Lima

17K 1.5K 67
                                    

I'd go back in time and change it, but I can't..

(Taylor Swift_Back to December)

•°•

Bryna menatap mobil dihadapannya lama. Sebuah mobil Lexus Rx270 berwarna dark red keluaran tahun 2012 itu masih terlihat sebagus saat masih baru.

Ia tidak tahu berapa harganya di pasar mobil bekas sekarang. Tapi setidaknya masih diatas 500 juta. Atau mungkin 550 juta. Atau bahkan ada yang mau membelinya 600 juta.

Menyentuh bagian atasnya dengan penuh kerinduan, ia mengingat betapa bahagianya saat mobil itu pertama kali datang, betapa ia sangat menyukai mobil itu dan membawanya kemana-kemana.

"Kangen Bry?"

Bryna menoleh.
Nicko sudah ada di dalam garasi juga. Mengenakan celana jeans dan kemeja dark blue yang tampak mahal. Dia sepertinya sudah bersiap untuk keluar rumah, dan Bryna bahkan tidak menyadari sejak kapan Nicko disana dan memergokinya.

"Ya." Jawabnya jujur. "Sangat."

"Kenapa kamu tidak mau mengendarainya lagi, Bry?"

"Yah, aku lama nggak nyetir sendiri, Nick. Jadi aku rasa lebih aman kalau aku naik taksi."

Ia tidak berbohong juga tentang itu. Seingatnya, sudah hampir empat tahun sejak terakhir kali ia mengemudi sendiri. Lagipula, selama di Adelaide, Sean sudah menempatkan supir pribadi yang siap 24 jam untuknya.
Rasanya tidak bijaksana kalau ia pulang dan langsung mengemudi sendiri. Dan dia juga tidak yakin bisa melewati kemacetan jalan yang luar biasa.

"Aku pikir kamu sudah tidak menyukainya lagi, Bry." Kata Nicko.

Bryna menggeleng.
"Bukan seperti itu. Hanya saja, entahlah Nick. Aku tidak yakin apakah aku masih berhak untuk.. Yah.. Aku hanya tidak menyangka kalau mobil ini masih ada disini."

"Jangan konyol!" Nicko memperingatkan dengan tajam. "Tidak ada yang bisa menjualnya tanpa izinmu Bry. Itu mobilmu. Siapa lagi yang lebih berhak mengendarainya kalau bukan kamu?"

"Ini mobil kamu Nick. Kamu yang membelinya."

"Ya, dan kalau kamu sudah lupa, aku membelikannya untukmu di hari pertunangan kita. Itu hadiahmu Bry, milikmu."

Bryna diam, lama. Menimbang apakah dia akan mengatakan apa yang ada dipikirannya.

"Kalau kamu tidak keberatan, sebenarnya aku ingin menjual mobil ini Nick." Ucapnya lirih.

"Aku nggak akan berpura-pura aku menyukai idenya. Aku lebih senang kamu memakainya Bry, jujur saja."

Nicko menekat beberapa langkah, menatap Bryna, lalu mengangkat bahunya dengan gelisah.
"Aku ingin ada sesuatu yang nyata, yang bisa menjadi pengingat bahwa kita pernah ada, melewati saat-saat manis dan berbagi kenangan indah bersama. Meskipun itu hanya sebuah mobil."

Bryna tidak bisa menyangkal nada sedih dan tulus dari suara Nicko. Tapi dia tidak tahu harus menanggapi seperti apa, jadi dia memilih untuk diam saja.

"Tapi aku tahu, kamu juga nggak akan suka mengendarainya lagi. Kamu nggak akan mau terikat pada hal-hal yang mengingatkan tentang kita. Tidak setelah hari itu."

Ya, benar. Tapi Bryna tidak akan mengatakannya lagi. Nicko sudah tahu itu dengan jelas.

"Jadi aku pikir menjualnya adalah keputusan terbaik. Itu akan lebih berguna untukmu daripada dibiarkan terbengkalai seperti ini."

Bryna menatap Nicko lekat-lekat sebelum berkata lembut, "Thank's Nick."

"Anything for you, Bry." Balasnya penuh perasaan. "Anything."

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Where stories live. Discover now