Seventeen : Sadness And Loneliness

1.6K 226 71
                                    


Seperti yang Hanbin janjikan kepada Nyonya Yoo hari kemarin, pagi ini dirinya, Jinhwan dan Nyonya Yoo pergi ke Cheongdam untuk menemui nenek dan kakeknya. Awalnya Hanbin menawarkan diri untuk menyetir mobil, namun secara tak terduga Nyonya Yoo memukul kepalanya dan memarahinya karena dia belum diperbolehkan menyetir secara hukum. Jinhwan senang-senang saja ketika melihat neneknya dengan sadis memukul dan mengomeli Hanbin yang hanya diam menunduk tak berkutik. Si penguasa sekolah, petarung handal dan penakluk jalanan itu ternyata bisa kalah juga oleh nenek-nenek.

Selama perjalanan, Nyonya Yoo banyak bercerita soal persahabatannya dengan nenek kakek Hanbin hingga mereka memiliki seorang anak bahkan cucu yang masih kecil saat itu sebelum mereka sama-sama disibukkan dengan urusan perusahaan.

"Dulu aku datang mengunjungi Jiyong dan Dara saat kau masih berusia dua tahun. Aku masih ingat kau itu anak yang sangat aktif dan tak bisa diam sampai-sampai membuat ibumu pusing." Cerita Nyonya Yoo yang begitu disimak oleh Hanbin yang duduk di depan. "Bahkan kau pernah tak sengaja melemparkan pesawat mainan tepat ke mukaku."

Hanbin dan Jinhwan sama-sama membelalak saat mendengar kalimat terakhir dari Nyonya Yoo. "B-Benarkah, Halmeoni? Maafkan aku, sungguh." Dia mengusap tengkuknya merasa tak enak dan malu.

Nyonya Yoo pun terkekeh. "Kau masih sangat kecil saat itu, nak. Jadi aku sangat memakluminya. Jika kau melakukannya sekarang, mungkin aku tak segan-segan memukulimu dengan sandalku." Gurau wanita tua itu yang disambut gelak tawa dari Hanbin dan Jinhwan.

Mereka terus saja berbincang sepanjang jalan diselingi gelak tawa. Hingga tak jarang Hanbin dan Jinhwan kembali beradu mulut membuat Nyonya Yoo sedikit pusing menyaksikan kedua pemuda itu. Meskipun dia akui bahwa keduanya begitu lucu dan menggemaskan dengan interaksi unik dari pertemanan mereka.

Tak terasa mereka pun sudah sampai di depan sebuah gedung. Sopir yang sudah turun dari mobil segera membukakan pintu untuk Nyonya Yoo dan Jinhwan dengan sigap memeganginya. Saat kedua sipit Jinhwan mengamati gedung juga papan yang berada di gerbang masuk, saat itu pula dia baru sadar jika mereka bukan mengunjungi rumah seseorang yang masih hidup. Tapi mereka sedang berkunjung ke rumah abu dan itu membuat Jinhwan tertegun.

"Ayo, Halmeoni." Ajak Hanbin yang mulai berjalan di samping kiri Nyonya Yoo dengan dua buket bunga di tangan yang dibelinya juga wanita tua itu.

Mereka sudah memasuki gedung dan masuk ke dalam lift menuju lantai dua tanpa mengeluarkan suara. Jinhwan  sedikit menoleh ke arah Hanbin yang terhalangi tubuh neneknya. Menatap pada pemuda berwajah datar itu.

'Pantas saja dia memilih warna serba hitam ketika Halmeoni membelikannya pakaian kemarin sore.'

Hanbin membawa mereka berbelok ke arah kanan setelah keluar dari dalam lift. Berjalan ke arah deretan lemari kaca yang memperlihatkan banyak guci berisi abu, foto-foto, hingga sebuah benda berharga yang memiliki kenangan bersama orang yang meninggal itu. Hingga mereka sampai di sebuah lemari kaca yang berada di paling sisi. Hanbin pun memberi penghormatan di hadapan dua loker kaca yang menampilkan foto sepasang wanita dan pria tua bersama seorang bocah kecil tampan yang tengah tersenyum lebar.

"Halmeoni, Harabeoji.. Aku datang bersama Yoo halmeoni karena merindukan kalian." Ucap Hanbin pelan kepada dua loker kaca itu.

Nyonya Yoo maju dan membungkuk, diikuti Jinhwan di sampingnya. Wajah senja itu tersenyum diiringi tatapan penuh kerinduan pada dua sahabatnya yang sudah pergi lebih dulu.

Let You FlyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora