50 •E N D•

436 55 34
                                    

Empat tahun setelah wisuda Albar

Citra menggerakkan kursor untuk memberi warna pada layar laptopnya, ada sebuah sketsa gambar kafe disana. Dengan raut muka serius Citra mengatur setiap sudutnya sedemikian rupa sesuai yang diminta.

"jadi gini ya Nan, sudut sebelah sini dominan pink pastel. Terus ada mini stage sebelah sini" terang Citra sambil mencondongkan laptopnya kearah Kinan yang baru saja duduk sambil membawakan es latte untuknya.

"iya, kayak gitu" balas Kinan dengan senyum merekah.

"sorry ya Cit, permintaan gue banyak banget sampe lo musti revisi ditempat gini" sesal Kinan.

"santai, gue pernah dapet costumer yang lebih rewel dari elo. Beneran rewel sampe kepala gue mau jadi Hirosima-Nagasaki" balas Citra bercanda dan Kinan ikut tertawa.

"abis ini lo langsung ke wisudaan S2 Callista?"

"iyaa, kebetulan temen gue yang wisuda hari ini juga bukan dia aja"

"dijemput siapa? Atsa?" tanya Kinan sambil memperhatikan Citra membereskan barang-barangnya, lalu gadis dihadapannya ini menggeleng.

"enggak, dijemput Haikal. Nih dia bilang udah deket. Katanya lo mau nitip kado buat Callista sekalian?"

"iya, bilangin ya gue minta maaf nggak bisa dateng. Tapi gue janji bakal dateng ke nikahan dia kok" ucap Kinan sambil buru-buru menyerahkan sebuah paper bag warna merah muda kepada Citra.

Setelah menyelipkan cerita-cerita pendek sambil Citra menunggu jemputan Haikal, akhirnya yang ditunggu datang juga. Dengan keterburuan, Citra segera memasuki mobil yang di dominasi harum bunga lavender itu.

"ini kafe barunya Kinan?" tanya Haikal.

"iya, lokasihnya stretegiskan?" Haikal mengangguk sambil bergumam lalu kembali melajukan kendaraannya setelah memastikan Citra duduk dengan nyaman dan memakai sabuk pengamannya.

"punya temen fotografer freelance nggak Kal?"

"buat apa?"

"buat keperluan kafe Kinan sebelum dan waktu opening. Biasanyakan dia minta tolong Rizky, tapi berhubung beberapa bulan kedepan Rizky bakalan sibuk jadi sekarang dia bingung nyari orang" terang Citra sambil fokus membalas beberapa pesan di ponselnya.

"kenalin ke Saddam aja, dia hobi fotografer juga kok. Hasil fotonya juga bagus" tawar Haikal dan langsung disetujui Citra.

"ide bagus. Tadi udah ambil buket bunganya sekalian belum? Punya Callista? Punya Dara? Punya Nata?"

"udah bawel, di bagasi belakang semua, emang nggak kecium baunya?"

"baru pagi tadi kerasa pilek tapi langsung nggak bisa nyium bau apa-apa, sampe nggak bisa nafas juga" terang Citra sambil menggosok hidungnya sampai kemerahan dan bisa dilihat Haikal lewat lirikan matanya.

"makannya jangan kebanyakan makan es. Sadar diri kek udah makin tua, imunitasnya menurun, apalagi lagi sibuk-sibuknya gini bikin nggak sempet olah ragakan?" cerewet Haikal sambil mengusapkan telapak tangannya di pucuk kepala Citra yang justru balas memanggilnya dengan sebutan 'bawel' lengkap berserta nada suara seperti yang di keluarkan Haikal ketika memanggilnya dengan sebutan serupa.

Sepanjang perjalanan yang menjadi jauh lebih lama karena kemacetan di akhir pekan, keduanya terus menceritakan banyak hal, kebiasan lama yang masih sering mereka lakukan. Satu hal yang amat disadari Haikal, Citra adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa membuat Haikal cerewet menimpali kisahnya, membuka sisi lain Haikal yang kerap di klaim orang-orang sebagai si irit bicara dan anti sosial. Citra adalah orang yang bisa membuat perjalanan mereka jadi tidak terasa lama dan membosankan sampai seluruh mata orang-orang yang sudah datang lebih dulu menghunus keterlambatan mereka.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now