Chapter 22 - The beginning

9.3K 1K 47
                                    

Halo gaisseu! Aku kembali lagi hehe. Adakah yang menanti cerita ini?

Maaf baru bisa update. Sekarang sibuk-sibuknya bikin kue cuyy buat lebaran, hehe.

Jangan lupa VOTE nya yaa. Happy Reading!
____

Mereka pulang lebih awal dari Italy. Hal itu tentu sempat membuat Yejin bingung. Bukankah mereka berencana pulang beberapa hari lagi? Tapi mengapa Yoongi ingin cepat pulang?

Yoongi pun segera menjelaskan pada Yejin, dan tentu saja pria itu berbohong tentang alasannya yang ingin segera kembali ke Korea. Yoongi memberitahu Yejin bahwa ada urusan mendesak di kantor.

Yoongi tak berencana menceritakan semuanya pada Yejin, sebab ia masih belum memastikan. Tapi bagaimana jika Wendy tak berbohong perihal kehamilannya? Itu perkara nanti, apakah Yoongi akan memberitahunya atau tidak. Yang jelas ia harus memastikannya terlebih dahulu.

Selepas dari bandara, Yoongi langsung meluncur ke lokasi dimana ia akan berbincang dengan Wendy setelah mengantarkan Yejin pulang terlebih dahulu.

Tentu Yejin tak banyak bertanya. Ia berpikir bahwa urusan kantor sangatlah mendesak, mungkin itulah sebab suaminya sangat terburu-buru untuk pergi. Lagipula, bukankah Yejin sudah biasa ditinggal sendiri oleh Yoongi?

"Kau sedikit terlambat.." Kemudian melirik jam yang bertengger di pergelangan tangannya, "20 menit." Sambung Wendy begitu Yoongi tiba di tempat privasi yang sudah mereka tentukan sebelumnya.

"Aku mengantar istriku pulang terlebih dahulu." Jawab pria itu tenang dengan mendaratkan pinggulnya di tempat duduk.

"Istri.." Gumam Wendy sembari tersenyum getir.

"Tidak usah bertele-tele. Mari kita langsung ke inti." Seru Yoongi.

Wendy lantas tertawa kecil,
"Kau buru-buru sekali. Bukankah kita baru saja bertemu?"

"Aku tak punya banyak waktu, cepatlah atau kuanggap kau hanya menipuku." Tegas Yoongi.

Sungguh pria itu tak ingin berlama-lama melihat wajah Wendy, itu membuatnya muak sekaligus sakit.

Wendy diam sejenak sembari memainkan ujung gelas yang ada di depannya dengan memasang senyuman manis,

"Kabar ini pasti mengejutkanmu.. begitupun aku.." Wendy diam sejenak,

"Baiklah. Sesuai permintaanmu, kita langsung ke inti." Sambung wanita itu dengan menghembuskan napas panjang.

Kemudian Wendy mulai menggerakkan tangannya dan mengeluarkan amplop berwarna coklat dari dalam tasnya.

"Bukalah." Titahnya sembari menyodorkan amplop itu pada Yoongi.

Tanpa bersuara, Yoongi mengambil amplop tersebut lalu cepat membukanya. Di dalam amplop, terdapat surat pernyataan dokter kehamilan dan foto USG terpampang, menjelaskan umur janin yang ada di dalam kandungan. Yoongi meneliti foto dan setiap kata dari surat itu.

Setelah selesai, Yoongi meletakkannya di atas meja. Rahang pria itu pun mulai mengeras menahan gejolak amarah, yang entah ia tujukan untuk siapa, untuk Wendy, atau untuk dirinya sendiri? Atau ia marah akan keadaan yang saat ini tak memihaknya?

"Aku tidak bisa memastikan bahwa ini benar atau palsu.. Aku bahkan tak pernah merasa menidurimu. Saat itu aku sedang mabuk, aku tak bisa mengingat apapun. Kau bisa saja merencanakan ini semua dengan apik dari dulu dan menjebakku disaat yang menurutmu tepat." Ucap pria itu berusaha untuk tidak tertipu.

Mendengar itu Wendy lantas tertawa renyah,

"Haha.. ternyata kau brengsek juga ya! 'Tak merasa menidurimu'? Kau bahkan telah mencuri mahkota berhargaku dan kau bilang tak merasa meniduriku? Hah, tak kusangka kau pintar menulis novel." Getirnya tersenyum miris. Kini matanya pun mulai berkaca-kaca.

Complicated Marriage.-MygWhere stories live. Discover now