20

499 68 10
                                    

Dany tersenyum tengil saat manik matanya berhasil membidik siluet seorang gadis yang kemarin malam meninggalkan pesan untuk mereka bertemu hari ini demi menuntaskan sebuah hutang budi tak tertulis. Dany rasanya tak perlu bertanya dari mana Adel bisa mendapatkan nomor telfonnya. Yang Dany tau pasti gadis itu mengambil nomornya dari ponsel Rashaad pasti secara diam-diam, mengingat Rashaad sepertinya masih tidak tau bahwa adiknya dan Dany cukup punya sejarah tak mengenakan disetiap pertemuan mereka.

"you late!" tuding Adel sambil melirik Dany sinis.

"baru juga 20 menit" balas Dany santai sambil duduk di hadapan Adel, tak lupa dengan membubuhkan sebuah senyum tengilnya.

Alasan Dany nampak begitu tenang dan bahkan kelewat bahagia karena tak berhenti tersenyum adalah karena rencananya untuk menghadirkan kekesalan di wajah sinis dan dingin gadis di hadapannya ini sukses besar. Iya, Dany memang sengaja datang terlambat, Dany bisa menebak gadis seperti Adel adalah tipikal orang yang tidak suka menunggu. Dan benar saja wajah bulat Adel kini berhiaskan ekspresi wajah kesal yang coba ditahannya.

"jadi lo minta uang tutup mulut apa soal yang kemaren?" tembak Adel to the point tak membuat Dany terkejut, beberapa kali bertemu gadis ini membuat Dany bisa menerka-nerka sifat-sifat apa saja yang di milikinya, dan blak-blakan merupakan salah satu di dalamnya.

"let me join your secret project" balas Dany tenang.

"WHAT??????? ARE YOU FUCKING CRAZY???? NO! BIG NO!!!" tolak Adel mentah-mentah.

"why?"

"ya lo pikir emang gue siapa? Gue aja bisa magang kerja disitu butuh kerja keras, dan lo seenak jidat minta gue buat masukin lo keperusahaan gue? Sinting!" ucap Adel penuh emosi.

"gue nggak bilang minta di rekrut ke tempat lo kerja del"

"terus?"

"gue cuma bilang mau ikutan andil di projek lo"

Adel terdiam memproses perkataan Dany membuat dua alis tebalnya yang sangat mirip dengan cetak alis Rashaad seakan di tarik ke tengah sampai seolah bisa menyatukan kedua ujungnya.

"ijinin gue ikut campur proyek lo. Gue bisa ngasih ide dan ngebantuin lo" ucap Dany meyakinkan.

"sinting!" sungut Adel sekali lagi sambil jemari tangannya memijat pelipis kirinya yang mulai terasa nyeri.

"pikirin deh del, tawaran gue ini sama sekali nggak buruk. Kan dengan kata lain gue menawarkan jasa gue cuma-cuma buat bantuin lo. Lagian lo pasti keteteran kalo ngejar deadline projek lo sambil kuliah"

"gue cuti kuliah"

"Hahh???"

"gue udah magang di perusahaan itu dari setahun lalu, tapi belom bisa dapet projek buat diri gue sendiri gara-gara fokus gue musti kebelah sama urusan kuliah. Gue bener-bener nggak bisa fakus. Terus empat bulan lalu gue di tawarin buat proyek ini, mau nggak mau gue musti milih salah satu biar fokus gue kejaga. Gue milih ngambil cuti, kerena kesempatan kaya projek ini nggak bakal deteng dua kali" terang Adel.

"dan bang Rashaad nggak tau apapun soal ini kan?" tanya Dany saat teringat cerita pendek Rashaad soal kebiasaan Adel yang akhir-akhir ini sering pulang ke rumah dengan alasan jadwal kuliahnya yang tidak terlalu padat.

"no one know about it"

"but, now I know. Lo nggak takut gue lapor sama bang Rashaad?"

"nggak, soalnya yang terakhir kemaren lo bisa jaga mulut. Dan gue rasa sekalian aja gue cerita semuanya kalo ujungnya juga sama, lo tetep minta join sama projek gue" ucap Adel kembali pada mode normalnya. Catatan disini adalah mode normal Adel adalah mode wajah sinis dengan nada suara yang terdengar dingin dan tenang.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now