Three : Pain

2K 269 37
                                    

Jinhwan perlahan membuka kedua matanya yang sudah terpejam selama empat jam. Otaknya masih mencerna keadaan sekitar yang tak dikenalnya sebagai kamar miliknya. Dari baunya, laki-laki mungil itu bisa tahu kalau kini dia sedang berada di ruang rawat.

"Sayang? Kau sudah sadar?"

Suara halus nan lembut itu membuat Jinhwan segera menoleh hingga ditemukannya seorang wanita berusia 38 tahun berwajah cantik yang memiliki wajah nyaris sepertinya. Jinhwan tersenyum kepada ibunya yang kini tengah mengelus lembut kepalanya.

"Sejak kapan aku disini, eomma?" Tanya Jinhwan dengan suara paraunya.

Nyonya Kim menghela nafas sebelum menceritakan tentang dirinya yang mendapat telepon dari pihak rumah sakit, karena putera semata wayangnya tengah dirawat setelah seseorang menemukannya tergeletak tak berdaya di sebuah gang dan langsung menghubungi ambulans untuk membawanya ke rumah sakit.

"Eomma panggilkan dokter dulu, ne?" Ucap Nyonya Kim lalu menekan tombol samping ranjang untuk memanggil dokter.

Setelah melakukan pemeriksaan kembali, dokter memperbolehkan Jinhwan untuk pulang dan menganjurkan agar Jinhwan beristirahat selama beberapa hari untuk memulihkan batuknya. Nyonya Kim sempat khawatir karena dokter mengatakan jika perawat memberi laporan tentang seragam sekolah Jinhwan yang berbau rokok. Penyebabnya kemungkinan besar karena asap rokok yang tak sengaja Jinhwan hisap. Tapi dokter mengatakan paru-paru Jinhwan baik-baik saja dan tidak perlu cemas selama Jinhwan banyak beristirahat dan teratur meminum obat. Nyonya Kim takut jika puteranya batuk berdarah lagi hingga terbaring selama dua minggu di rumah sakit seperti yang pernah dialaminya ketika kecil.

.

.

Jinhwan sedang berbaring diatas ranjang ketika ibunya datang membawa semangkuk sup dan juga nasi. Dielusnya surai cokelat puteranya itu dengan sayang.

"Makan dulu, sayang. Ayo eomma suapi."

Jinhwan hanya mengangguk kemudian mendudukan diri dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Ibunya pun segera menyuapi Jinhwan dengan perlahan dan hati-hati.

Selesai makan, Nyonya Kim segera membenahi tempat tidur Jinhwan untuk ditiduri dengan nyaman oleh putera semata wayangnya itu. Dan Jinhwan hanya tersenyum senang dengan perlakuan ibunya yang sangat perhatian dan menyayanginya. Sampai detik ini pun Jinhwan sama sekali tidak kekurangan kasih sayang dari orangtuanya. Dari kecil hingga sekarang, kedua orangtua Jinhwan selalu memanjakan dan memperlakukannya dengan sangat baik juga penuh kasih sayang. Sama sekali tak ada cacat dari keluarga Jinhwan, itulah sebabnya laki-laki mungil itu tumbuh menjadi anak baik dan berprestasi. Didikan dan kasih sayang dari orangtuanya lah yang membuat Jinhwan seperti saat ini. Anak penurut yang tak pernah mengecewakan kedua orangtuanya. Sungguh berbanding terbalik dengan Kim Hanbin yang saat ini tengah berada di kantor polisi bersama ketiga temannya.

.

.

Dua jam yang lalu...

Hanbin masih berada paling depan pada lap terakhir dan ketiga temannya akan bersorak senang ketika Hanbin berhasil menggapai garis finish dengan sempurna. Mengalahkan lawannya yang sudah mempertaruhkan harta yang dimilikinya untuk balapan ini.

Dengan senyuman mengejek, Mino, Jaewon dan Jiwon segera menagih harta taruhan dari kelompok Nam Taehyun, lawan abadi Kim Hanbin yang bersekolah di Hongki High School. Sudah dua tahun mereka melakukan balapan liar ini. Kedua belah pihak saling bertaruh untuk kemenangan masing-masing. Silih berganti meraih kemenangan yang terkadang menimbulkan adu jotos karena pihak yang tak menerima kekalahannya. Sebenarnya, dulu ada enam orang yang menjadi pembalap liar itu. Dua orang dari kelompok Hanbin yaitu dirinya dan Mino. Dua orang dari kelompok Nam Taehyun. Dan dua lainnya adalah kelompok Kang Seungyoon dari Ohyuk High School. Namun kelompok Kang Seungyoon memutuskan untuk berhenti karena sang ketua harus melanjutkan kuliah ke Amerika. Dan yang tersisa tinggal kelompok Kim dan Nam.

Let You FlyWhere stories live. Discover now