24

397 67 5
                                    

Mata Dany mengerjap-ngerjap sesaat setelah tubuhnya mendapat goncangan cukup keras oleh seseorang yang kini duduk dihadapannya dengan kantung mata hitam dan rambut warna perak yang di gelung asal-asalan. Sambil merenggangkan tubuh dan mengumpulkan nyawanya kembali, Dany mulai memproses soal keberadaannya di restoran cepat saji di jam 3 pagi ini.

"balik sana lo, tidur dirumah, terus ibadah minggu" perintah Adel yang sama sekali tak mengalihkan tatapan dari layar laptop dihadapannya.

"nanggung, biar abis adzan subuh aja sekalian" tolak Dany sambil berpangku tangan menatap Adel dengan serius.

"belom selesai?"

"bentar lagi"

"istirahat lo, kantung mata udah kayak kantung belanjaan emak-emak pas lagi bigsale. Biar gue yang selesain" ucap Dany mengambil posisi duduk di sebelah Adel lalu menarik laptop yang sedari tadi direngkuhnya.

"nanggung anjir, lagian gue nggak bisa tidur di tempat umum kayak begini, berisik!" balas Adel sambil menarik paksa laptop miliknya namun buru-buru di halau Dany dengan kedua tangannya yang tentu saja jauh lebih besar.

"yaudah besok-besok kalo emang mau ngelembur kayak gini nyari tempat yang lebih nyaman aja, biar bisa ditinggal tidur sebentar"

"mana ada tempat kayak begitu!"

"pasti ada, ntar gue pikirin. Udah lo diem aja bisa nggak sih? Coba merem deh! ntar gue bangunin kalo udah waktunya sholat subuh" ucap Dany setengah membentak Adel yang sejak tadi mencoba meraih laptopnya yang sengaja Dany angkat tinggi-tinggi.

"awas ya kalo lo bikin berantakan, itu dikit lagi udah mau selesai tau! Besok selasa juga gue udah presentasi buat finishingnya!"

"bawel! Udah buruan merem lo!"

"Dan, lo jomblo ya?" tanya Adel ringan setelah beberapa menit terjeda kesenyapan diantara mereka serta merta membuat Dany tersedak, padahal Dany sendiri sedang tidak makan atau minum apapun.

Di tolehkan kepalanya ke kiri dan menemukan Adel yang tengah membaringkan kepalanya diatas meja dengan berbantal lengan, lengkap dengan mata yang jelas digantungi lelah.

"kenapa lo tiba-tiba nanya begitu?"

"abis sampe sekarang gue kenal sama lo nggak ada cewe yang nyamperin gue marah-marah gara-gara sering ketemu sama cowoknya, bahkan pergi berdua sampe sepagi ini" ucapan Adel membuat Dany melepaskan tawa singkatnya.

"so how about you?" tanya Dany setelah mendorobg lapot dihadapannya sedikit menjauh, memberi ruang untuknya meletakan kepala diatas meja persis seperti yang dilakukan Adel, sehingga kini kepala mereka sejajar diatas meja.

"I'm an independent girl, boy!" ucap Adel ringan sambil menepuk-nepuk kepala Dany lalu memejamkan matanya, menunggu tanggapan manusia dihadapannya, tapi Dany sendiri hanya terdiam menatap cetak muka Adel lekat-lekat.

"gue nggak pernah pacaran" sambung Adel, namun lagi-lagi tak membuat bibir Dany tergerak untuk menanggapinya. Membuat Adel pada akhirnya membuka mata dan menatap mata Dany yang jelas-jelas kini tengah menatapnya, kening Adel otomatis berkerut.

"gue tau lo pasti mikir kalo gue aneh" ucap Adel sambil merubah posisinya berpangku tangan yang lagi-lagi di duplikasi Dany.

"gue nggak liat sisi anehnya disebelah mana" balas Dany pada akhirnya.

"really?" tanya Adel tak percaya, namun Dany memilih untuk mengangguk mantap.

"biar gue tebak alasan lo nggak pernah pacaran, karena lo nggak percaya sama yang namanya cinta kan?"

"kok lo bisa tau?" tanya Adel dengan mata mengerjap-ngerjap.

"soalnya gue juga sama"

"tapi lo pernah pacaran?"

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now