Dua puluh Enam

14.7K 1.3K 31
                                    

You're the only thing I wanna touch
Kaulah satu-satunya hal yang ingin kusentuh
Never knew that it could mean so much
Tak pernah kutahu ini bisa begitu berarti
So much
Teramat sangat
You're the fear, I don't care
Kaulah rasa takut, aku tak peduli
'Cause I've never been so high
Karena aku tak pernah begitu senang

(Ellie Goulding_
Love me  Like you Do)

•°•

Entah sudah berapa banyak tissue yang dihabiskan Bryna untuk menyeka wajahnya, membersihkan sisa percikan ludah Brenda dan airmatanya sendiri yang bercampur disana.

Sisa penghinaan Brenda memang sudah hilang sejak tadi, tapi jejaknya masih begitu membekas di dalam benak Bryna. Ia tidak dendam, sungguh. Ia hanya marah karena Brenda tidak mau mengerti.

Tapi, bukankah sejak dulu adiknya itu memang selalu begitu? Sejak kapan dia berubah dan mau peduli pada orang lain selain dirinya sendiri?

Menghembuskan nafas dalam-dalam, Bryna menatap keluar jendela mobil. Lagi. Bukan untuk melihat pemandangan diluar sana, tentu saja. Ia hanya tidak bisa melihat Tama yang sedang mengemudi tanpa keinginan untuk bersandar pada lelaki itu dan bergelung disisinya.

Perasaanya sedang caruk maruk tak karuan sekarang. Dan bayangan tentang betapa nyamannya bersandar pada Tama menghantamnya dengan keras. Ia juga sepenuhnya sadar bahwa sejak tadi Tama berkali-kali melirik kearahnya. Tapi ia sungguh-sungguh bersyukur bahwa laki-laki disampingnya itu tidak memburunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ingin dijawabnya.

Mobil Tama berbelok melewati gerbang yang terbuka dan memasuki halaman rumahnya. Saat itulah Bryna menyadari bahwa tidak hanya mobil Nicko dan Sean yang ada disana.

Terparkir di samping Lamborghini Gallardo kuning milik Sean, Bryna mengenali Aston Martin hitam milik tante Ayu. Dan mengetahui ini membuatnya mendesah putus asa.

"Turun?" Disampingnya, Tama bersuara.

Bryna menatapnya.
Menelan harga dirinya sendiri, Bryna kemudian berkata, "Bawa aku pergi dari sini, Tam. Please.."

Tama memandangnya penuh tanya, tapi saat Bryna menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sedikit, Tama tidak perlu menunggu lebih lama untuk menyanggupinya.

"Kemana?" Tanyanya, begitu mereka sudah berada di jalan lagi.

"Hotel, penginapan, apa saja. Terserah. Aku tidak tahu."

"Dengar.." Tama memulai, tapi deringan ponsel Bryna menyela mereka.

Dengan cepat, Bryna mengambil ponsel dari clutchnya dan menjawab panggilan itu.

"Kamu dimana?"

Suara Sean. Tidak mengucapkan "halo" atau sapaan lain. Dan dari suaranya yang bergetar, Bryna tahu kalau laki-laki di ujung telepon itu sedang menahan amarahnya.

"Dalam perjalanan, Sean." Jawabnya jujur.

"Dan sama sekali tidak memberitahuku? Aku sialan khawatir disini, Bry! Aku kembali untuk mencarimu, tidak menemukan keberadaanmu dan malah mendapati fakta bahwa kamu kabur dengan Tama."

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang