part 11

270 20 40
                                    

Raina udah beres dengan penampilannya. Dia memakai pakaian yang simple, tidak berlebihan sama sekali. Tenang saja dia tidak terlihat buluk seperti kata Vita sebelumnya. Aura kecantikannya tetap terpancar.

Raina kembali memperhatikan make upnya. Dia merasa sudah cukup, tidak berlebihan dan terlihat natural.

Raina pun tersenyum menatap dirinya pada cermin.

"Cantik juga gue." Gumamnya kecil sambil tersenyum.

Ntah roh apa yang masuk pada Raina sehingga menjadi kepedean begitu. Sudah mirip dengan cowok yang dia idam-idamkan dan nanti-nantikan walau masih belum ia sadari.

"Ra.. Ada temen kamu tuh." Teriak mama Rani.
Raina pun melirik jam dinding kamarnya.

"Cepat banget datangnya." Gumamnya
Lalu Raina pun meraih tas kecilnya yang senada dengan warna dressnya.

Raina pun segera beranjak dari kamarnya.
"Kamu tuh ya kalo di panggil ya nyahut." Sungut mamanya.
"Lah ini kenapa rapi dan cantik banget anak mama?" Tanya mamanya penuh selidik.

Raina memutar bola mata malas. Lalu menghembuskan nafas kasar. Pasti mamanya yang cerewet itu lupa.

"Kan aku uda bilang ma.. Mau ke acara ulangtahun Vita." Jawab Raina sedikit malas.

"Ah masa sih? Kak... emang bener Rara uda bilang ke mama?" Tanya mama Rani mengalihkan pembicaraannya ke Vivi dengan suara sedikit kencang. Sementara Vivi yang berada di depan televisi yang sedang menyala, sibuk dengan ponselnya sambil cengengesan. Mungkin dia sedang menyaksikan anak alay yang bermain Tik-tok.

"Ihh mama apaan sih mana kak Vivi tau. Emang dia cenayang? Mama aja yang lupa." Raina mulai cemberut.

"Udah deh ma.. Ntar aku telat. Yang ada si Vita bisa mencak-mencak, lagian uda ditungguin juga." sambung Raina lagi.

"Kamu pergi sama cowok yang anterin kamu tadi?" Tanya mamanya kelewat kepo.

Raina hanya bergumam.
"Dia anak baik-baik kan?" Tanya mamanya lagi. Yang membuat Rain semakin jengah.

"Sejauh yang aku kenal iya mama."
Mama Raina hanya mengangguk walau masih kurang yakin.

"Oh iya ma. Papa mana?" Tanya Raina sambil mengedarkan pandangannya.

"Biasa lah, Papamu lagi ngopi sama teman-temannya. Papa mu itu kan jiwa anak muda banget. Demennya nongkrong. Untung aja gak sambil godain anak gadis orang." Mama Raina mulai curhat.

"APaan sih ma. Yaudah deh aku pergi dulu." Pamit Raina.

"Hmm hati-hati."

Tiba-tiba Vivi nimbrung mungkin dia sudah selesai menyaksikan anak alay itu berjoget ria. "Eh mau kemana lo? Tumben lo cantik gitu. Ma, dia udah pamitan belum?" cerocos Vivi.

Raina tidak peduli dan langsung menemui Wandi. Raina masih mendengar ocehan dari kedua wanita itu.

"Eh hai. Kita pergi sekarang?" sapa Wandi dengan senyum bahagianya.

"Iya"

"Mama lo mana? Gue mau pamit."

Raina langsung menarik lengan Wandi bermaksud untuk langsung pergi saja.

"Gak perlu ntar yang ada lo malah dintrogasi dan itu bisa makan waktu seharian." kata Raina enteng sambil keduanya berjalan ke arah mobil Wandi yang sedari tadi terparkir.

"Oh gitu ya." kata Wandi sambil mengangguk tanda mengerti.

Saat sampai, Raina memperhatikan suasana rumah Vita mulai dari pintu gerbang hingga kedalam rumah Vita.

