22

526 85 60
                                    

Sinar matahari pagi dengan malu-malu mengintip lewat cela gorden coklat yang sedikit terbuka membuat dua orang yang tengah terlelap dalam tidurnya mulai bergerak resah karena tergelitik keengganan. Di tariknya selimut merah muda yang menutupi tubuh keduanya dengan cepat sampai di atas kepala. Mereka baru tidur pukul dua pagi dan enggan untuk beranjak meski tau pasti segudang agenda sudah siap menyapa.

"sepuluh menit lagi" ucap Albar serak saat merasakan tubuh di sebelahnya lebih sadar diri dan mulai beranjak bangun.

"bikinin sarapan, aku mandi. Jangan lupa draft skripsinya di rapiin, kamu nanti konsul" ucap gadis yang kini sibuk mengikat rambut hitam panjangnya dan masuk ke kamar mandi, menyisakan Albar yang memilih menggulung tubuhnya dalam selimut selama tepat sepuluh menit kedepan kemudian bangun dan beranjak membereskan ke kacauannya semalam.

Menuruti arahan yang sudah di berikan Albar tak membuang waktu pergi ke dapur, menyedu kopi saset untuk dirinya dan menuangkan sereal dalam semangkuk susu coklat untuk seseorang yang sudah selesai dengan urusan mandinya dan menyusul Albar duduk di meja makan. Dara sudah lengkap memakai seragam batik sekolahnya, tak lupa mengucir dua rambut hitam panjangnya dan membubuhkan bedak tipis serta polesan liptin merah muda. Berbeda 180 derajat dengan Albar yang masih setia dengan kaos rumahan dan muka menahan kantuk.

"buruan mandi, kamu konsul skripsi jam berapa?" ucap Dara sambil membenahi simpul dasinya.

"jam 9 kok, aku nganterin kamu ke sekolah dulu terus ntar pulang ke rumah ganti baju" balas Albar sambil menyesap kopi panasnya.

"udah bereskan tapi semalem?"

"udah, ntar tinggal di print"

"kalau nanti di-acc terus dapet jadwal sidang gimana kalo kita rayain makan malem di luar?" usul Dara yang langsung membuat kening Albar berkerut.

"tumben?" tanya Albar sangsi.

"pengen aja" balas Dara seadanya.

"oke"

"gimana kalau ke kafe punya temen kamu itu?"

"kafe nyokapnya Rashaad?" tanya Albar dengan tidak percaya.

"iya, sekalian kamu ajak temenmu yang lain. Aku mau kenalan"

Albar diam sejenak mencerna semua tingkah Dara pagi ini. Albar sadar betul ada yang berbeda. Kekasihnya ini bukan tipe orang yang suka mengenal orang-orang baru, sejak kecil Dara selalu membatasi ruang lingkup kehidupannya, bisa di bilang hanya sedikit orang yang diperkenankan gadis itu masuk dan mengenalnya lebih dalam. Hal inilah yang membuat Albar tak sekalipun punya niatan untuk mengenalkan Dara dengan lingkup kehidupannya dan membuat dunia mereka terlalu sering bersinggungan. Albar menghargai bagaimana gadis itu memberi jarak pada dunia mereka satu sama lain. Oleh sebab itu Albar sendiri tak pernah sengaja mengajak Dara untuk mengenal orang-orang di lingkup pertemananya atau mengajak Dara menemui mereka secara sengaja. Jadi bukan sebuah keanehan kalau Albar tak langsung mengiyakan permintaan Dara karena dia sendiri tak yakin apakah gadisnya ini dalam keadaan waras saat mengusulkan permintaan barusan.

"aku mandi dulu" ucap Albar tak menjawab permohonan Dara.

Sambil masih memikirkan permintaan tiba-tiba Dara, Albar segera meraih handuk yang sepertinya sudah di siapkan Dara di atas tempat tidur, bersama dengan itu ponselnya di atas meja nakas berbunyi dan menampilkan pesan singkat dari seseorang yang membuat Albar menghela nafas berat di hari yang masih sepagi ini.

Setelah selesai dengan urusan masing-masing, Albar pun melakukan kewajibannya mengantar Dara ke sekolah. Baru setelah melihat punggung Dara menghilang di balik gerbang yang hampir tertutup Albar baru beranjak pergi. Sayangnya tampilan pertama yang di lihat Albar kala memarkirkan mobilnya di depan rumah adalah salah satu pertanda hal buruk akan terjadi. Kakak perempuan Albar satu-satunya sudah berdiri dan beracak pinggang di depan pintu rumah ditemani keponakan lucu Albar yang duduk anteng di stroller hitamnya, membuat Albar tanpa sadar menghela nafas berat untuk kedua kalinya menangkap sorot tatap mata menuntut milik sang kakak.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now