26

475 65 24
                                    

Dengan langkah tegap dan percaya diri, Haikal masuk ke dalam kafe di sebuah Mall tempatnya mengatur janji temu dengan seseorang yang sebenarnya sangat enggan di jumpainya. Tak perlu repot mengedarkan pandangan pada penjuru kafe yabg terlihat ramai, mata Haikal bisa dengan jelas melihat Saddam yang duduk diseberang pintu masuk tengah sibuk dengan telfon genggamnya. Sepersekian detik setelah membuang nafas berat, Haikal pada akhirnya menghampiri Saddam yang ternyata sudah mulai sadar akan eksistensinya.

"sorry, telat" ucap Haikal datar tanpa ada kesan penyesalan sedikitpun karena terlambat hampir 20menit lamanya.

"nggak apa-apa, gue juga baru nyampe. Lagian hari minggu gini emang susah cari tempat parkir" ucap Saddam jelas membuat Haikal tidak percaya karena satu cup frappuchino miliknya yang tinggal tersisa setengah seperti menggambarkan kebalikannya.

"gimana Tipus lo udah sembuh?" tanya Haikal sambil membawa kenangan buruknya di tinggal Sabia hanya untuk mengurusi Saddam yang jatuh sakit.

"udah kok. Ehh, lo nggak mau mesen minum dulu biar kita ngomongnya enakan?"

Tak ingin berlama-lama Haikal pada akhirnya memilih segera beranjak ke meja pemesanan untuk membeli minuman favoritnya.

"Ice Americano ya?" celetuk Saddam saat Haikal sudah duduk berhadapan dengannya.

"Bia's favorite coffee too" lanjut Saddam saat Haikal menjawab pertanyaan tadi dengan anggukan.

"lo tau nggak sih, Bia tuh punya selera unik. Dia suka ice americano yang pait itu tapi disisi lain dia juga suka banget sana segala macem minuman yang punya rasa taro yang pasti manis banget" ucap Saddam sambil membubuhkan tawa singkat dan senyum hangatnya, membuat Haikal sadar bahwa membicarakan Bia merupakan satu hal yang bisa menggugah kebahagiaan Saddam.

Mendengar Saddam sudah membawa-bawa nama Sabia dalam obrolan mereka, tanpa sadar Haikal jadi menegap duduknya dan memandang Saddam lekat-lekat seolah menagih penjelasan alasan apa orang di hadapannya ini memintanya untuk bertemu.

"jadi alasan lo ngajak gue ketemu disini adalah?"

"nggak ada. Gue cuma pengen kenal sama orang yang akhir-akhir ini deket sama Bia" tutur Saddam santai membuat kening Haikal berkerut.

Bolehkah Haikal sedikit tersinggung untuk hal yang satu ini? Atau mungkin cemburu dan sedikit kesal dengan kata-kata sederhana Saddam barusan? Jelas saja kini kepala Haikal dipenuhi dengan ragam pikiran negatif. Kenapa Saddam harus mengenal orang yang dekat dengan Sabia? Kenapa Saddam harus serepot-repot itu untuk mengurusi kehidupan Sabia? Kenapa kata-kata Saddam seperti satu bentuk usaha untuk menampar Haikal akan sesuatu yang sebenarnya masih tampak abu-abu.

"kenapa harus?" tanya Haikal dingin.

"ya karena gue peduli sama dia, gue cuma pengen tau apa orang yang deket sama dia itu orang baik-baik atau nggak" ucap Saddam percaya diri.

Sayangnya kepercayaan diri dan kata-kata Saddam justru membuat kekesalan Haikal kembali naik satu tingkat. Membuatnya berfikir apa perlu seorang seperti Sabia yang sudah dewasa itu diawasi lingkungan pertemanannya oleh Saddam?

"gue nggak ngerti kenapa lo harus repot-repot ngelakuin itu. Well, itukan kehidupan Sabia, dia punya hak buat deket & berteman sama siapa aja" balas Haikal tenang.

"gue cuma mau ngelindungin dia"

"dari?"

"hal-hal yang bisa bikin dia sakit" balas Saddam sambil menatap mata Haikal lurus-lurus membuat suasana diantara mereka mendadak menjadi lebih serius.

"kenapa harus elo yang memastikan dia buat nggak sakit? Lagi pula apa yang lo nilai baik atau buruk mungkin nggak sepenuhnya dianggep sama oleh Sabia"

ιστορία - ISTORIAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant