BAB 13

5K 355 10
                                    

Bab (13)
Sudah hampir dua jam Lisse ada di dalam ruangan milik Edward. Entah kenapa tadi Edward memintanya untuk duduk di dalam ruangannya.

"Astaga! Apa yang sebenarnya diminta oleh Edward? Kenapa dia memintaku di sini?" Lisse bergumam pelan nan malas.

Dia menatap ke arah jendela yang menandakan hari sudah sangat malam. Gadis itu seharusnya berlatih dengan Xervie, sekarang dia malah diminta oleh Edward harus di sini.

Saat dia memandang jendela terus-menerus, tiba-tiba pintu terbuka dan bukannya sosok Edward yang masuk melainkan Xervie yang datang.

"Xervie?"

"Hm?"

"Bagaimana kau bisa di sini?"

"Memangnya tak boleh aku kemari?"

"Yah... memangnya kau tak ada tugas dengan~"

"Memangnya kenapa kalau misal aku ada tugas?"

"Ti-tidak apa-apa, omong-omong Edward dan kakak di mana?" Tanya Lisse menatap Xervie yang menatapnya datar. Lelaki itu menahan Lisse di sofa--tepat gadis itu sedang duduk.

Lisse mendongak menatap Xervie bingung. "Lisse." Xervie memanggil pelan.

"Apa?"

"Aku bertanya padamu," ujar Xervie, "kau harus jawab jujur."

"Memang kau mau bertanya apa?" Balas Lisse pelan.

"Pokoknya kau jawab jujur saja!"

"Ya," balas Lisse pelan dengan wajah bingung.

"Are you still a virgin?"

Lisse terdiam dengan pertanyaan aneh dari Xervie. Tatapan Xervie masih sama, datar dan tanpa ekspresi sama sekali.

"Apa... maksudmu?"

"Kau tak tahu maksudnya? Kita selalu menggunakan bahasa inggris," ujar Xervie kesal.

"Iya, tapi apa maksudmu dengan pertanyaan apakah aku masih perawan atau tidak?" Lisse berdiri dan tubuhnya bergesekan dengan Xervie.

Lelaki dengan rambut perak itu hanya diam saja. Xervie terkekeh lalu langsung mendorong kembali Lisse sehingga gadis itu jatuh terduduk.

Xervie mengangkat dagu Lisse, "Julurkan lidahmu."

"Hah? Apa maksudmu?" Tanya Lisse bingung sendiri. "Aku ini bukan gadis polos! Bodoh!"

"Oh ya? Kau bukan gadis polos hm? Lalu ciuman saat itu... kau tahu artinya apa?" Xervie menatap denga tatapan amat dingin.

"Eh? Mm... mungkin kau... bernafsu?" Lisse menatap ke arah lain tetapi tak bisa mengalihkan kepalanya supaya terlepas dari pegangan Xervie.

Xervie terkekeh, "Kau masih perawan?"

"Tadi kau sudah bertanya soal itu," ujar Lisse.

"Aku bertanya sekali lagi," balas Xervie kesal, "kau masih perawan atau tidak!?"

"Masih," ujarnya pelan.

"Julurkan lidahmu sekarang juga! Atau aku akan langsung menelanjangimu!" Xervie mrnatap kesal ke arah Lisse.

Gadis itu menjulurkan lidahnya, lalu Xervie langsung menyambut lidah itu dengan lidahnya. Lisse terdiam dan meremas pakaian Xervie.

Xervie terus menerus melumat dan menjelajahi seluruh mulut gadis itu dengan lidahnya. Lisse lalu melepaskan remasannya dari pakaian Xervie dan beralih ke kancing pakaian Xervie.

Melepaskan ciumannya dan membuat Lisse terdiam bungkam. Gadis itu menghembuskan napasnya kecewa karena hilangnya kepuasan.

"Kenapa? Kau mau membuka kancing pakaianku?" Tanya Xervie dengan nada serak. Napasnya tersenggal-senggal.

"I-itu--"

"Buka saja, kita lakukan lebih dari ciuman." Xervie berka lagi, "aku menyukaimu, sepertinya... Lisse."

"Eh?"

"Kau hanya ingin tubuhku bukan?" Lisse mengalungkan lengannya dan mengecup bibir Xervie singkat.

Xervie terkekeh pelan, "buka kancing pakaianku."

"Eh?"

"Cepat!"

Lisse langsung membuka kancing pakaian Xervie pelan-pelan. Xervie menatap Lisse kesal sendiri, dia langsung menarik tangan Lisse dan membuka seluruh kancing pakaiannya.

Setelah itu Xervie melempar pakaiannya dan mendorong Lisse ke atas sofa dan dia ada di atas gadis itu.

Xervie melepas kancing Lisse secara perlahan. Lisse menatap ke arah Xervie dengan tatapan sendu. "Kau... benar--"

Xervie langsung membungkam mulut Lisse dengan sebuah ciuman penuh hasrat. Lisse langsung menerima dan mebalas. Suara penuh desahan menggema seluruhnya di ruangan kerja milik Edward.

Setelah dari bibir, Xervie beralih ke arah leher. Xervie memberi banyak tanda di leher gadis itu. Lisse hanya bisa diam dan tak melakukan sesuatu sama sekali.

"Aku akan mulai lebih panas lagi Lisse."

Xervie membuka mata perlahan saat merasakan ada yang meniup wajahnya. Lelaki dengan rambut perak itu membuka mata dan bertatapan langsung dengan sang kakak.

"Edward?"

"Aku benar-benar tak percaya jika kau akan melakukan seks dengan Lisse di ruanganku," gumam Edward pelan.

"Itu--Lisse mana?"

"Sudah dipindahkan ke kamarnya oleh Izumi, tenang saja," ujar

"Huh... untung saja," gumam Xervie, "baumu... jangan-jangan..."

"Hm... dia yang memaksaku," balas Edward berdiri dan mengambil pakaian Xervie dan melemparnya ke arah sang adik.

"Ini pagi?" Tanya Xervie menatap Edward.

"Tidak sama sekali, ini sudah malam lagi," ujar Edward.

"Berarti aku tertidur--"

"Sama," gumam Edward pelan, "sepertinya saat kita selesai memuaskan diri... kita akan tertidur pulas."

"Hmm... sepertinya itu akan terasa sulit," gumam Xervie pelan. "Semua vampir begitu?"

"Coba tanya dengan Marian," ujar Edward, "kau tahu anak satu itu seperti apa bukan?"

"Hm... aku akan bertanya nanti, sekarang aku akan pergi ke kastil kembali."

"Lebih baik cepat," ujar Edward, "sepertinya orang yang kau benci datang."

"Orang yang aku benci? Jangan-jangan..."

"Yah... dia."

To be Countinued

Immortal (SEASON 1 TAMAT + SEASON 2 DIBERHENTIKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang