BAB #9 (Xervie)

1.1K 72 0
                                    

Membuka mata dengan napas agak tersendat-sendat. Baiklah, alasannya terlalu simpel. Aku melihat bahwa Altaro bertarung dan membunuh banyak orang di sekitarnya, bahkan aku melihatnya menginjak dan menghisap darah musuhnya sendiri.

Menjijikan, tentu saja sangat menjijikan dan menjengkelkan untukku. Itulah sebabnya aku jarang ingin tidur, itu terasa bahwa aku seperti melihat sosok seorang monster.

Menghela napas lalu segera berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Segeralah aku membersihkan diriku tanpa peduli dengan apapun yang terjadi nantinya. Teringat kembali dengan mimpiku tentang Altaro.

Jika Roxzya mencari Altaro sampai segitunya, maka memang pentinglah dia untuk dunia ini. Aku segera mengusap wajah dan setelah menghabiskan waktu hampir 20 menit hanya untuk membersihkan diri dan berpikir serta merenung.

Aku segera mengambil kemeja putih dan memakainya. Lalu setelah itu menggunakan celana hitam berbahan kain hangat. Udara masih terasa dingin, walau memang seringkali ada cuaca panas. Tetapi cuaca dingin lebih sering muncul.

Itulah kenapa aku berpikir kurang nyaman di Bumi baru ini. Mungkin aku menginginkan Bumi yang lama. Sepertinya aku harus berusaha lebih jauh lagi untuk mencari keberadaan Altaro ini supaya aku bisa mengembalikan dunia ini lagi.

Sejenak aku agak diam memandang jendela yang masih tertutup. Tentu saja tidak aku buka sebab ruangan kamarku akan menjadi es nanti. Berjalan ke arah lemari adalah pilihanku. Membuka dan mengambil dua botol serta sebuah mantel hitam.

Segera aku menutup dan menuju ke ranjang. Meletakkan dua botol di atas ranjang lalu memakai mantel dan tersenyum lega. Hangatnya, sangat nyaman.

Setelah itu berganti meminum salah satu botol. Terdiam lalu aku mengambil dua botol lagi. Memasukkannya ke dalam sebuah kantong kain hitam dan menggantungkannya di pinggang.

Tentu saja aku segera keluar dan hendak membuka pintu saat pintu kamarku lebih dulu dibuka dan menampilkan Vorze Alasord di sana. Ia memandang dengan wajah kesal setengah mampus, sepertinya.

"Hei! Kamu menyebalkan Xervie!"

"Apa salahku?"

"Aku minta darahmu! Jangan bodoh!"

"Iya-iya, tapi tidak sekarang Vorze. Aku akan--"

"Hei! Aku kemarin sudah membantumu dengan berpura-pura tidak bisa hadir! Jadi sekarang beri aku darahmu! Dasar Master Sakamoto sialan!"

Sungguh menyebalkan, dasar Vorze brengsek.

"Baiklah-baiklah! Ini!"

Aku segera membuka lenganku dan memintanya sebuah botol. Menyayat lenganku sendiri dan mengisi botol itu dengan darahku.

Setelah agak penuh barulah aku menyembuhkan lukaku dengan sendirinya lalu memberikan botol itu kepada Vorze.

"Jaga baik-baik Vorze, darahku mahal."

"Sialan, aku tahu dan jangan membuatku kesal setengah mati."

"Kamu mudah emosi, Vorze."

"Oh, aku memang lagi emosi beberapa hari ini, masalah tentang pemberi bantuan kepada para korban harus aku yang mengurusnya. Banyak sekali pekerjaan."

Aku hanya manggut-manggut mengerti lalu segera pergi setelah ia juga mengucapkan terima kasih lalu Vorze pergi. Aku menghela napas lalu segera berjalan menjauh dari kamarku.

***

Aku terdiam saat melewati kamar kakakku. Aku mengerjap sesaat mendapati kamar kakakku sepertinya kosong. Tentu saja aku bisa merasakannya.

Immortal (SEASON 1 TAMAT + SEASON 2 DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now