Nineteen : Kim Hanbin's First Love

1.6K 240 28
                                    


Note : Untuk tulisan Italic berbahasa Indonesia pada dialog ketika BinHwan di Jepang, itu berarti pake bahasa Jepang ya :)






Tiga hari sebelum persidangan, Hanbin dengan ditemani Jinhwan berangkat ke Jepang untuk mengunjungi ibunya. Tuan Kim memesankan dua tiket pesawat untuk dua pemuda itu setelah sang istri meminta untuk bertemu dengan puteranya. Dia takut jika Hanbin memang tak menang di pengadilan, tak bisa bertemu lagi dengan putera semata wayangnya itu. Ada rasa bahagia bercampur ketakutan dalam hati Hanbin saat hendak bertemu dengan sang ibu. Bahagia karena dia bisa bertemu lagi dengan wanita yang teramat dicintainya setelah berjauhan selama hampir setahun. Takut jika pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhir mereka.

Tiga kawan Hanbin melepas kepergiannya dan Jinhwan di bandara Incheon dengan penuh haru. Mereka mengucapkan selamat pada Hanbin yang akan bertemu dengan ibunya. Berdoa semoga nyonya Kim bisa sehat dan bisa kembali lagi ke Korea dengan penuh suka cita, berkumpul bersama Hanbin dan ayahnya, juga mereka.

Kelima sekawan itu saling memeluk satu sama lain, saling berpesan agar baik-baik saja. Terlebih untuk kedua orang yang hendak melakukan penerbangan, tiga lainnya berdoa agar keduanya selamat sampai tujuan. Namun, Hanbin dan double Won merasa ada yang berbeda dari pelukan Mino kali ini. Juga senyuman yang dia berikan berbeda dari biasanya, dan pemuda jangkung itu tak banyak bicara seperti biasa. Sedangkan Jinhwan Sebagai satu-satunya orang yang tahu rencana Mino hanya bisa menatapnya sendu, berkali-kali berdoa dalam hati untuk keselamatan karibnya itu.

Sekali lagi, Mino memeluk erat tubuh Hanbin saat penerbangan menuju Tokyo tinggal beberapa saat lagi diumumkan. Pemuda tampan itu awalnya mengerjap bingung, namun tentu saja dia membalas pelukan sahabat yang sudah seperti kakaknya itu. Tiba-tiba hatinya merasa perih yang dia sendiri tak tahu alasannya. Ini hanyalah kepergian selama satu hari, kenapa rasanya berat sekali? Apa karena Hanbin tidak terbiasa jauh dengan ketiga sahabatnya itu, terutama Mino?

"Kau aneh sekali, Song." Cibir Hanbin di pelukan Mino yang kemudian terkekeh.

Mino menepuk bagian belakang kepala Hanbin. "Baik-baiklah disana bersama Jinhwan dan jangan bertengkar seperti anak kecil." Ucapnya yang langsung mendapat delikan dari Jinhwan yang sedang berada di tengah-tengah double Won. "Titipkan salamku pada ahjumma." Mino melepas pelukannya. Menepuk kepala Hanbin selayaknya seorang kakak lalu turun ke pipinya untuk kembali menepuk-nepuknya agak keras. Hanbin tersenyum sambil membalas tepukan Mino di wajah tirus pemuda itu.

"Hei, bergegaslah. Kalian harus segera berangkat." Tegur Jaewon yang kini tengah meresletingkan jaket Jinhwan yang langsung mengangguk lucu.

Jinhwan berjalan menghampiri Hanbin dan keduanya melangkah pergi. Melambaikan tangan pada ketiga sahabatnya yang tersenyum melepas kepergian keduanya. Hingga saat Jinhwan bertemu tatap dengan Mino, rasa takut itu kembali muncul. Melihat wajah tersenyum dengan sorot mata yang sendu itu, membuat Jinhwan berlari untuk kembali menghampiri Mino. Kedua matanya bahkan sudah mulai berkaca-kaca.

Bruk.

Tubuh mungilnya menghambur memeluk Mino dengan erat. Membuat keempat orang lainnya terheran-heran dengan sikap aneh Jinhwan. Hanbin yang melihatnya langsung memalingkan wajah, merasakan sesuatu yang aneh saat Jinhwan memeluk erat tubuh Mino seperti itu.

"Hei, Kim kecil. Kenapa kau?" Mino membalas pelukan Jinhwan.

Pemuda mungil itu menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Mino. Menahan diri untuk tak menangis sekarang. "Pabo-ya.. Kumohon selamatlah.." Lirihnya yang membuat Mino tersenyum nanar.

Let You FlyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum