Eleven : Nervous ; I Loss My Voice!

1.9K 240 45
                                    

Jinhwan memeluk pinggang Hanbin cukup erat karena belum terbiasa naik motor seumur hidupnya. Apalagi setelah kejadian kemarin, dimana Hanbin hampir membuatnya mau mati saja gara-gara cara gila pemuda tampan itu membawa motornya.

"Kenapa kau melingkarkan tanganmu di pinggangku?" Hanbin menoleh ke belakang sebelum menyalakan motornya.

Jinhwan berdecih, memutar bola mata. "Yak, lupakah kau kemarin membuatku hampir kehilangan nyawaku? Lagipula..." Pemuda manis itu mendengus kesal sambil melirik ibunya yang sedari tadi hanya senyum-senyum melihat keduanya.

Jinhwan mengerucutkan bibir. "Kenapa juga eomma memaksaku ikut dengan si gila ini??" Dipukulnya punggung Hanbin tiba-tiba, membuat pemuda tampan itu terkejut.

"Sudahlah, sayang.. Sekarang sudah waktunya kalian berangkat. Hanbin-ah hati-hatilah saat membawa motor. Ingatlah, kau saat ini sedang membawa seorang pangeran manis yang harus dilindungi." Matanya mengerling ke arah Jinhwan, membuat putera manisnya itu mengembungkan pipi lucu.

"Baiklah, kami berangkat dulu, ahjumma. Sampai jumpa nanti." Hanbin pamit sebelum menyalakan motor dan melajukannya meninggalkan pekarangan rumah besar Jinhwan.

Si kecil yang dibonceng kini lebih memilih melepas lingkaran tangannya di pinggang Hanbin. Seharusnya dia tidak seagresif itu, kan?

'Aish~ Aku tidak agresif! Aku hanya takut mati saja!'

Jinhwan menggigit bibir menguatkan dirinya agar tidak ketakutan. Tangannya gatal ingin berpegangan pada pinggang Hanbin, namun dia sungguh gengsi jika harus menunjukan ketakutannya. Pemuda manis itu terkesiap saat motor membelok ke arah kanan dan membuat motor sedikit miring. Memang, Hanbin melajukannya dengan tenang. Tapi tetap saja Jinhwan yang belum terbiasa naik motor masih panik. Badannya menegang saat Hanbin bersiap untuk menikung sebuah truk besar di depan dan laju motor bertambah cepat. Pemuda manis itu memejamkan mata dan merapalkan doa agar dia baik-baik saja. Jantungnya berpacu saat kecepatan motor bertambah. Tiba-tiba saja sebuah tangan besar meraih tangan sebelah kirinya dari depan dan melingkarkannya di pinggang Hanbin. Jinhwan membuka kedua sipitnya dan mendapati tangan sebelah kirinya sudah bertengger manis di pinggang pemuda tampan itu. Spontan saja, pemuda manis itu melingkarkan tangan kanannya pada pinggang pemuda di depannya.

Setelah dirasa Jinhwan aman, Hanbin pun mulai mempercepat laju motor dan menikung truk besar tadi dalam hitungan lima detik. Sedangkan Jinhwan di belakang hanya bisa memejamkan mata dengan erat sambil menunduk menyandarkan kepala berhelm nya pada punggung lebar dan tegap Hanbin. Masih dalam posisi seperti itu meskipun kecepatan motor sudah kembali normal. Entah kenapa jantung pemuda manis itu kini berdetak dengan cara tak biasa. Merasa sedikit bergetar karena sedekat ini dengan Hanbin. Ada gelenyar aneh pada dadanya dan itu terasa menggelitik juga di bagian perut.

Hanbin di depan menelan ludah dan mengangkat tangan kirinya untuk menyentuh dada. Merasakan detak jantung yang aneh saat Jinhwan memeluknya dengan sangat menempel seperti itu. Pemuda tampan itu menggelengkan kepala dengan cepat lalu berdeham sekencang-kencangnya sebelum berucap pada Jinhwan.

"Gerbang sekolah sudah terlihat!" Serunya membuat Jinhwan terkesiap.

Pemuda manis itu dengan cepat melepas pelukannya pada Hanbin. Dia hendak berbicara namun entah kenapa suaranya tidak keluar dari mulutnya. Membuatnya harus berdeham berkali-kali.

'Turunkan aku disini saja. Aisshh~ Kenapa susah sekali berbicaraaa..'

Jinhwan memukuli tempurung kepalanya sebal. Lalu kedua sipitnya membola saat Hanbin dengan percaya diri membawa motornya melewati gerbang sekolah. Membuat semua siswa yang juga baru datang menatap mereka penuh minat. Sebagian besar menganga tak percaya melihat pemandangan yang sungguh tabu itu. Bagaimana bisa si air dan si api, si kucing dan si anjing, si es kutub dan si sinar matahari itu bisa berangkat ke sekolah bersama? Tentu saja pertanyaan seperti itu akan muncul dalam benak mereka, mengingat Hanbin adalah musuh terbesar Jinhwan. Dan Hanbin yang sangat tidak menyukai Jinhwan. Jinhwan menunduk malu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sungguh, saat ini dia ingin menghilang saja. Apa yang akan dikatakan orang-orang, teman sekelas dan Yunhyeong nanti?

Let You FlyWhere stories live. Discover now