38

315 53 15
                                    

Keadaan Rashaad dan Adel tidak bisa di katakan membaik sejak kepulangan mereka, yang ada justru keduanya sama-sama merentangkan jarak tak terlihat, saling menghindar dan masih sama-sama bungkam enggan membahas permasalahan yang masih saja menyelimuti mereka meski orang-ornag dirumah melemparkan tatapan khawatir dan ingin tau. Rashaad yang masih larut dalam penyesalan dan Adel yang masih menyalahkan dirinya sediri atas kejadian Zabella juga atas kebohongannya pada Rashaad. Keduanya kini justru semakin menyiksa diri sendiri, meski masih ingin terlihat hidup.

Rashaad yang awalnya ragu kembali ke kampus karena takut dan malu bertemu dengan teman-temannya, pada akhirnya menyerah karena sadar mengurung diri dalam ruang kamarnya sama saja dengan membiarkan penyesalan semakin sering bertandang, ia butuh mencari pengalihan, ia butuh melihat dunia agar sadar bahwa ada hal lain yang patut di syukuri. Jadilah hari ini Rashaad memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan menyelesaikan skripsinya, walau yang terjadi di setiap satu paragraf baru berhasil ia buat bayangan soal masalahanya kembali menyeruak.

Sampai pada akhirnya Rashaad menyerah dan memilih berpindah ke danau kampus yang tak jauh dari sana. Rashaad duduk di tepinya sambil menyumpal telinga dengan headsetnya dan memantik nikotinnya, berharap alunan lagu dan ke damaian danau bisa mengalihkan pikirannya. Tapi lagi-lagi itu tidak berhasil. Pertanyaan seperti, bagaimana kalau dulu ia memilih menyusul Zabella tiba-tiba muncul. Mungkin kalau saat itu ia ikut pergi dengan Zabella, Rashaad tidak perlu repot-repot menanggung rasa bersalah, Rashaad juga tidak perlu merasa kehilangan, Rashaad bisa lebih tenang. Tapi bayangan itu langsung sirna tatkala seseorang langsung menempatkan diri duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sebotol air mineral dingin.

 Tapi bayangan itu langsung sirna tatkala seseorang langsung menempatkan diri duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sebotol air mineral dingin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rashaad tak tau dari mana datangnya Callista siang itu, yang jelas satu pancaran rasa simpati tercetak kedua manik mata pelanginya. Rashaad tidak perlu bertanya atau menimbang-nimbang dari mana Callista bisa menghadirkan sorot mata itu, banyaknya relasi mereka yang saling berhubungan pasti membuat kisah Rashaad jadi mudah di bacanya.

"thanks" ucap Rashaad singkat sambil menerima uluran air mineral Callista dan melepas headsetnya

"dari mana?"

"dari perpustakaan, skripsian"

"oh" tanggap Callista pendek, lalu keduanya kembali diam.

Rashaad memilih kembali menatap tenangnya air danau sementara Callista sibuk meneguk teh botol miliknya.

"lo sendiri dari mana?" tanya Rashaad balik mencoba berbasa-basi karena Callista seperti enggan beranjak dari tempatnya meski bermenit-menit di diamkan Rashaad.

"tadi ngerjain tugas kelompok di sana, terus gue liat elo, gue samperin karena lo cuma duduk diem selama 15 menit" balas Callista jujur sambil menunjuk beberapa meja bundar di sekitar danau yang ramai dengan beberapa mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas maupun bercengkrama dengan temannya sambil menikmati bakso ojek paling terkenal di seantero kampus.

ιστορία - ISTORIAWhere stories live. Discover now