Tujuh Belas

12.9K 1.4K 26
                                    

You know, my thoughts are running loose.
It's just a thing you make me do..

(Selena Gomez_Back to you)

•°•

Bryna tidak tahu apa yang mendasarinya melakukan hal nekat ini.
Seharusnya saat ini dia berada di rumah, mempersiapkan kepulangan ibunya besok. Tapi tidak, ia malah memutuskan untuk ikut Jo, manajer pemasarannya ke Malang.

Dan disinilah Bryna sekarang, mengikuti langkah Jo menyusuri koridor dan memasuki sebuah ruangan yang digunakan sebagai kantor sementara Tama.

Jo mengetuk, dan mendadak Bryna diliputi keinginan gila untuk berbalik dan kabur sebelum Tama sempat melihatnya.

Tidak berhasil, sayangnya. Jo membuka pintu lebar-lebar dan masuk. Lalu Bryna bisa melihat Tama duduk dengan gambar kerja terbentang di hadapannya, tampan dan dingin seperti biasanya.

“Sore pak Tama.” Jo masuk terlebih dahulu, melintasi ruangan dan menyalami Tama.

Tama menyalami Jo. Tapi mata Tama tidak menatap laki-laki muda itu. Mata tajamnya sedang diarahkan pada Bryna. Ia sadar itu. Itulah sebabnya, Malang yang dingin mendadak terasa panas baginya.

“Emm, Jo, saya mau lihat-lihat dulu, sebentar.” Pamitnya, menghindari pandangan Tama yang seolah mempertanyakan alasan keikutsertaannya kesini.

“Mau saya antar bu?” Jo menawarkan.

“Nggak usah, makasih Jo.”

Bryna keluar, mengatur nafasnya dan meruntuki dirinya sendiri.
Apa yang sudah dia lakukan? Kenapa ia mempersulit dirinya sendiri dengan datang kemari?
Hanya ingin bertemu dengan Tama?
Yang benar saja.

Bryna melangkahkan kakinya di sepanjang loby hotel mewah itu. Tama benar, hotel ini masih terlalu bagus untuk direnovasi. Bahkan warna cat dindingnya pun masih tampak baru. Jadi untuk apa mereka melakukan renovasi kalau tidak ada hal vital yang perlu diubah?

Hotel ini sangat strategis, hanya berjarak 3.7 km dari bandara, dengan suasana hotel yang begitu tenang, di bangun di sekitar tempat wisata dan dibekali pemandangan yang indah, rasanya siapapun akan betah berlama-lama disini. Dan Bryna bertanya-tanya kenapa pihak pengelola malah menonaktifkan segala kegiatan hotel hanya untuk renovasi yang bahkan bisa dilakukan tanpa terlalu mengganggu pengunjung. Bukankah ini akan membuat mereka rugi?

Menggelengkan kepalanya, Bryna turun satu lantai, menyapa para pekerja yang hampir semuanya warga disekitar sini, melihat sekeliling dan memutuskan sudah cukup udara di dalam paru-parunya untuk kembali menghadapi Tama.

Bryna sudah separuh jalan menyusuri rutenya tadi saat ia mendengar suara cekikikan anak-anak. Dia menengok kanan kirinya. Sepi, tidak ada seorangpun.

Tapi suara itu masih terus terdengar. Penasaran, Bryna memutar kakinya untuk berjalan melewati Pilar-pilar tinggi yang kokoh dan akhirnya menemukan sumber suara itu.

Seorang gadis kecil memakai sweater pink dan celana putih sedang duduk berselonjor dibalik pilar, dengan boneka teddy dipangkuannya dan sebuah smarth phone. Ia asyik mengamati layarnya, dan bahkan tidak menyadari Bryna jongkok disebelahnya.

“Hai, cantik.”

Anak itu mendongak menatap Bryna dan memandangnya terkejut. Keheranan dan Ketakutan disaat yang sama.

“Hai, kamu siapa?” Tanya Bryna lembut.

Anak itu tidak menjawab.

"Kenalin, Bryna." Lanjutnya, mengulurkan tangan.

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Where stories live. Discover now