40

409 60 11
                                    

Atsa, kalau orang-orang diminta untuk bicara soal kisah cinta Atsa, kebanyakan akan menarik satu kesimpulan pasti bahwa ia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang bertugas untuk menjadi penjahat wanita.

Tapi kenyataannya salah.

Atau bisa dibilang Atsa memang sengaja membuat orang-orang berpikir demikian.

Atsa punya alasannya sendiri kenapa bersikap demikian.

Lagi pula menurutnya definisi perasaan bukan untuk dipertontonkan tapi untuk benar-benar dirasakan.

Dan perasaan terjujur  Atsa memang sengaja ia samarkan untuk menjaga sebuah hati agar tidak tersakiti. Karena ketika Atsa benar-benar jatuh cinta, yang akan dia lakukan adalah melindungi sesuatu maupun seseorang yang dia anggap berharga, bagaimanapun caranya. Termasuk dengan merahasiakan perasaannya sendiri.

Kalau ditanya apakah hal seperti itu mungkin dan mudah dilakukan maka jawabannya adalah mungkin tapi tidak mudah, Atsa sudah berulang kali mengalaminya. Apalagi ketika yang datang menguji adalah takdir tak terduga dari Tuhan. Tapi nyatanya Atsa masih bertahan sejauh ini. Mengabaikan bagaimana orang-orang dengan percaya diri menghardik maupun melabeli dirinya dengan segala macam pemikiran hanya karena tampilan luar dan perangainya yang memang slengekan dan cengengesan.

Lagi pula Atsa sudah berada pada titik untuk tak lagi memikirkan pendapat dan pandangan orang lain. Biarkan. Lagi pula manusia di ciptakan untuk menuruti arah jalan pikirannya. Jadi bukan salah mereka maupun Atsa sendiri kalau isi kepala orang-orang itu sudah beropini macam-macam.

"kak" satu jentikan jari di depan wajahnya membawa kesadaran Atsa kembali.

"ngelamun aja abis ngeliat mbak kunti di pojokan ya?" canda Sheryl yang sejak tadi duduk berhadapan dengan Atsa di salah satu meja perpustakaan.

"apaan sih ngaco! Kalo beneran ada gimana?" panik Atsa justru membuat Sheryl tertawa.

"minggu depan kakak jadi dateng ke nikahan kak Tiara?" tanya Sheryl mengganti topik sambil berbisik setelah mendapat teguran dari beberapa pengunjung perpustakan di sebelahnya.

"jadi, kamu minggu depan beneran nggak bisa nemenin?"

"nggak bisa, kan saudara aku juga ada nikahan" balas Sheryl dengan raut muka menyesal.

"kakak mau dateng sendirian?"

"kayaknya"

"jangan dong, kasian nanti masa ganteng-ganteng nggak bawa gandengan"

"justru enakkan ntar disana malah di kerumunin ibu-ibu yang minat ngejodohin anaknya sama kakak"

"ajak kak Citra aja kak" usul Sheryl setelah berdecak jengah dengan guyonan yang di lontarkan Atsa.

"iya iya, ntar gampang aku ngomong sama Senja"

"masih lama nggak sih kamu nugasnya? kakak udah bosen nih" sambung Atsa sedikit mencoba mengalihkan pembicaraan sambil menempelkan sisi wajah kirinya diatas meja namun masih dengan sorot mata mengamati gerak-gerik gadis dihadapannya.

"laper Sher" keluhnya sekali lagi.

"bentar, kurang nulis refrensi" balas Sheryl sedikit panik sambil membolak-balik buku-buku dihadapannya dengan tempo lebih cepat.

Masih dengan posisi kepalanya yang menempel di permukaan meja, Atsa tak hentinya memperhatikan setiap sudut bagian wajah Sheryl, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mungil namun mancung, bibirnya yang hari ini di poles dengan lipstik warna nude, dan poni tipis yang beberapa hari yang lalu di klaim si pemilik sebagai hasil malpraktek dari tukang salon langganannya.

ιστορία - ISTORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang