Delapan belas

12.9K 1.3K 7
                                    

Believe I've got high hopes.
It takes me back to when we started.
High hopes, when you let it go, go out and start again.
High hopes, oh, when it all comes to an end.
And the world keeps spinning around..

(Kodaline_High Hopes)

•°•

Bryna menyesali keputusannya untuk tidak langsung pulang malam itu juga. Ia tidak menyangka akan bertemu seseorang yang sama sekali tidak ia harapkan disini.

Dia baru saja selesai makan malam dan sudah akan kembali ke kamarnya saat mendengar sesorang memanggil namanya.

"Bryna sayang.."

Bryna mengenali suara itu. Ia berbalik dan luar biasa terkejut saat melihat tante Ayu sedang menatapnya keheranan.
Wanita cantik, dengan tubuh tinggi ramping dan rambut berpotongan bob pendek itu menghampirinya dengan senyum merekah. Ia memeluk Bryna erat sebelum melepaskannya.

"Astaga sayang, mama sama sekali nggak menyangka akan bertemu kamu disini. Kamu sedang apa? Bersama siapa?"

"Ada proyek disini, tante. Tante sendiri? Sedang apa di Malang?"

"Ada pekerjaan juga, sayang. Dan berapa kali sih mama harus minta kamu untuk tidak memanggil 'tante' lagi? Mama Bry. Mama. Sean pasti senang mendengar kamu memanggilku 'mama'."

"Bryna butuh waktu, ma." Om Adi muncul dari balik counter kopi dan mendatangi keduanya. "Hai Bry. Baik-baik saja?"

Bryna menyalami om Adi, tersenyum lega karena diselamatkan dari dominasi tante Ayu.

"Baik om. Om dan tante sehat?"

"Luar biasa. Hanya merasa lebih tua akhir-akhir ini." Sahut om Adi santai.

"Kamu sudah makan sayang?" Tante Ayu menanyainya, mengamati Bryna dari atas hingga bawah dengan pandangan keibuan.

"Sudah tante, baru saja."

"Temani kami makan malam, please. Mama udah lama nggak ngobrol sama kamu kan Bry."

"Ayolah Bry." Om Adi menimpali. "Mumpung kita ketemu disini."

Bryna ingin cepat-cepat kembali ke kamar sebenarnya. Tapi ia merasa tidak enak menolak permintaan tante Ayu dan om Adi.
Ia akhirnya mengangguk juga.

"Ya, tante."

Ia dan tante Ayu memilih meja sementara om Adi berbaik hati mengambilkan makanan untuk mereka.

"Kamu bener-bener nggak mau apa-apa Bry?" Tanyanya meyakinkan.

"Nggak om, makasih. Bryna kenyang."

"Ok." Om Adi meninggalkan keduanya.

"Sean nggak bilang apa-apa tentang perjalanan kamu kesini, sayang." Tante Ayu menatapnya hangat.

"Oh, hmm.. Bryna belum sempet bilang ke Sean tan, mendadak soalnya."

"Rara sudah membaik?"

"Ya tan, besok Ibu sudah boleh pulang." Jawabnya, merasa bersalah karena tidak akan bisa menemani ibunya keluar dari rumah sakit.

Ia membuang waktu dan tenaganya untuk kesini. Dan apa? Hanya untuk mendapati kenyataan bahwa Tama lebih berengsek dari yang ia pikirkan selama ini.

Bryna tahu Tama punya keluarga disini. Tapi ia sama sekali tidak menyangka bahwa 'keluarga' yang dimaksud Tama adalah anak dan wanita yang sudah melahirkan anaknya.

"Bry?"

"Eh, ya tante?"

"Kamu sedang memikirkan sesuatu yang lain, sayang?"

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang