Delapan

13.7K 1.4K 7
                                    

I've been picking up the pieces of the mess you made.
People like you always want back the love they pushed aside..

(Taylor Swift_
All You Had To Do Was Stay)

•°•

Bryna sedang mengolesi roti sarapannya dengan banyak selai coklat saat Nicko bergabung dengan mereka di meja makan.

“Aku nggak lihat mobil kamu di garasi, Bry?” Tanyanya datar.

“Yah, lagi di bengkel.”

Mungkin.
Bryna tidak tahu apakah maksud Tama dengan ‘sudah diurus’ tadi malam termasuk membawa mobilnya untuk dibenahi.

“Kenapa?” Brenda yang bertanya.

“Emm, bagian depannya penyok setelah menabrak pagar.”

“Apa?” Nicko memelototinya. “Kamu terluka? Apa yang terjadi?”

Well, aku baik-baik saja. Nggak ada yang terluka, dan mobilnya juga nggak rusak parah.”

Bryna lalu menceritakan kejadian semalam. Tapi ia tidak menyebutkan nama Tama di dalam ceritanya.

“Astaga, aku nggak percaya kamu menemui laki-laki di diskotik sendirian, Bry.” Brenda berkomentar. “Aku nggak tahu harus bangga atau marah.”

“Yah, aku nggak sendirian. Ada teman yang berbaik hati menemaniku, sebenarnya.”

Saat mengatakan ini, mata Bryna dan Nicko berpandangan. Dari tatapannya, Bryna tahu bahwa Nicko akhirnya mengerti alasan apa yang membuatnya dan Tama berada disana. Dan tanpa kata, sepertinya mereka sepakat untuk tidak membahas pertemuan mereka semalam pada Brenda.

“Aku nggak suka kamu melibatkan orang lain dalam setiap masalah kamu Bry. Kamu seharusnya mengabari kami. Kami bisa membantu. Tidak perlu orang lain.”

Nicko mengatakan itu dengan kesal.
Bryna tidak menyahut. Ia tahu siapa yang dimaksud Nicko dengan orang lain itu. Ini bukan tentang ‘orang lain’ tapi tentang siapa orang itu.

"Aku akan mengingatnya lain kali." Sahut Bryna tenang.

Nicko menatapnya, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Dan tanpa menyentuh sarapannya, Nicko pamit.

“Aku pulang terlambat malam ini, Bren.” Katanya. Berdiri, menyentuh bahu Brenda sambil lalu dan mengangguk kaku pada Bryna.

“Tanggal berapa hari ini?” Brenda bertanya, melirik layar i-phone nya dan tersenyum.

“Aku udah telat 4 hari Bry, kayaknya aku hamil.”

Bryna meletakkan kembali roti yang sudah hampir ia gigit. Ia menatap adiknya, tidak dapat menyangkal nada pamer yang ia lontarkan tentang kehamilannya.

Kedua orangtuanya mengharapkan anak-anak mereka akan menjadi saudara yang dekat, saling menyayangi, dan kompak. Itulah kenapa jarak umur mereka hanya selisih 2 tahun, dan nama mereka hampir sama. Bryna Aralea Kuncoro, dan Brenda Learie Kuncoro.

Sayangnya, sejak kecil Bryna dan Brenda seperti dua kutub yang bertolak belakang. Sama-sama cantik dan menarik, ya. Bryna mengakui itu. Hanya saja, mereka berbeda.

Secara fisik Bryna tinggi seperti ayahnya, dan Brenda mungil seperti ibunya. Bryna kaku, Brenda manja. Bryna cerdas dan selalu jadi juara kelas, sedangkan Brenda pintar bergaul dan tahu bagaimana mengambil hati orang lain.

Brenda hebat dalam hal asmara, ia punya banyak pacar yang bisa ia banggakan. Bryna hanya punya satu kekasih sepanjang hidupnya, dan itupun berhasil diambil juga oleh Brenda pada akhirnya.

Mereka saling berlomba untuk memamerkan kelebihan mereka pada satu sama lain, pada orang tua mereka, pada siapapun. Selalu seperti itu sejak kecil.

Bryna tidak bangga bahwa dia dan saudara perempuannya tidak begitu dekat. Tapi ia juga tidak dapat mengubahnya. Dan mereka berdua punya kesamaan dalam hal ini, keras kepala.

“Bagus.” Sahut Bryna akhirnya. “Selamat.”

“Nicko belum siap tentang ini, aku tahu. Tapi dia pasti akan senang mendengarnya.”

Bryna tidak percaya itu. Nicko yang ia kenal selalu bersemangat saat membicarakan tentang kehadiran anak dalam rencana pernikahan mereka. Dia tidak ingin menundanya setelah menikah. Ia bahkan sempat mengatakan ingin memiliki banyak anak agar tidak kesepian seperti dirinya yang anak tunggal.

Jadi, kalau sekarang Nicko harus menunda kehadiran anak selama 4 tahun setelah menikah,  itu hanya berarti dua hal bagi Bryna. Memang belum bisa atau dia tidak mau.

Bryna tidak membagi teori ini pada Brenda. Ia hanya mengangguk, menggigit roti sarapannya, dan mengunyah dalam diam.

“Oh astaga.” Brenda berkata jijik sambil menatap layar i-phone nya lagi.

Bryna tidak perlu bertanya apa penyebabnya, karena beberapa detik selanjutnya Brenda menyorokan halaman yang dia lihat kepadanya.

“Lihatlah. Aku tidak percaya ini.” Katanya.

Bryna juga tidak mempercayainya. Dalam akun instagram –yang entah milik siapa- itu, ada foto gadis ABG, mungkin baru berumur 18 atau 19 tahun. Cantik, mengenakan tank top hitam dengan rambut tergerai sedang menatap kamera sambil tersenyum.

Tapi bukan itu yang membuat Bryna terkejut. Di latar belakang foto, Bryna melihat seorang lelaki yang tengah tertidur pulas, bertelanjang dada dengan selimut putih yang menutupi sebatas pinggangnya. Sexy, ya. Sangat.
Tubuhnya terbentuk dengan bagus. Memiliki otot-otot yang kuat dan tato indah yang memanjang di tubuh kanannya, mulai dari bahu, dada, bagian bawah ketiak hingga pinggul.

Gambar itu memang sedikit gelap. Dan Bryna juga belum pernah melihat laki-laki itu tanpa pakaian, tapi ia tidak mungkin salah mengenalinya. Itu Tama.

“Siapa Bren?” Tanyanya, mengembalikan i-phone Brenda, dan entah kenapa merasa dingin di seputar tengkuknya.

“Tama, Bry. Kamu nggak mengenali fotonya?”

Bukan Tama yang ia tanyakan, tapi Bryna tidak mengoreksinya.

“Sama siapa?” Tanyanya lagi, berusaha keras untuk tidak peduli.

“Wenny. Mahasiswi sekaligus model pendatang baru. Kencan terbaru Tama minggu ini, mungkin. Entahlah, dia tidak pernah memperkenalkan kekasihnya secara resmi sebetulnya. Dan entah kenapa si bodoh Wenny ini mengunggah foto mereka semalam. Ingin diakui kukira. Tapi dia bodoh kalau begitu. Tama tidak akan mau berhubungan dengannya lagi, aku jamin.”

Semalam. Kapan? Bryna bertanya-tanya sendiri. Sebelum atau sesudah mereka bertemu? Seperti itukah ia memperlakukan wanita? Membawanya ke ranjang dan meninggalkannya sesudahnya?

“Astaga, ini pasti akan rame nanti.”

“Ya.” Sahutnya sekenanya.

Bryna melanjutkan makannya. Baru gigitan kedua, tapi ia merasa perutnya sudah penuh.

•°•

Terimakasih.. 😁

Regrads, ulphafa.

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum