas menjadi peri saja? Hahahaha." Ledek Mino yang disambut anggukan setuju dari Jiwon dan Jaewon.

"Look it! Para gadis kini berebut duduk di sampingnya! Woaahh sungguh tak dapat dipercaya!" Seru Jiwon sambil menunjuk ke arah laki-laki berwajah perempuan yang kini sudah dikerubungi oleh para gadis itu.

"Heol! Apakah aku akan kehilangan fans-ku mulai hari ini?" Oceh Jaewon seraya mengambil gelas cup cappucino-nya lalu menyeruputnya kasar.

Hufftt mereka sungguh gila akan popularitas. Lebih baik aku pergi saja dari sini, daripada telingaku panas karena ocehan-ocehan tiga makhluk berisik ini.

"Mau kemana?" Tanya Mino.

"Rooftop. Jangan menyusulku." Sahutku dingin seperti biasa. Mino hanya mengangguk.

.

.

.

Langit siang ini tentu sangat terik karena matahari tepat berada di pertengahan. Jadi, aku lebih memilih duduk bersandar pada tembok pembatas dan mengecek ponselku. Tidak ada pesan ataupun telepon masuk seperti biasa. Orangtuaku bahkan sudah pergi selama dua bulan dan mereka sama sekali tidak menghubungiku? Menyebalkan.

Kukeluarkan bungkus rokok dari saku celana dan mengambil satu batang untuk selanjutnya kunyalakan dengan pemantik yang kusimpan di saku celana juga. Aku menyesap sebatang rokok di tanganku ini diiringi dengan perasaan gundah yang kerap kali menyapa. Apa aku bahagia dengan apa yang kumiliki saat ini? Apa aku bahagia menjadi populer seperti sekarang? Apa aku bahagia ketika hidup tanpa pengawasan orangtua?

Selama ini aku hidup tertutup kedok ketika berada di hadapan semua orang. Tak satupun yang boleh mengetahui sisi lemahku yang satu ini. Tak satupun yang boleh mengetahui seberapa kesepiannya hidup sebagai seorang Kim Hanbin yang tampan, kaya, cerdas dan bertalenta. Aku tetap harus terlihat angkuh dan kuat didepan semua orang agar siapapun yang ingin menghancurkanku berpikir dua kali untuk melakukannya.

Aku Kim Hanbin, si Ice Prince yang tak terkalahkan.






TBC.

Annyeong! Muzee bawa cerita baruu 🙌

Chapter pertama dikit banget ya. Baru perkenalan jd maafkan author 😂

Jangan lupa tinggalkan jejak sebagai bentuk Apresiasi anda terhadap karya orang lain 😉

muzee_

Let You FlyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin