Epilog

3.5K 155 7
                                    

Kerajaan Sakamoto

"Xervie," panggil HK pelan dengan nada malas. Ia menatap Xervie dengan tatapan malas akibatnya adalah Xervie sendiri.

"Hm?"

"Huh! Kamu ini sudah melakukan ini berkali-kali. Sebentar! Bukan berkali-kali, baru dua kali. Kau merenung lalu menangis sebentar dan merenung kembali. Dua hari yang lalu kau melakukannya, berarti sekarang yang ketiga!" HK berkata kesal.

Xervie menghela napasnya panjang. Ia berdiri dari kursi yang ada di balkon kamarnya lalu mengambil jubah kebesarannya. Ia meminta HK untuk pergi saja meninggalkannya.

"Aku akan pergi ke daerah gunung sebentar, aku akan merenungkan semuanya dulu." Xervie berkata pelan lalu menghilang secepat kilat sedangkan HK hanya memutar bola mata malas dan berjalan keluar dari kamar Xervie dan menuju ke kamarnya sendiri.

"Menyebalkan." HK meruntuk kesal.

Sedangkan Xervie terus berjalan menuju ke atas gunung. Daerah pegunungan yang tak terlalu tinggi tapi memiliki puncak yang akan membuat siapapun berdecak kagum.

Xervie terus berjalan di antara pepohonan yang tumbuh di sana, tidak ada penerangan baginya karena ia tidak butuh itu. Ia akan menyegarkan pikirannya hingga benar-benar tenang. Dia bosan menjadi pemurung selama dua hari ini, cukup kakaknya saja yang jadi sedingin salju. Ia tidak boleh melalukan itu.

Xervie berhenti saat sudah melihat sebuah puncak di sana. Ia langsung berteleportasi dan tanpa hitungan detik ataupun menit ia sudah sampai di puncak. Ia duduk di sana, membiarkan rambut dan jubahnya berkibar tertiup angin malam yang dingin.

Ia terdiam lama mengingat momen indah yang ia lakukan dengan Lisse. Memang kehilangan orang yang ia cintai adalah hal paling menyebalkan. Apalagi orang yang mereka cintai bukan menghilang selamanya tapi berubah selamanya. Menurut Xervie itu lebih menyakitkan.

"Hah... seandainya kau di sini Lisse."

Xervie selalu bergumam kata-kata itu berkali-kali. Ia tidak pernah bosan dengan kata-kata itu. Memang ia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya. Itu semua adalah hal yang harus ia cari.

Saat ia sedang merenung secara tiba-tiba suara seseorang seperti memanggilnya. Ia mengenali suara itu, tapi sayang ia seperti seakan-akan lupa dan tidak mau tahu. Tapi suara itu amat samar dan seperti berupa sebuah bisikan.

Xervie membuka matanya yang semulanya tertutup. Ia bukan lagi di sebuah puncak gunung. Ia berada di sebuah jalan setapak dengan berbagai bunga mawar hitam, merah, dan perak di sekitarnya.

Xervie berdiri dengan wajah kebingungan. Ia melangkahkan kakinya berjalan menyusuri jalan setapak itu. Ia berhenti saat melihat sebuah kastil besar bewarna hitam gelap. Ia mengernyit kebingungan, suara seseorang seperti memanggilnya tapi ia yakin jika itu bukan namanya.

Ia sibuk mencari-cari hingga ia menemukannya. Seorang gadis dengan sebuah kudung perak sedang berlarian memanggil seorang anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya.

"Altaro!"

Gadis dengan kudung perak itu terus memanggil anak laki-laki dengan jubah hitam dan rambut yang sepanjang mata kaki.

Entah siapa laki-laki itu dan siapa gadis kecil itu. Secara tiba-tiba kepala Xervie terasa amat pening. Ia menyentuh kepalanya dan menekannya kuat-kuat merasa kesal.

Ia tersentak saat ia bukan lagi di depan kastil melainkan di sebuah taman dengan banyaknya tanamam mawar. Ada berbagai jenis mawar di sana. Xervie hendak berjalan saat secara tiba-tiba seseorang menyentuh bahunya. Ia langsung berbalik dan ia mengernyit kebingungan melihat seorang gadis cantik dengan balutan gaun biru indah.

"Kau sudah sampai kemari?"

"Hah? Apa maksudmu?" Xervie bertanya dengan kebingungan tingkat tinggi. Jujur saja ia bahkan tidak tahu dia sekarang sedang ada di mana sekarang.

Perempuan dengan gaun indah itu tersenyum cantik. "Ini seperti ingatan atau biasa disebut dengan dream in memory."

"Dream in memory? Apa itu maksudnya dan siapa dirimu?"

Perempuan itu kembali tersenyum cantik. "Maksudnya adalah sebuah mimpi yang tercipta karena sebuah kepingan memori. Memori yang sudah lama tertanam akan kembali terbuka, ada yang terisi atau dijaga seseorang. Ada juga yang kosong dan berusaha mencapai pemilik aslinya. Aku termasuk pengisi atau penjaga mimpi ini. Mimpi ini adalah mimpi dari seorang Pangeran vampir Alexander. Keluarga yang tidak pernah diketahui keberadaannya dan hanya keluarga Glomerus saja yang mengetahuinya. Oh tentang siapa aku ini. Namaku Nicole. Kau bisa memanggilku Nic atau Cole."

"Jadi... ini mimpi siapa? Tolong jelaskan lebih detail lagi! Aku tidak mengerti dan kenapa aku di sini?"

Nicole tersenyum lembut. "Ini mimpi Pangeran Altaro G'qonne Alexander. Ia biasa dipanggil Pangeran gelap karena ia selalu sendiri dan hanya satu gadis yang selalu bersamanya."

"Kalau siapa gadis itu?"

"Aku tidak tahu," balas Nicole, "yang jelas kau di sini karena kemungkinan besar kau adalah sosok yang harus berusaha mengumpulkan kepingan memori Pangeran Altaro. Bisa saja kau renkarnasinya bisa saja kau wadahnya."

"A-apa?"

"Semua terikat oleh takdir."

"Aku tidak mengerti!" Xervie menggeleng.

Nicole tersenyum tambah lebar lalu menyentuhkan ujung jarinya pelan. "Ini supaya kau tidak terlalu memikirkan semuanya."

"A-apa?!"

Lalu secara tiba-tiba tubuh Xervie seperti terasa meleleh. Dia tidak merasakan sakit maupun sebuah hal aneh. Hanya sebuah hal yang begitu membuatnya terkejut karena ia kembali lagi di tempatnya. Di puncak gunung dengan keadaan basah kuyup. Sepertinya sehabis hujan lagi, pikirnya.

"Apa yang terjadi?" Xervie bergumam pelan, "sepertinya tadi itu hanyalah mimpi."

Oke! Selesai!

Wkwkwk! Lanjut di season dua dulu atau extra part yang bakal aku buat tapi nggak nyambung amat ceritanya?

Ayo pilihhh!!!

Hehehe.

Oh dan ini sedikit cuplikan dari extra part yang nggak nyambung ama cerita. Hanya cerita yang aku buat simpel dan supaya baper ya. Makasih...
Ini di extra part kalian bakal nemuin Xervie-Lisse hanyalah manusia😀

Ini dia cuplikannya.
👇🏻

"Oh... Lisse ya? Boleh minta ID LINE milikmu? Sepertinya kau ini anak cewek biasa bukan? Kenapa kamu dibully seperti tadi?" Xervie tampak penasaran.

Lisse tersenyum lembut lalu menunjuk ke arah pintu sekolah yang ternyata seorang wanita paruh baya masuk dan meminta semua anak-anak untuk diam.

Xervie terkekeh pelan lalu mengangguk mengerti. "Nanti saja, kau beritahu aku ya."

"Iya, ingatkan nanti."

Immortal (SEASON 1 TAMAT + SEASON 2 DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now