BAB #3 (Xervie)

1.2K 87 1
                                    

Xervie (Pov)

Vorze tertawa lalu menghela napas pelan. "Ada kabar simpang-siur bahwa para pemimpin keluarga Glomerus akan kemari."

Aku tersentak dan menjadi tertarik dengan topik ini. Aku menyipitkan mataku lalu mendengus. "Jelaskan."

"Hah... ini yang paling membuatku malas darimu Xervie." Vorze berkata tajam. "Kau hanya ingin informasi tetapi tidak mau melakukan sesuatu."

"Apa maksudmu dengan aku tidak melakukan sesuatu? Kamu mau kupukul?!" Aku berkata dengan nada kesal lalu mendengus kembali. "Lanjutkan."

"Jadi begini kemarin... bukan, lebih tepatnya tiga hari yang lalu para Raja berkumpul di satu tempat di tempat yang tersembunyi." Vorze mmulai ceritanya. "Raja Fle, dia berkata padaku dan Raja-Raja yang lain bahwa mereka para pemimpin Glomerus akan datang untuk memperkenalkan pemimpin utama kaum vampir. Kau tahu sendiri bahwa keluarga Glomerus adalah penguasa vampir di dunia ini, Bumi dihancurkan dan jadilah dunia ini sekarang. Mereka akan datang dengan pengawalan Glomerus utama. Berarti mereka akan ada di sini, tapi mereka tidak kenal dengan kita. Kita hanya bisa diam jika begitu, melihat mereka dikendalikan oleh Alexiz Likalous. Kau tahu bukan kekuatan pengendalian pikirannya bukanlah pengendali main-main, bahkan untuk aku dan para Raja yang baru... itu sangatlah mustahil. Perlu seseorang yang lebih kuat lagi untuk mengalahkannya."

"Siapa yang bisa mengalahkannya?"

"Entahlah," gumam Vorze, "aku sendiri tidak tahu tapi kau ingat pemimpin kerajaan Likalous terdahulu kala? Dia dibunuh oleh seorang Bangsawan vampir. Tapi tidak ada asal-usul yang jelas dia dibunuh oleh siapa. Orang yang mengetahui pembunuh itu adalah Roxzya de Glomerus, alias Lisse Akira. Kekasihmu sendiri, mungkin ia tidak ingat denganmu tapi aku sendiri yakin bahwa dia pasti mengingat siapa yang membunuh ayah Alexiz dan Emma."

"Kau benar." Aku berkata pelan sambil menunduk. "Seharusnya aku terus mencari tahu."

Seketika aku teringat kata-kata Nicole tentang Altaro Alexander. Dia adalah sebuah keluarga Bangsawan yang dikatakan bahwa tidak ada yang mencatatnya sebagai keluarga Bangsawan kecuali de Glomerus.

Jangan-jangan...

Aku segera mengatakan selamat tinggal kepada Vorze dan berteleportasi beberapa kali lalu sampai di ranjang. Aku akan tidur dan bertemu dengan Nicole. Aku mau bertanya apa dia tahu tentang hal ini atau tidak.

Aku segera tidur dan tanpa perlu waktu banyak, aku sudah tiba di alam bawah sadarku. Seperti biasa, aku tiba di depan sebuah kastil besar menyerupai istana. Aku menghela napas secara pelan merasakan hawa aneh di tubuhku.

Aku menoleh ke arah seseorang yang sedang berjalan dengan rambut panjang bewarna hitam. Dia anak laki-laki yang biasanya aku lihat, Altaro Alexander.

"Nicole." Aku mencoba mencari Nicole sambil terus mengikuti Altaro berjalan begitu santai. Pertama dia melewati sebuah koridor istana dengan nuansa agak gelap. Di sana terdapat gambar-gambar dari wajah yang aku yakini Raja yang terdahulu mereka.

Aku terus mengikuti Altaro hingga anak laki-laki itu berhenti di depan sebuah pintu besar. Pintu itu bukanlah pintu biasa, dengan banyaknya ukiran yang menggambarkan bulan dan bunga. Altaro maju selangkah lalu menyentuh pintu itu.

"Ayah?"

