part 21

172 4 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin, Raina malas untuk bertemu siapapun. Dia hanya ingin mengahabiskan waktu dirumah saja.

"Ra... Ada Vita tuh." Teriak Vivi kakaknya Raina.

Belum sempat Raina membuka pintu kamarnya. Suara ketukan yang amat kuat terdengar.

Tok.. Tok.. Tok..

"Sabar woi!" Kesal Raina.

"Lama amat sih lo." Dumel Vita setelah Raina membuka pintu.

"Ngapain lo kesini?"

"Mau ketemu elo lah." Balas Vita santai sambil nyelonong masuk dan mendudukkan dirinya di kasur Raina.

Raina melipat tangannya di dada.

"Gue masih marah sama lo." Sinis Raina.

"Iya deh iya gue emang salah. Udah deh jangan sinis begitu. Gue mau bilang sesuatu nih." Kata Vita semangat.

Raina sangat malas untuk menanggapi Vita, jadi dia memilih diam.

"Ntar malam kita jalan bareng... Sahabat gue Niken. Dan.... Kita bakal di traktir sama dia." Kata Vita masih dengan semangatnya.

Raina sama sekali tidak tertarik.

"Ya elah Ra... Seneng dikit kenapa sih?! Muka lo itu jangan di tekuk begitu, makin jelek lo."

"Gak peduli gue." Acuh Raina lalu berjalan ke arah meja belajarnya. Dan tentu jaraknya jauh dengan Vita yang sedang duduk.

"Lo ambil aja hikmahnya Ra soal kemarin. Dari sana lo tau gimana Wandi yang sebenarnya. Yakan?" Vita memastikan.

"Lo emang enak ngomong gitu. Oke gue jadi tau gimana pengecutnya si Wandi. Tapi dari situ gue makin banyak masalah." Raina memasang muka juteknya.

"Maksud lo?" Tanya Vita penasaran dan mendekatkan diri ke Raina.

"Lo tau? Sepupu lo itu, gue jadi punya utang ke dia."

"Kok bisa?" Tanya Vita tidak mengerti.

"Jangan bilang lo minjem uang dia buat bayar itu tagihan?" Sambung Vita lagi.

"Apes banget gue malam itu." Kata Raina.

"Yaudah sih kan lo tinggal ganti uangnya Devan. Beres kan? Eh tapi kok bisa Devan?" Tanya Vita kepo.

Raina pun menghela nafas.
Lalu cewek itu pun menceritakan secara detail ke Vita.

"Tapi yang buat gue pusing. Sepupu lo  itu, buat syarat ke gue." Kesal Raina. Dia baru menyadari bahwa syarat yang di berikan Devan sangat tidak masuk akal bagi Raina.

"Emang apa?" Tanya Vita.

"Dia minta buat gue bangunin dia tiap pagi, bilang selamat pagi, ngingatin buat makan, dan yang lebih parah dia minta gue untuk ikut dia kemana aja sampai liburan semester selesai nanti." Suntuk Raina.

"What?! Kemana aja? Termasuk ke toilet?" Tanya Vita dengan wajah lebay nya.

"Mungkin, sepupu lo kan gak waras." Ucap Raina asal.

"Gila! Sembarangan lo. Gak mungkin lah kalau ke toilet juga."

"Who knows?" Kata Raina acuh sambil mengendikkan bahunya.

"Dia emang aneh plus gila, tapi gak mungkin juga kalo sampe begitu." masih saja Vita berpikiran seperti itu, dia seperti anak kecil yang tidak mengetahui mana yang tidak mungkin dilakuin dan yang mungkin saja dilakukan oleh Devan.

"Tapi Devan gak boleh begini sih. Gue takut ini cara dia buat elo jadi suka dia ntar. Terus setelah elo suka sama dia. Dia bakalan ninggalin lo gitu aja, cari mangsa baru lagi deh itu anak." Terang Vita lagi.

"Gak bakal terjadi." Tegas Raina.

"Iya jangan sampai deh." Seru Vita, lalu sesaat di terdiam seperti memikirkan sesuatu. Namun dengan cepat mengalihkannya.

"Terus tadi pagi elo chatan dong sama Devan?" Tanya Vita lagi.

Raina hanya bergumam.

"Udah deh Ra, mending lo balikin aja uang Devan terus lo gak usah lakuin yang dia minta itu." Vita memberi solusi ke Raina, sementara Raina memutar bola mata malas.

"Heh.. Lo tau? gue udah ngomong gitu ke dia. Dan rencananya ntar sore gue balikin itu duit. Tapi dia malah ngancem gue."

"Maksud lo ngancem gimana?" Tanya Vita dengan suara sedikit meninggi.

"Dia bawa-bawa nyokap gue. Dia kan tau banget kalo nyokap gue seneng banget sama dia. Dia ngancem bakal sering datang ke sini dan buat pengakuan kalo gue itu pacaran sama dia." Jelas Raina sedikit emosi.

"Dia bilang gak perlu buat gantiin duitnya yang kepake. Yang penting itu gue harus ngikutin syarat konyolnya itu." sambung Raina lagi dengan raut wajah kesal.

Vita terdiam lagi sesaat seolah memikirkan sesuatu.

"Kenapa lo diam?" Raina membuyarkan yang ada dalam pikiran Vita.

"Eh.. Hmm gapapa. Asal lo gak sampai kepincut aja sama mulut manisnya Devan." Khawatir Vita.

"Gue tau." balas Raina masih dengan wajah sebalnya.
Setelah itu Raina pun mengalihkan percakapan mereka ke topik lain, agar tidak terus menerus membicarakan hal konyol seorang Devan.
Raina tidak menyadari ada hal yang sepertinya Vita cemaskan dengan kedekatannya dengan Devan kedepannya.

RainaDevan (Completed)Where stories live. Discover now