44

400 60 80
                                    

"oh!"

Itu adalah tanggapan pendek Citra setelah Atsa selesai menceritakan sederet rencananya untuk menyatakan perasaan pada Sheryl dengan 88 gambar lukisan gadis itu yang di buat oleh tangannya sendiri. Kenapa 88? Tak ada alasan pasti karena itu hanya banyaknya jumlah waktu yang mereka habiskan berdua untuk berkencan sampai akhirnya hati Atsa mantap seperti sekarang.

Tapi demi menambahkan kesan romantis mungkin Atsa akan beralasan karena angka 8 memiliki arti infiniti yang bentuknya tersambung tanpa terputus dan Atsa ingin hubungannya dengan Sheryl sama seperti filosofi itu. Lagi pula angka 8 di fengshui China juga merupakan angka yang baik, jadi biarkan Atsa meletakkan segala macam harapannya di angka itu.

88 lukisan itu tak lebih dari gambar wajah Sheryl di setiap kencan mereka lengkap dengan kisah unik yang sengaja Atsa sisipkan di ujung kertas gambarnya, seperti mereka yang telat masuk bioskop gara-gara ban Atsa kempes, atau seperti saat keduanya sengaja berlibur bersama keluar kota.

"kok cuma 'oh' sih?" tanya Atsa sambil menukikan ujung alisnya menatap Citra lekat-lekat.

"terus gue musti reaksi gimana? Udah hampir basi tau nungguin lo nembak Sheryl" balas Citra acuh sambil menghabiskan makanannya.

Atsa tidak suka sama sekali dengan tanggapan Citra, dulu siapa sih yang paling menggebu-gebu menyuruhnya segera menyatakan perasaan pada Sheryl? Kenapa sekarang tanggapan sahabatnya itu justru sedingin es? Tidak ada rasa tertarik dan bersemangat sama sekali seperti yang ada di kepala Atsa.

"kenapa baru sekarang sih Jar?" tanya Citra membuat Atsa mendongak dan menemukan sahabatnya itu tengah mengaduk-aduk sisa makanannya dengan tidak berminat, tumben.

"kan gue nunggu sampe hati gue siap Ja, gue nggak mau nyakitin dia. Makanya gue musti yakinin hati gue dulu baru setelahnya yakinin hati Sheryl"

"terus menurut lo Sheryl bakal nerima elo gitu?" pertanyaan aneh Citra membuat Atsa meledakkan tawanya, benar-benar terasa aneh sahabatnya itu menanyakan hal tak masuk akal yang sudah jelas jawabannya.

"yaiyalah, menurut lo aja selama ini kita udah kayak gimana, masa iya Sheryl nolak gue. No sense banget"

Benar apa yang Atsa katakan. Harusnya juga Citra tidak sebodoh itu, harusnya Citra juga sudah mempersiapkan diri kalau hal ini terjadi, terlepas dari sungguhan atau main-main niat Atsa. Tapi sebagai seseorang yang sudah melewati tahun-tahun bersama Atsa, yang bisa Citra tangkap kini Atsa tidak sedang main-main, yang ingin Atsa jalin bukan kisah cinta sembarangan yang biasa ia akhiri setiap kali bosan atau paling lama menginjak bulan ketiga. Kali ini ada sorot mata sungguh-sungguh terproyeksi dari maniknya. Dan fakta-fakta itu semua cukup untuk membungkam Citra disisa perjalanan pulang mereka.

Jangan pikir Atsa sebodoh itu untuk tidak peka. Diamnya Citra membuatnya bingung, awalnya ia masih berusaha keras memancing sahabatnya itu untuk buka suara, tapi jawaban-jawaban pendek Citra membuat Atsa lebih memilih mengikuti permainannya.

"lo kenapa sih?" tanya Asta mencegah Citra pamit saat keduanya sudah sampai di depan rumah Citra.

"gue? Emang gue kenapa?"

"lo diem aja dari tadi. Gue ajak bercanda tapi nggak nyaut, gue sengaja ngerem mendadak lo nggak nabrakin helm sambil nabokin gue. Lo aneh"

"gue kekenyangan, anjir ngantuk banget. Tadi sepanjang jalan gue udah mau merem aja, mana anginnya adem begini"

Bohong! Atsa tau Citra bohong karena sepanjang jalan tadi ia tak lepas melirik Citra dari kaca spionnya. Mata gadis itu tak sedikitpun menunjukan kantuk. Apalagi tadi Citra tak menghabiskan makanannya yang tersisa banyak, mana mungkin sekarang ia kekenyangan.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now