Aku terdiam lalu mengerjap kebingungan. Ayah? Jangan-jangan ini ruangan singgahsana.

Aku segera masuk dan Altaro yang masih kecil itu juga ikut masuk. Altaro maju ke depan tepat di tengah-tengah ruangan. Altaro menunduk tidak berani menatap sang ayah.

"Pangeran Altaro Alexander. Aku menurunkan jabatanmu dan membuangmu ke menara yang jauh dari Istana."

Aku tersentak. Kata membuang itu terlalu kasar, seharusnya lebih tepat mengasingkan.

Altaro mengangkat kepalanya lalu tanpa banyak protes, dia meletakkan tangan kanannya di depan dada lalu menunduk hormat.

"Daulat Raja."

"Sekarang pergi! Aku tidak mau melihat wajahmu lagi!" Lalu dimensi itu kembali berubah. Tubuhku sedikit terguncang, hampir satu bulan ini aku merasakan sedikit rasa aneh di dalam tubuhku saat hendak berubah dimensi. Tapi itu sekarang sudah biasa.

Aku membuka mata perlahan saat merasakan kakiku kembali berpijak. Sejenak terasa sangat sunyi, tapi secara tiba-tiba teriakan seperti orang yang menderita terdengar tidak enak di telingaku.

Aku menoleh dan membelalak, Altaro di sana memegang pedang dengan banyak orang di hadapannya. Mereka menunduk, napasku tertahan sejenak menyadari kekuaran pengendali pikiran yang begitu kuat itu.

Bukan! Ini bahkan lebih kuat dari Alexiz, aku bisa merasakannya. Auranya begitu gelap dan jujur saja aku bahkan tidak merasakan secuil emosi dari Altaro, ada sesuatu yang membuatku tidak mengerti tentang kekuatannya. Dia masih kecil dan dia bisa mengendalikan itu semua.

"Kalian mau mati?"

Altaro mengarahkan pedangnya ke arah salah satu orang yang ada di hadapannya, aku yakin orang itu adalah vampir. Sebab dari kulit dan wajahnya. Kalau manusia, seharusnya dia sudah mati hanya dengan dikendalikan pikirannya sebentar saja.

"M-maafkan saya Pang--"

"AKU BUKAN PANGERAN!"

Aku tersentak ke belakang dan agak terhuyung hampir terjatuh. Tapi ada yang menahan tubuhku, aku menoleh sedikit dan mendapati Nicole di sana.

"NICOLE!"

"Halo Xervie." Nicole tersenyum ke arahku. "Wajahmu tegang sekali, apa kau sadar atas kekuatan Altaro?"

"Iya."

Aku mengangguk sambil menghembuskan napas pelan. "Omong-omong aku mau bertanya sesuatu kepadamu." Aku memulainya.

"Mau bertanya tentang apa?"

"Altaro itu kenal dengan salah satu keluarga Glomerus tidak? Lalu dia mati itu sebenarnya kenapa?"

"Mengapa kau menanyakan hal itu?"

"Aku ingin tahu tentang suatu hal."

"Kamu harus mencari tahu sendiri."

"Aku masih tidak bisa menemukannya."

"Aku hanya memberimu satu petunjuk."

"Apa itu?"

"Pangeran Altaro masih hidup dan tubuhnya disembunyikan."

"Di mana?"

Nicole menggeleng sebagai jawaban. "Aku tidak berhak memberitahu, aku hanya bisa memberi petunjuk itu saja."

Aku menghembuskan napas lelah lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Ya sudah kalau begitu."

Aku harus kembali atau tetap memperhatikan Altaro membunuh banyaknya vampir yang menghadap padanya dan aku memilih kembali.

Sejenak aku merasakan rasa aneh di dadaku dan wajahku yang meleleh lalu aku langsung membuka mata dan menghela napas mendapati kamarku. Aku mendengus lalu langsung mengangkat tubuhku.

"Aku harus mencari tahu dan aku harus bertemu dengan Lisse."

•Immortal #2•

Bagaimana dengan chapeter ini?
Masih mau lanjut?

Immortal (SEASON 1 TAMAT + SEASON 2 DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now