PROLOG

13.3K 702 18
                                    

Langit terlihat mendung. Awan berubah abu-abu dan sinar matahari tidak terlihat. Hujan baru saja mengguyur. Sisa-sisa air hujan menetes dari ujung genteng sekolah.

Riela berdiri sambil mengulurkan tangan kedepan. Merasakan titik-titik air yang masih menetes jatuh ke telapak tangan dari genteng sekolah. Kepalanya mendongak ke atas dan menatap langit mendung diatasnya. Gadis itu menutup matanya lalu menarik nafasnya dalam. Menghirup aroma tanah yang basah membuat nya sedikit tenang.

Masih segar diingatan Riela tentang kejadian siang tadi. Tentang pertemuannya dengan Adriel yang membawa gadis itu menuju pada lubang kesakitan yang dalam karena perpisahan yang terjadi.

Riela ingat tentang bagaimana Adriel menatap dirinya dalam diam lalu berbalik meninggalkan nya tanpa satu kata pun. Bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan kata perpisahan pun dia enggan.

Riela menunduk. Merasakan sesak yang memenuhi rongga dadanya bersamaan dengan air matanya yang jatuh.

Dia menangis lagi....

"Ssstt.. Udah jangan nangis lagi" lirih Riela menguatkan dirinya sendiri.

Sayangnya apa yang dilakukan tidak berhasil. Nyatanya gadis itu malah semakin terisak menyadari betapa menyedihkannya dia.

Riela seharusnya tidak mengambil keputusan bodoh yang membuat dia jatuh semakin dalam pada seorang Adriel Alvaraldo Dollan. Keputusan bodoh untuk memiliki Adriel dalam waktu singkat dan kehilangannya untuk waktu yang lama. Mungkin selamanya. Kalau sudah begini, tidak ada gunanya menyesal saat semuanya sudah terjadi.

Sekolah sudah sepi. Hanya tersisa beberapa murid saja yang berjalan sana-sini. Sebagian dari mereka adalah anak ekskul yang masih memiliki kegiatan di sekolah.

Riela mengangkat kepalanya saat suara hujan kembali terdengar. Hujan kembali turun dan Riela masih setia berdiri di tempatnya. Gadis itu tidak membawa payung.

Mengabaikan fakta bahwa kondisi sedang hujan dan dia tidak membawa payung, Riela membawa kakinya melangkah keluar dari tempat berteduh. Berjalan ditengah hujan dengan langkah pelan. Riela terus berjalan dengan pandangan lurus kedepan. Mengabaikan panggilan Pak Sumanto dari pos satpam yang memintanya untuk beteduh saat dia melewati pagar sekolah.

Riela tidak tahu bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang terus mengamatinya dari kejauhan dalam diam. Sepasang mata yang menatapnya dengan pandangan khawatir.

•°¤°•

Uh yeahhhh cerita baru nih wkwkwk. Suka gak? Ditungguin aja kapan lanjutnya. Bisa selang-seling sama BE MINE atau MOVE. semoga suka yah♥... Jangan lupa VOMENT nya..

follow:
@skmexantry_

Big Hug

SUK

ADRIELA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang