BAB 36

2.7K 185 3
                                    

Keabadian itu tak menyenangkan. Lebih baik mati daripada hidup dengan kesengsaraan yang besar.
~Xervie Sakamoto~

Bab (36)
Edward, Xervie, Izumi, Vorze, dan Frick berjalan perlahan. Edward menepuk-nepuk pundak Izumi pelan. Izumi masih menangis seperti seorang yang kehilangan ibunya.

Xervie memutar bola mata dan dia langsung tersenyum senang saat mendapati Lisse sedang duduk dan meminum kopi hitam di sebuah sofa empuk. Di sana juga ada yang lainnya.

Xervie melesat dan mengambil kopi hitam milik Lisse. Dia tersenyum menggoda tetapi dibalas tatapan amat tajam oleh Lisse karena sudah mengambil kopi hitam miliknya.

"Menyebalkan! Kenapa mengambil kopi milikku hah!?" Lisse membentak kesal sendiri.

Xervie hanya terkekeh kecil lalu mengecup leher Lisse dengan hawa nafsu. Xervie melingkarkan lengannya di pinggang Lisse dan terus menyeruput kopi hitam. Baiklah, dia mulai menyukai kopi hitam.

"Hei! Sebenarnya tujuan kalian kemari apa hah? Rombongan pula! Kalian pikir Lab milikku itu tempat penampungan?" Adit, si lelaki berambut hitam memakai kacamata dengan bentuk lingkaran itu berkacak pinggang dan menatap kesal ke arah Xervie dan yang lain.

"Baiklah," gumam Xervie pelan, "kami meminta bantuanmu Adit, kami akan tinggal sementara di sini hingga masalah selesai. Tidak masalahkan?"

"Yah... Tidak masalah memang," gumam Adit pelan, "tapi apa kalian tidak berpikir lebih logis hah? Untuk apa kalian sembunyi? Di sini! Di bawah tanah! Walau tidak ada sinar matahari yang cukup di sini, kami beraktivitas saat pagi, kalian tidak akan--"

"Adit! Kami semua buronan! Kecuali dua manuisa yang nyasar itu," gumam Xervie datar.

"Mereka manusia? Kenapa mereka bisa ikut di sini dengan kalian?" Adit menatap ke arah Xervie dengan wajah bingung.

"Entahlah... kami sendiri tidak begitu mengerti soal kenapa mereka bisa di sini." Xervie hanya berkata dengan kata-kata amat singkat.

Adit menghembuskan napasnya pelan. "Baiklah kalau begitu kalian akan tinggal di sini bukan? Kalian boleh tinggal di sini asalkan kalian juga mau membantuku," ujar Adit serius.

"Apa yang kami harus bantu? Bukannya kau selalu bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan Profesor," sindir Izumi datar nan malas.

"Liv! Kau ini memang Bangsawan sialan!" Bentak Adit kesal sendiri.

Izumi emosi, hawa panas kembali muncul. Edward langsung menyentuh leher Izumi pelan dan mengusapnya. "Tenangkan emosimu Izumi, kau bisa membakar ruangan ini."

Izumi berdecak lalu menghembuskan napasnya pelan. "Dengarnya ilmuan sialan! Kalau bukan karena Edward dan Xervie yang meminta bantuanmu mana mau aku tinggal di sini! Dasar menyebalkan!"

"Terserah bangsawan sialan! Dasar menyebalkan!" Adit berkata kesal lalu menatap ke arah Lisse yang balas menatapnya aneh.

"Ada apa gadis aneh? Kenapa kau menatapku seperti itu? Dan lagi mata coklat terang itu... jangan-jangan kau Lisse Akira? Astaga! Ahkirnya kau ketemu ya? Oh... Bagaimana rasanya punya kakak sialan seperti Liv?" Adit malah asal nerocos dan membuat Xervie kesal sendiri.

"Baiklah Adit," gumam Xervie pelan dengan nada tegas dan tidak suka, "bisa kau hentikan ocehanmu itu? Aku tahu kau rindu dengan Lisse. Tapi kau tahu sendiri kalau dia bahkan tak ingat siapa keluarganya. Dia hanya ingat namanya saja dan nama Akira."

"Oh... maafkan aku Lisse," Adit meminta maaf dan dibalas kerjapan mata aneh milik Lisse.

"Kau... siapa? Kenapa aku merasa pernah bertemu," gumam Lisse pelan, "namamu... sebentar." Lisse nampak berpikir kebingungan lalu langsung terdiam lalu berkata dengan nada amat pelan, "Ladit Nionel Akira," gumam Lisse.

Immortal (SEASON 1 TAMAT + SEASON 2 DIBERHENTIKAN)Where stories live. Discover now