Eighteen : Our Friendship

1.5K 220 52
                                    

"M-Mino, aku-" Jinhwan mematung di tempatnya berdiri karena Mino kini benar-benar menatapnya dengan tatapan menusuk. Dapat dia lihat pemuda tinggi itu menghela nafasnya berat.

"Cepatlah mandi. Kita harus segera ke rumah sakit." Ucapnya datar sebelum menutup pintu cukup keras, membuat Jinhwan terkesiap.

Jinhwan hanya menunduk sambil mengelus dadanya karena terkejut. "Kau tak sopan sekali, Kim Jinhwan." Marahnya pada diri sendiri lalu melangkah dengan lemah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hingga 15 menit lamanya, Jinhwan telah menyelesaikan acara mandinya dan kembali mengenakan seragam sekolah. Meskipun tak nyaman,  namun dia lebih memilih mengenakan kembali seragamnya daripada harus meminjam pada Mino. Dia takut pada pemuda itu.

Langkah kecilnya dia arahkan ke ruang tengah apartemen luas itu setelah keluar dari kamar. Mendapati Mino yang tengah berdiri mengenakan jaket denimnya. Pemuda mungil itu meneguk ludah, merasakan takut juga bingung yang mendera.

"Kau mau makan apa? Aku akan memesankannya untukmu." Mino memecah sunyi yang tercipta selama satu menit dengan suara yang masih terdengar dingin.

Jinhwan mengibas-ngibas kedua tangan seraya memasang wajah super canggung. "Aku akan makan di rumah sakit saja, Song. Mungkin eomma membawakan makan malam untuk kita."

Mino pun mengangguk menanggapi jawaban Jinhwan. "Kalau begitu ayo pergi." Ucapnya tanpa sedikit pun menoleh ke arah pemuda mungil itu.

Bahkan sampai ke dalam mobil pun tak ada percakapan apapun diantara keduanya. Tidak seperti biasa yang selalu berisik karena beradu argumen-argumen tak masuk akal ataupun melakukan pertengkaran kecil.

Mino menyalakan mesin mobilnya lalu melajukannya keluar dari basement. Jinhwan tak sanggup untuk memandang wajah datar Mino yang masih terlihat kesal dan marah itu. Jadi, sejak dia duduk di jok pun pandangannya dia layangkan ke luar jendela. Namun suasana menegangkan seperti sekarang ini sungguh membuatnya tak nyaman. Bagaimanapun dia harus meminta maaf pada Mino karena tindakan tak sopannya sebagai tamu tadi.

"Mino-ya.. Maaf soal tindakan tak sopanku tadi. Aku sungguh tak melakukan apapun selain melihat foto-foto itu." Cicit Jinhwan dengan kepala yang menunduk menatap kedua tangan yang saling bertautan diatas pahanya.

Tak ada jawaban dari Mino membuat Jinhwan menghela nafas berat dan memilih untuk kembali memandangi jalanan di luar. Berharap jika salju pertama akan turun malam ini dan sedikit bisa menghibur dirinya.

"Kurasa kau sudah tahu jika Yunhyeong dan aku adalah saudara sepupu." Akhirnya Mino membuka suara membuat Jinhwan menoleh cepat ke arahnya.

"Ya, aku tahu. Dia menceritakannya saat aku bermain ke rumahnya." Sahut Jinhwan mencoba bersikap sesantai mungkin.

"Dan bocah itu... Kau belum tahu?" Mino menoleh sebentar saat bertanya pada Jinhwan yang menggelengkan kepala menunggu ucapan berikutnya. "Dia adiknya Yunhyeong, Song Eunwoo."

Jinhwan sontak saja memasang ekspresi terkejut saat mendengar jawaban Mino. "Adik? Jadi Yunhyeong punya adik? Kenapa dia tak pernah menceritakan soal adiknya kepadaku selama ini?" Pertanyaan dia lontarkan diiringi ekspresi penuh penasaran.

"Yunhyeong memang tak pernah ingin kembali membuka memori soal adik kecilnya." Sahut Mino yang tak melepaskan pandangannya dari jalanan, sedangkan Jinhwan mengernyit tak mengerti. "Eunwoo meninggal dua tahun lalu ketika berumur 10 tahun."

Jinhwan membeku di tempat dengan ekspresi yang luar biasa terkejut mendengar penuturan Mino berikutnya. "B-Bagaimana bisa? Apa dia sakit?"

Mino menghela nafas berat. Hatinya ngilu kembali saat membuka memori lama soal adik sepupu yang sangat dia sayangi itu. "Dia jatuh dari tangga di rumahku."



Let You FlyWhere stories live. Discover now