Dua puluh lima

14.1K 1.3K 37
                                    

I could try to fill the space with someone else tonight,
Aku bisa mencoba mengisi ruang dengan orang lain malam ini.
But I don't want to (I don't want to),
I don't want to.
Tapi aku tak mau (Aku tak mau)
Aku tak mau.
Right now, you know I miss your body,
Saat ini, ketahuilah aku merindukan tubuhmu,
So I won't kiss nobody until you come back home,
Jadi aku tak akan mencium siapa pun sampai kau pulang kerumah,
And I swear, the next time that I hold you,
Dan aku bersumpah, nanti aku akan memelukmu,
I won't let you go nowhere.
Aku tak akan membiarkanmu pergi kemanapun.
You'll never be alone,
I'll never let you go..
Kau tak akan pernah sendiri,
aku tak akan melepaskanmu..

(Nick Jonas Ft. Robin Schulz_
Right Now)

•°•

Tama merasa darahnya mendidih.
Ia menenggak habis minuman dihadapannya, meletakkan gelasnya dengan keras dan beruntung bahwa gelas itu tidak pecah. Dia tidak mau membuat keributan. Bukan karena apapun, tapi karena dia tidak yakin bisa mengontrol amarahnya sekarang.

Seumur hidup, Tama belum pernah meminta seseorang untuk menikahinya. Dan ia malah mengajak Bryna menikah. Dan wanita keras kepala itu menolaknya bahkan sebelum berpikir.
Brengsek!

Dengan marah, dia melihat kearah Bryna lagi. Ia tampak begitu cantik malam ini. Rambutnya yang sudah kembali ke warna hitam dibuat ikal dan ditata menyamping. Ia mengenakan dress hitam dengan bahu dan punggung sedikit terbuka, menampakkan kulitnya yang bersih dan halus. Dan Tama ingin memukuli semua mata laki-laki yang menatap terpesona padanya.

Ia mengepalkan tangan, menahan dorongan untuk tidak menerjang Sean yang berjalan berdampingan dengan Bryna, bergandengan tangan, dan tampak begitu serasi.

Kalau sore tadi dia hanya ingin menarik Bryna menjauh dari Sean, malam ini dia ingin memukuli laki-laki itu sampai babak belur jadi bubur agar tidak bisa dekat-dekat dengan gadisnya lagi.

Gadisnya.

Tama nyengir tanpa sadar. Lalu cemberut lagi. Dia pasti sudah gila sekarang.

"Hai, babe.." Sebuah suara dan sentuhan di lengannya membuat Tama menoleh.

Tama mengenalinya.
Wanita seusianya, mungil, memiliki tubuh berlekuk dan dada yang penuh, salah satu mantan partner one night standnya, Alin.

"Hai." Sapa Tama pendek.

"Sendirian?" Tanya Alin duduk di bangku kosong sebelah Tama.

"Seperti yang kamu lihat."

Alin menatapnya. "Aku merindukanmu, Tama."

Tama tersenyum, balas menatap Alin. Ia membutuhkan pelepasan dan pengalihan dari Bryna.
Dan sekarang, disampingnya, Alin menawarkan semua itu.

Alin mulai mendekatkan tubuh mereka, ia mengalungkan tangannya di leher Tama, lalu mencium bibirnya dengan terampil. Dan Tama membalasnya.

Alin antusias menyerangnya, tapi bukannya makin panas, sisa semangat Tama malah merosot. Dia melepas ciumannya, mundur sedikit dan bergumam, "Sorry, aku tidak bisa."

"Ayolah, Tam." Katanya merengek.

"Aku benar-benar tidak bisa."

"Aku sudah tidak menarik lagi? Ada yang baru?" Tanya Alin, tampak kesal dengan penolakan Tama.

Tama menggeleng. "Aku sedang tidak ingin main-main, Lin." Katanya, sungguh-sungguh.

"Aah, jadi cerita yang beredar akhir-akhir itu benar." Sahut Alin lagi, kali ini mengangguk mengerti.

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora