23

466 77 23
                                    

Pernah tidak kalian menginginkan sesuatu lalu mengusahakannya dengan berbagai cara tapi pada akhirnya apa yang kalian inginkan tetap tak bisa dimiliki?

Kira-kira seperti itulah gambaran nasib Callista saat ini.

Iya, Callista menyukai Rashaad.
Iya, Callista ingin memiliki Rashaad.
Iya, Callista sudah berusaha dengan berbagai cara untuk membuat Rashaad sedikit saja melirik usahanya.
Tapi sayangnya sejauh ini hasilnya nihil.

Semua itu sudah menjadi rahasia umum. Apalagi soal hati Rashaad yang masih tak tergerak meski hampir setiap hari Callista meninggalkan pesan singkat untuk memberinya dukungan melakukan aktifitas. Masih tak mau sedikitpun membuka pintu bahkan setelah Callista berulang kali mengatur kesengajaan untuk bertemu dengannya. Masih tak mau bergeming bahkan ketika Callista dengan bangga menunjukan kedekatan dengan Ibu Rashaad. Semua usaha Callista seakan sia-sia setiap kali melihat sikap Rashaad yang masih begitu-begitu saja.

Rashaad memang selalu membalas pesannya, selalu menyisipkan waktu untuk menyapa di pertemuan singkat mereka, bahkan tak jarang selalu ikut menempatkan diri di tengan obrolan Ibunya dengan Callista yang sengaja singgah di kafe. Tapi Callista tau semua itu hanya formalitas, atau setidaknya sikap itu memang sewajarnya di tunjukan Rashaad pada setiap orang yang di daulatnya sebagai teman. Tak ada yang spesial, padahal tujuan utama Callista adalah menjadi yang spesial.

Callista tau usahanya selama beberapa bulan terakhir ini bisa di bilang sia-sia, sudah kelewat banyak orang-orang dekatnya yang mengatakan itu, tak terkecuali Citra dan Atsa yang sebenarnya ingin Callista rekrut untuk menjadi tim pendukungnya. Sayang bukannya jadi tim pendukung, yang ada dua sahabat itu justru kerap menyebut usahanya selama ini ada sesuatu yang konyol dan gila. Benar-benar bukan teman yang berguna bukan?

Tapi mau di katakan konyol bahkan gila sekalipun Callista masih tak punya niatan untuk benar-benar berhenti berusaha, setidaknya sampai ia dapat apa yang dinginkan. Keras kepala? Mungkin memang Callista begitu adanya. Mau sekuat apapun Rashaad terus-terusan bertahan, Callista tak akan mau kalah berusaha. Tak ada yang tidak mungkin bukan? Sekeras-kerasnya batu lama-lama akan kikis juga ketika terlalu sering di siram air. Begitupun Rashaad.

Hingga sampailah pada ide nekat Callista yang pada akhirnya akan terlaksana hari ini,Callista pada akhirnya berhasil meyakinkan sang mama untuk membuat sebuah acara kecil di kafe Rashaad. Tujuan utamanya tentu mengambil hati Ibu Rashaad yang langsung setuju ketika Callista mengajukan permohonanya. Berlandaskan acara arisan rutin yang diikuti sang mama, sejak pagi Callista sudah di sibukan dengan kegiatannya mempercantik diri. Callista tak mau tampil mengecewakan hari ini, begitu pikirnya. Makanya sejak sebulan yang lalu Callista bahkan sudah memikirkan pakaian dan dandanan macam apa yang ia perlukan untuk acara ini.

Setelah cukup banyak mencuri informasi di tengah obrolannya dengan Ibu Rashaad selama membahas soal acara hari ini, Callista jadi tau lebih banyak bagaimana tipe gadis yang di sukai Rashaad, maka dari itu hari ini Callista mencoba untuk tak tampil berlebihan. Hanya dengan kemeja peach dengan rok denim biru dan make up tipis, Callista siap untuk mempertaruhkan segalanya di pertempuran memenangkan hati Rashaad hari ini.

Callista memilih untuk datang lebih dulu ke kafe, tentu saja dengan alasan untuk membantu mempersiapkan acara. Senyum Callista mengembang sempurna ketika dia tak menemukan adik perempuan Rashaad hari ini. Baiklah sejujurnya memang Callista tak terlalu menyukai Adel, terlepas dari bagaimana perangai gadis itu yang selalu terlihat arogan dan mengintimidasi, Adel kelewat sering menunjukan ketidaksukaannya setiap kali Callista sengaja bertandang ke kafe itu, jelas berbeda dengan sikap ramah dari ibu dan adik bungsung Rashaad yang langsung menyambutnya dengan senyum hangat.

Belum lagi ada rasa tak suka yang menjerumus cemburu tiap kali Callista melihat bagaimana interaksi Adel dan Rashaad. Gadis itu sering kali mendapat perlakuan istimewa Rashaad, di gelayuti bahunya, di peluk singkat dari belakang, di usap pucuk kepalanyanya, di cubit pipi tembamnya dan selalu menjadi penyebab senyum Rashaad terkembang. Callista ingin berada di posisi itu. Bodoh memang kalau Callista perlu repot-repot menaruh kecemburuan pada adik Rashaad disaat seharusnya ia berusaha mencuri perhatiannya untuk melancarkan misi dekat dengan sang kakak. Tapi Callista benar-benar berada di titik tidak bisa kalau harus bersikap manis pada Adel. Satu-satunya yang Callista ingin adalah menjadi satu-satunya perempuan istimewa untuk Rashaad tanpa mau di bagi dengan siapapun dalam bentuk apapun. Egois? Itu sudah menjadi nama tengah Callista sejak lama.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now