part 6

347 25 94
                                    

"Gue gak abis pikir, ya, sama sepupu lo, itu! Sakit jiwa beneran. Padahal mood gue sempat membaik selama beberapa hari ini, tapi semalam. Argh, gue ketiban sial mulu ketemu manusia model begitu," kata Raina panjang lebar dengan emosi yang meluap-luap. Kali ini memang benar-benar sudah membuat Raina kehabisan kesabaran dalam menghadapi tingkah Devan.

"Heh, bisa gak, sih, ngomongnya gak pake ngegas, gitu?" protes Vita, karena hal itu membuat telinga Vita menjadi berdengung.
Walau posisi mereka sekarang sedang duduk di koridor kampusnya, tidak membuat keduanya berbicara dengan santai. Padahal tempat mereka berada itu tidak jauh dari ruangan perpustakaan kecil yang memang disediakan pada setiap fakultas. Mereka memutuskan duduk sebentar di sana menunggu pulang ke rumah.

"Gimana gue gak ngegas, sepupu lo itu nyebelin banget tau, gak? Sok kegantengan. Sok oke. Ketemu bukannya minta maaf, malah makin cari masalah. Bagusin, tuh, otak sepupu lo!"

"Emosi banget nih, gue," sambung Raina lagi. Mulutnya seolah tidak ingin berhenti untuk mengomel.

Vita menghela nafas menghadapi omelan sahabatnya itu.

"Kan, gue udah bilang, Ra. Dia itu emang super duper nyebelin, kalau gak sesuai dengan keinginannya. Gue juga udah mati-matian buat bujuk dia supaya minta maaf, ke lo dan gak ngusik lo, lagi. Tapi mau gimana? Manusianya model begitu? Yaudah, sih, intinya lo diamin aja dia. Kalau ketemu, ya, menghindar aja," nasehat Vita yang sebenarnya sudah terbawa emosi juga. Emosi dengan ocehan Raina dan tingkah Devan yang memang akan sulit untuk di hentikan. Raina yang mendengar itu, pun memutar mata malas.

"Lo, tau gue kan? Gue itu gak suka ribet, dan gue ... Ya, cuek tapi dasar sepupu lo sakit jiwa. Ya, tetap aja gue nggak bisa menghindar," jawab Raina dengan wajah tertekuk. Ntah, sudah berbentuk apa.

Saat wajah Raina tak terkondisikan. Wandi datang dengan senyum mautnya. Mungkin Wandi berpikir dia dapat meluluhkan hati para cewek dengan senyumannya itu.

"Eh, kalian kok, belum pulang?" tanyanya pada mereka berdua. Vita tersenyum sementara Raina tidak peduli mimik wajahnya tetap saja terlihat kesal.

"Iya, bentar lagi nih, Wan. Lo kok belum pulang juga?" tanya Vita, sesaat Raina terabaikan.

"Iya gue tadi ada pertemuan dulu sama anak-anak." jawabnya sambil melirik ke Raina yang masih cuek bebek.

"Oh omongin tentang buat acara Dies Natalies nanti ya?" tanya Vita, yang setahunya Wandi memang salah satu panitia perayaan tersebut.

Wandi pun menganggukkan kepalanya. "Iya Vit." jawabnya singkat.

"Oh iya kalian pulang bareng? Atau?" tanya  Wandi kemudian dengan penuh harap, itu terlihat dari raut wajahnya. Ntah apa yang di harapkan cowok itu.

"Kita pulangnya bareng. Biasa deh Wan, Raina kan kegiatannya nebeng sama gue tiap pulang ngampus." jawab Vita enteng sambil cengengesan.

"Jatuhin aja terus." sahut Raina dengan ketus. Wandi tersenyum menyaksikan itu.

"Kalo misal kapan-kapan gue ajak lo pulang bareng. Boleh Ra?" tanya Wandi dengan perasaan harap-harap cemas. Raina menatap nya dengan satu alis dinaikkan. Sementara Vita tersenyum lebar.

"Boleh tuh Wan.. Sesekali lah Ra lo gak ngerepotin gue. Selagi ada Wandi tuh dengan ikhlas menawarkan diri. Kasian dia Wan, jomblo jadinya nebeng gue terus deh." Ucap Vita tanpa dosa. Sementara Raina menatapnya seolah berkata "Awas lo ntar." Vita sama sepupunya benar-benar paket komplit dihidup Raina. Sungguh Menyebalkan!

Wandi tersenyum senang seolah merasa dapat lampu hijau.

"Kita balik. Gue gerah!" intrupsi Raina dengan kesal. Dan langsung saja dia beranjak dari sana lalu pergi menjauh. Namun sebelum Vita melangkah mengikuti Raina. Dia menepuk bahu Wandi sambil berkata. "Tenang aja gue dukung usaha lo." ucapnya tersenyum dan menyusul Raina yang sudah semakin jauh. Jelas Wandi bahagia mendengar itu.

"Vita.. Buruan." seru Raina kepada Vita yang masih tertinggal.
Vita pun segera mempercepat langkahnya sambil cengengesan. Dia tahu jika Raina sudah sangat kesal.

Vita memang terlihat seperti mendukung Wandi untuk mendekati Raina, dan hal itu sudah cukup terlihat selama belakangan ini.

Padahal Vita tahu sendiri jika Raina sama sekali tidak memiliki ketertarikan dengan Wandi. Namun ntah apa yang membuat sahabatnya itu terlihat sangat mendukung kedekatannya dengan Wandi yang dikenal suka menebar pesona ke anak-anak lain.

Walau begitu, Vita tentu tidak memiliki hal jahat dengan Raina. Dia hanya ingin temannya itu luluh dengan seorang laki-laki sekali saja. Karena sebenarnya Vita belum pernah mendapati Raina mengatakan menyukai seseorang ataupun terlihat menaruh ketertarikan dengan seseorang.

Vita sibuk dengan urusan cinta Raina, namun dia sendiri masih saja sibuk menjomblo.

RainaDevan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang