6

749 88 13
                                    

Tubuh tinggi tegap itu keluar dari mobil putih miliknya. Matanya menatap tajam gerbang tinggi berwarna merah yang belum terbuka sepenuhnya, sesekali dalam masa menunggunya itu mata rindu miliknya melirik jam di pergelangan tangan dengan tidak sabar, berharap detik yang membosankan itu bisa segera berlalu, karena sejujurnya hatinya sudah tidak sabar untuk memuntahkan rindu yang seakan selalu menang, seolah tubuh tinggi besar miliknya tak pernah ada apa-apanya kalau harus dibandingkan dengan kuatnya rasa rindu yang setiap hari seperti terus bertambah besar.

Tapi ketika suara bel terdengar nyaring beriringan dengan seru riang puluhan orang dari gedung dihadapannya terdengar, bibirnya yang sejak tadi kekeuh berada pada titik diam kini mulai terangkat sedikit demi sedikit. Terlebih ketika melihat satu persatu orang bersagam putih abu-abu melewati gerbang merah itu dengan beragam ekspresi, ada yang berseru riang, ada yang memasang wajah kesal, ada juga yang asik memuntahkan segala kegilaan kegiatan sekolahnya pada orang tua yang sudah menjemput mereka di halaman depan sama sepertinya.

Dan seperti yang sudah di duga, senyum itu makin terkembang di udara ketika seseorang yang sudah melekat di hati dan pikirannya terlihat menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, yang suda sangat bisa di yakini sedang mencari keberadaanya di tengah puluhan orang yang sudah saling berbaur dalam ke riuhan.

"Dara!!!" terikan itu lolos begitu saja dari bibirnya, membuat si pemilik nama yang hari ini tampil manis dengan rambut panjang hitam miliknya yang sengaja diikat dua itupun menengok dan menemukan sang kekasih tengah melambaikan tangan bersemangat ke arahnya.

Dengan langkah kaki sedikit berlari seperti seorang anak kecil gadis yang memakai namstag Eveline Dara N. itupun berjalan riang menuju arah sang kekasihnya yang tak lain adalah Albar yang hari ini mengusahakan diri untuk menjemputnya.

Sorot rindu itu jelas terasa, terlebih ketika tanpa sungkan Dara langsung berhambur menempatkan tubuhnya mendekap tubuh bidang sang kekasih yang di daulatnya sebagai tubuh terhangat yang pernah di peluknya.

"kangeeeennnn" rengekan Dara pecah seketika, mengabaikan tatapan risih dan bisik-bisik sumbang orang-orang disekitar mereka yang bisa dipastikan kebanyakan adalah teman satu sekolahnya.

Berbeda dengan sang kekasih, Albar yang masih sangat sadar situasi lebih memilih mengusap pucuk kepala sang gadis yang lebih pendek darinya itu sambil tersenyum kikuk membalas tatapan beberapa orang tua siswa yang sepertinya tengah menunggu putra-putri mereka. Seberapa penuhnya rasa rindu mendesak relung pikiran dan hatinya, syukur saja Albar masih bisa menahan pintu untuk tak membiarkan ketidak rasionalan rindu menerobos masuk ke ruang kewarasannya.

"masuk mobil dulu Ra" perintah Albar yang sukses membuat Dara mendongak dan menampilkan wajah cemberut yang hampir membuat pertahanan Albar goyah untuk mengecup singkat bibir mungil tebal milik sang kekasih.

Kalem bar kalem. Masih di tempat umum! Monolog Albar dalam hati mencoba menahan diri.

Dan untung saja usaha keras Albar tak sia-sia ketika Dara langsung menyerah dan melepaskan pelukannya dan masuk kedalam mobil Albar masih dengan wajah cemberut yang lucu dan di lengkapi dengan langkah kaki yang sengaja di hentak-hentakkan khas anak kecil yang marah karena tidak di belikan es krim oleh sang ayah, yang tentu saja mau tidak mau membuat Albar makin merapalkan doa dalam hati agar diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menahan diri.

"kamu nggak mau beli cilok atau batagor dulu?"

"nggak!"

"bubbletea?"

"enggak!"

Albar berusaha sekuat tenaga untuk menahan senyum, melihat bagaimana gadis di sampingnya ini jelas merajuh hanya karena kejadian kecil barusan. Membuat Albar tersadar bagaimana sifat kekanakannya ini berbanding lurua dengan usianya yang memang masih labil.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now