7

743 91 5
                                    

Dany merenggangkan tangannya lebar-lebar, mencoba mengusir lelah di kedua pundaknya. Kaca mata yang sejak tadi dipakainyapun sudah di tanggalkan, dan untuk yang kedua kalinya kaleng cola di hadapannya mendadak kosong bersebelahan dengan beberapa bungkus snack yang menemani kesendiriannya mengerjakan tugas kuliah di swalayan center point dekat rumah Haikal. Kalau bukan karena wifi rumah Haikal yang sudah seminggu terakhir mati mungkin Dany lebih senang kalau harus menghabiskan berjam-jam waktunya di kamar dengan setumpuk tugas yang bisa dikerjakannya diatas kasur mungkin sambil sesekali merebahkan tubuh. Setidaknya berada dirumah tentu lebih menyenangkan.

Tapi kalau di pikir-pikir tak ada buruknya juga Dany bisa berada di tempat ini, setidaknya mata Dany bisa bebas bergrilya mengamati beberapa objek lalu membuat monolognya sendiri tentang apa yang sedang terjadi. Dari kursinya duduk di bagian paling pojok dekat dengan jendela besar yang menghadap ke jalanan Dany bisa melihat beberapa kendaraan berlalu lalang, beberapa singgah ke swalayan ini, beberapa memilih untuk bergegas ke tempat tujuannya masing-masing. Dari sini juga Dany bisa melihat seorang tukang parkir yang sedang menghabiskan puntung rokok yang entah sudah ke berapa di pantiknya sejak Dany sampai tadi. Dari situ juga Dany bisa mengamati sebuah keluarga kecil tengah duduk bersebelahan dengan gerobak Kebab Turki sedang mengantri untuk pesanan mereka, dalam diamnya Dany samar-samar bisa membayangkan lezatnya aroma Kebab yang sedang disiapkan, bahkan sampai bisa menerka-nerka bagaimana senyum akan terkembang di wajah keluarga kecil itu saat nanti mulai melahap Kebab pesanan mereka dirumah yang hangat.

Setelahnya mata Dany lebih memilih bergrilya mengabsen sudut-sudut swalayan itu secara cepat, bagaimana snack dan minuman di tata di raknya masing-masing, bagaimana kata diskon di tulis besar-besar untuk beberapa kue yang tinggal menunggu hari untuk tanggal kadaluarsanya, bagaimana dua orang kasir mencoba memamerkan senyum selebar mungkin, menyapa ramah satu persatu pengunjung yang datang, menutupi masalah besar yang mungkin sedang mereka hadapi atau hanya sekedar lelah yang menghimpit semua sel dalam tubuh mereka.

Dany suka berada di tempatnya sekarang, karena dia bisa dengan leluasa mengamati tanpa diamati balik. Meletakan narasi miliknya sendiri pada setiap objek yang memasuki retina matanya. Membuat kesimpulan atau tanda tanya yang tak membutuhkan jawaban berkeliling bersama udara di sekelilingnya.

Dany memang punya caranya sendiri mengamati semua hal. Misalnya bagaimana sepasang remaja masih begitu asik bersenda gurau sejak sebelum Dany datang sampai sekarang ketika Dany rasanya sudah mulai bosan telah menghabiskan 2,5 jam miliknya duduk disana, seakan bahan obrolan mereka berdua tak pernah menemui garis akhir. Atau mungkin bagaimana cara Dany mengamati empat orang yang sejak tadi menjadi penyaing tunggal suara musik dalam swalayan itu, terima kasih untuk tawa mereka yang menggema dan mengusik cuping telinga Dany. Beberapa kali Dany bahkan harus mengumpat dalam hati berkat tawa dua orang gadis diantara mereka yang sukses membuyarkan rangkaian kata-kata yang sudah apik disusunnya si kepala untuk di tuang dalam lembar tugas miliknya.

Terhitung sudah ketiga kalinya Dany menjumpai empat orang yang di duganya sebagai dua pasangan kekasih, mengingat mereka terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki. Dan dari ketiga hari itu, empat orang ini tak pernah berpindah tempat. Mereka selalu duduk di meja bundar berjarak 3 meter dari tempat favorit Dany. Dan seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi, malam ini Dany bisa melihat beberapa kaleng minuman beralkohol ada diatas meja.

Kalau boleh di tanya, sebenarnya Dany bukan tipe orang yang kelewat ingin tau dengan hidup orang lain. Bukan tipe orang yang mau cari masalah. Toh menurut Dany apa yang di lakukan empat orang itu masih dalam taraf wajar. Lagi pula masih begitu banyak hal yang layak Dany pikirkan ketimbang repot-repot mengurusi orang yang bahkan tak sedikitpun Dany kenal.

Jadi setelah mematikan laptop dan menyimpannya dalam tas ransel, Dany pun berbegegas pulang. Sayangnya malam ini langkah awal Dany untuk pulang sepertinya harus di gantungi sebuah kejutan tak diharapkan.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now