Twelve : I Can't Hate You Anymore

1.9K 257 76
                                    

Jiwon memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Panik jika sesuatu yang buruk akan terjadi di Buam-dong. Karena Hanbin pergi sendiri kesana, bagaimana jika dia dikeroyok hingga mati oleh Taehyun dan gengnya? Atau bagaimana jika memang benar Taehyun datang sendiri, Hanbin akan menghabisinya hingga mati?

"Si Mino sialan, seharusnya dia tak mengungkit kembali masa lalu Hanbin. Bocah itu mudah sekali terguncang dan efeknya akan sangat buruk." Jiwon berucap dengan emosi. Seharusnya tadi dia menghentikan Mino untuk tak mendatangi Jinhwan. Pada akhirnya malah menimbulkan perkelahian antara dia dan Hanbin.

"Dia dengan santainya menceritakan pertengkarannya dengan Hanbin kepada kita tanpa sedikit pun merasa bersalah telah mengungkit masa lalu Hanbin." Sahut Jaewon seraya mengusap wajahnya.

"Percepatlah, Bunny! Aku sungguh cemas dengan bocah itu." Jaewon berujar frustasi sambil mengacak rambut hitamnya. "Dia pasti merasa jika kita menjauhinya. Padahal kita berdua sama sekali tak keberatan saat dia membutuhkan waktu sendiri."

Jiwon semakin memacu laju mobilnya membelah jalanan sepi Buam-dong. "Semoga kita tidak terlambat." Lirihnya penuh harap.

Lima menit mereka sampai di lokasi. Panik saat melihat Hanbin yang tengah menghabisi Taehyun dengan membabi buta. Sudah mereka duga, kemungkinan kedua benar-benar sedang terjadi. Keduanya segera turun dari mobil dan berlari dengan cepat menghampiri Hanbin yang akan menghabisi Taehyun yang sudah tak berdaya.

"MATI KAU, NAM!"

"KIM BODOH! HENTIKAN!"

Jiwon berteriak dengan lantang sedangkan Jaewon dengan sigap menahan pergerakan Hanbin. Kedua mata merah Hanbin menyalang pada double Won. Memberontak dari pegangan Jaewon.

"MAU APA KALIAN KESINI? KALIAN MERUSAK KESENANGANKU, KEPARAT!!"

"HENTIKAN, BRENGSEK!! SADARLAH, KITA INI BUKAN KELOMPOK PEMBUNUH!!"

Jaewon membalas teriakan Hanbin sambil menampari wajah lebam itu untuk mengembalikan kesadarannya.

"AKU TAK PEDULI! LEPASKAN, BRENGSEK!"

Hanbin sekuat tenaga memberontak dari cengkeraman kedua sahabatnya. Jiwon tahu jika Hanbin sudah kekurangan energinya jadi dia tidak akan bisa melepaskan diri dari cengkeraman keduanya.

"KIM HANBIN!! BUKANKAH KITA SEPAKAT UNTUK TAK MEMBUNUH?? HENTIKAN KEGILAANMU, KIM!!"

Jiwon meraih kerah seragam Hanbin dengan kencang sambil menggoncang tubuh babak belur itu berkali-kali. Hanbin meludahkan liurnya yang sudah bercampur darah. Kemudian dia terbatuk lalu mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Apa pedulimu, kelinci bodoh? Apa hakmu menghentikan kegilaanku ini?" Kini Hanbin berujar dengan suara lemah.

"Tentu aku berhak menghentikanmu karena aku sahabatmu! Jaewon juga berhak untuk itu!" Jiwon masih berteriak meskipun tidak sekeras tadi.

Hanbin terkekeh sambil diiringi batuk. "Sahabat katamu? Kau sedang mencari muka denganku, huh?"

Jiwon menarik nafas sebelum berkata. "Kau merasa ditinggalkan oleh kami, benar?" Kedua mata sipitnya menatap mata hitam Hanbin yang kelopaknya sudah terkoyak.

"KALIAN SAMA SAJA, BRENGSEK!! KALIAN HANYA PURA-PURA PEDULI PADAKU!!"

BUGH.

"Bunny!" Jaewon membentak saat melihat Jiwon memukul pipi Hanbin.

"Ini pukulan untuk menyadarkan si kepala batu ini." Ucap Jiwon lalu kembali meraih kerah baju Hanbin. Memejamkan mata selama beberapa saat untuk meredam amarahnya.

Let You FlyWhere stories live. Discover now