Twenty Six : A New Fact

1.7K 194 93
                                    







Malam itu Hanbin baru pulang dari rumah Jinhwan dan menemukan ibunya masih terjaga di ruang tengah. Menatap ponselnya dengan asyik tanpa menyadari jika anak lelakinya tengah mengendap-ngendap di belakang, berniat mengejutkannya.

"Eomma!"

"Astaga!"

Hanbin tertawa seraya memeluk leher ibunya dari belakang, sementara sang ibu masih mengelus dada sambil menggumam kesal.

"Sedang apa? Kenapa belum tidur?" Hanbin duduk di samping ibunya setelah-lagi-lagi-kembali mengejutkan ibunya dengan meloncat dari belakang sofa untuk mendaratkan pantatnya di samping sang ibu.

"Menunggu puteraku kembali dari rumah sahabat manisnya." Nyonya Kim menyahut seraya tersenyum manis, namun tangannya menarik pelan daun telinga Hanbin bermaksud menyatakan kejengkelannya ulah putera tampannya yang langsung meringis itu.

"Hanbin-ah," Panggil nyonya Kim setelah keadaan kembali tenang.

"Ya, eomma?" Hanbin memposisikan dirinya untuk sedikit berhadapan dengan sang ibu.

"Kali ini eomma serius." Nyonya Kim menatap wajah puteranya serius.

Hanbin mengangkat kedua alisnya mendengar perkataan ibunya itu, lalu setelah teringat sesuatu helaan nafas panjang dia lakukan. "Gadis-gadis itu lagi?"

Nyonya Kim mengangguk. "Lihatlah, Bin-ah." Tangannya dengan cekatan menggeser layar ponsel dan membuka galeri untuk menunjukan banyak foto gadis. "Eomma sudah mendapatkan foto-foto mereka dari kenalan-kenalan appa dan eomma. Dan mereka semua sungguh gadis-gadis yang cantik." Ucapnya antusias seraya memperlihatkan salah satu foto seorang gadis pada Hanbin yang hanya memutar bola mata.

"Aku belum tertarik, eomma. Kenapa eomma bersikeras menginginkanku segera memilih calon istri? Eomma sudah tahu jawabanku, aku masih belum menyelesaikan kuliahku. Dan biarkan saja aku mencari sendiri calon pendamping hidupku, bukan dengan cara seperti ini. Kumohon jangan terlalu memaksakan diri, eomma. Aku sama sekali belum tertarik untuk mengencani gadis manapun." Hanbin berujar cukup jengkel. Karena Demi Tuhan, ini sudah kali ketiga ibunya membahas soal gadis-gadis yang harus Hanbin pilih untuk dikencani, setiap kali dirinya pulang ke rumah.

Nyonya Kim menghela nafas. "Tidak ada salahnya kau memilih berkencan saat ini. Mungkin jika kau merasa cocok dengan salah satu dari mereka, kau bisa melanjutkan pada tahap yang lebih serius, Hanbin-ah. Agar setelah lulus nanti kau bisa segera menikahi gadis pilihanmu itu. Eomma sudah mendapatkan profil tentang mereka. Dan semuanya adalah gadis-gadis cantik yang memiliki kepribadian juga pendidikan yang baik. Kau membutuhkan pendamping yang memiliki wawasan luas untuk membantumu membesarkan perusahaan appa."

Hanbin meraih tangan ibunya, mengecupnya cukup lama lalu menatap pada kedua netra jernihnya yang cantik. Saat ini yang berada dalam pikirannya hanya Jinhwan, tidak ada yang lain. Dan Hanbin tak suka jika ibunya terus mendesaknya untuk berkencan dengan salah satu dari gadis-gadis itu. Yang Hanbin inginkan hanya Jinhwan.

"Aku sudah dewasa, eomma. Aku bisa memilih hal apapun yang kuhendaki, entah itu untuk kebaikanku sendiri atau kebaikan orang-orang di sekitarku." Ucap Hanbin lembut seraya menggenggam erat tangan nyonya Kim. "Setelah lulus nanti, akan kupastikan aku akan membawa calon pendampingku kesini untuk bertemu eomma dan appa. Dan juka kalian merestui hubungan kami, aku tidak akan berlama-lama untuk menyelenggarakan pernikahan yang eomma inginkan itu."

Nyonya Kim menghela nafas berat. "Apa kau sudah punya kekasih?"

Hanbin terdiam mendengar pertanyaan itu dan memutuskan untuk berbohong dulu agar ibunya tak banyak bertanya soal kekasihnya. "Aku sangat sibuk dengan kuliahku dan belum tertarik untuk mencari kekasih. Tapi, aku janji setelah lulus nanti aku akan bergegas membawa kekasihku ke hadapan eomma jika aku sudah mendapatkannya. Jadi-"

Let You FlyOnde histórias criam vida. Descubra agora