46

320 57 26
                                    

Semenjak membaiknya hubungan Haikal dan Sabia, yang Dany tau akan terjadi hanya dua kemungkinan. Satu, mungkin Sabia akan jauh lebih sering berkunjung ke apartemen mereka. Atau dua, mungkin justru Haikal yang akan jarang ada di apartemen.

Dan kenyataannya yang terjadi adalah kemungkinan pertama. Rasanya melihat Sabia keluar masuk apartemen menjadi hal biasa bagi Dany. Tapi yang jadi sedikit tidak biasa adalah ketika malam itu Sabia yang seharian tadi menemani Haikal mengerjakan tugasnya kini menunda rencana pulangnya demi memasak makan malam dengan Adel yang malam ini berniat menginap.

Sungguh kombinasi yang tak pernah Dany bayangkan, dua gadis dengan cetak muka dingin dan galak lengkap dengan dua sorot mata tajam kini tengah sibuk membagi ide mereka di dapur apartemennya, siapa sangaka Sabia yang kerap Haikal sebut sebagai gadis yang irit bicara itu sejak tadi menanyakan banyak hal soal bahan-bahan masakan pada Adel? Sementara ia dan Haikal justru menikmati pemandangan itu dari balkon luar sambil sama-sama menghabiskan batang nikotinnya.

"aneh, seharusnya gue nggak perlu nanya sih, tapi kenapa sejak lo balik deket sama Sabia gue justru jarang ngeliat Citra?" celetuk Dany tiba-tiba, namun tak sedikitpun menghadirkan keterkejutan pada lawan bicaranya.

"simple, gue lebih sering ngabisin waktu sama Sabia jadi jarang bisa jalan lagi sama Citra. Lagian kayaknya tuh anak lagi sibuk" balas Haikal tenang, kini justru Dany yang menunjukan tanggapan yang tak di perkirakan Haikal, saudaranya itu tersenyum tipis dengan kerlingan mata yang Haikal tau sedang mengejek sesuatu dari pernyataannya barusan.

"mau sampai kapan lo mencoba mengabaikan fakta penting antara lo sama Citra mas?"

"fakta apa? Gue nggak ngerti"

Dany kini menggirup dalam-dalan nikotinnya lalu membuang asapnya ke udara sambil menatap langit malam yang sudah mulai menghadirkan penghuninya.

"lo maupun gue tau, selama ini lo bisa deket sama Citra karena lo jadi orang pertama yang nyadarin dia soal perasaannya sendiri ke Atsa. Lo yang selama ini ngegiring Citra kesebuah jalan yang dulu sama sekali nggak pernah dia perhatiin. Lo yang ngulurin tangan buat ngebantu dia memperjelas keadaan, tapi sayangnya sekarang lo jadi salah satu orang yang bikin dia tersesat"

"gue nggak merasa sedikitpun bikin dia tersesat. Tapi emang gue akuin sekarang gue lagi nggak terlalu ngebantu dia buat nyari ujung jalan itu" balas Haikal masih tenang.

"tapi bukan itu yang gue tau dari Citra" balas Dany sedikit menurunkan nada suaranya dan kini mengalihkan pandangan ke bawah gedung apartemen mereka dengan sedikit mengawang.

"lo inget waktu gue ngejar dia pas lo sama Sabia baikan?"

Haikal mengangguk paham sepotong kejadian yang berlangsung beberapa minggu lalu dan masih lekat dalam ingatannyapun hadir.

"harusnya saat itu gue ketawa lebar waktu denger kebingungan dia, Citra bilang dia bingung sama perasaannya sendiri, soal siapa yang sebenernya dia suka, elo atau Atsa" ucap Dany kini sambil memainkan pemantik di tangan kirinya.

"gue ngerasa aneh dan lucu denger jawaban itu, gue pikir mana mungkin seseorang bisa suka sama dua orang sekaligus. Hati setiap orangkan cuma satu, itu berarti isinya juga satu orangkan? Tapi sekarang gue ngerti kenapa dia bisa ngerasa kayak gitu"

"lo pasti mikir, sejauh ini tanpa di sadarin ternyata gue udah ngasih harapan buat Citra dan bikin dia kelewat nyaman sama gue kan?" tebak Haikal saat menyadari Dany sengaja tak meneruakan kata-katanya.

"iya, lo sengaja nunjukin Citra jalan ke tempat Atsa tapi dengan ngebuat dia kelewat bergantung sama elo. Dan ketika elo tiba-tiba menghilang karena nemuin kembali jalan dan tujuan awal lo sendiri, itu bikin Citra kehilangan arah, dia bahkan nggak tau sekarang musti ngelangkahin kaki kemana, tetep di jalur dia buat menuju Atsa atau ngikutin langkah lo yang kini udah ada di jalur yang berbeda"

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now