Terlihat juga sudah banyak teman-teman mereka yang hadir.

"Ini yang katanya acara syukuran biasa? Alay banget sih mama Vita, ehh atau Vitanya yang alay?" Batin Raina.

Bagaimana tidak? Terlihat disana adanya lampu kerlap-kerlip, balon-balon yang penuh warna, bunga, meja-meja sebagai tempat hidangan makanan yang cukup banyak dan terdapat hiasan-hiasan di dinding yang bertuliskan "Happy Birthday Agatha Vita Shara."

Tanpa sadar, sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan kedatangan Raina bersama Wandi.

"Lo mikirin apa Ra?" Inturpsi Wandi yang sejak tadi memperhatikannya.

"Eh. Nggak, gue nyari Vita. Dia dimana ya?" Tanyanya sambil celingak-celinguk.

"Coba kita lihat ke belakang sana deh." Usul Wandi sambil menunjukkan arah.

Saat berjalan kearah yang ditunjuk Wandi. Beberapa teman mereka menghampir keduanya.

"Eh kalian barengan ya?" Tanya Dina si cewek yang selalu butuh perhatian saat sedang kuliah.

Raina diam. Malas meladeni mereka. Berbeda dengan Wandi yang menyahuti pertanyaan itu dengan tersenyum. "Iya." jawabnya.

"Kok bisa? Jangan bilang kalian jadian?" Tanya Yati penuh selidik sambil menunjuk kearah Raina dan Wandi.

Wandi terkekeh. "Belum kok."
Raina membulatkan mata. "Apa? Belum? Berarti akan gitu?" Batinnya.

"Gue duluan ya. Soalnya mau ketemu Vita dulu." Seru Raina sebelum perbincangan itu meleber kemana-mana. Raina berjalan menjauh ke arah Vita yang terpantau matanya.

Raina gak peduli dengan Wandi yang masih meladeni ketiga cewek itu.

Tinggal beberapa langkah lagi menuju keberadaan Vita yang sedang ngobrol asik. Tiba-tiba Raina di cekal oleh seseorang. Raina pun berbalik dan langsung terheran.

"Ngapain lo disini?!"

"Santai dong lo.. Baru ketemu udah galak aja." jawabnya santai, tangannya pun dilipat di dada.

"Lo ikutin gue?" tuduhnya dengan nada galak.

"Ck. Perasaan banget lo. Lo lupa Vita itu siapa gue?" Tanyanya menantang.

Raina lupa jika Devan itu sepupu Vita jadi wajar saja sekarang Devan ada disana.

"Gak peduli gue. Sekarang lepasin tangan gue. Gue mau ketemu Vita." Kata Raina dengan wajah datar tapi matanya tetap menyiratkan tanda permusuhan.

"Oke.. Oke.. Gue lepasin. Takut banget sih kalo cowok lo cemburu." Mendengar itu alis Raina bertautan karena tidak  mengerti sama ucapan Devan.

"Gue gak punya cowok bego." Jawabnya sarkas.

"Serius dia bukan cowok lo? Bagus deh.. Seneng gue dengernya. Oh iya kalo saran gue nih ya lo jangan deket-deket deh sama dia. Feeling gue bilang dia bukan cowok baik-baik." Kata Devan dengan wajah sok serius.

"Sok tau lo!"

"Gue cowok.. Gue tau mana cowok yang baik-baik dan yang nggak." Jelasnya lagi.

"Emangnya situ baik?" sindir nya sinis. Devan pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Yaudah deh. Sekarang lo bisa jumpain Vita. Karna urusan gue udah selesai. Oh iya nanti pulang bareng gue ya. Soalnya gue tadi gak bareng keluarga gue. Jadinya sendiri kesini. Gue gak mau dong pulangnya sendiri juga." Kata dengan wajah tengil andalannya.

"Serah lo!" Teriak Raina lalu saat akan kembali menuju tempat Vita tadi berada, tiba-tiba langkahnya berhenti.

"Lah si Vita ngilang lagi." runtuk Raina dalam hati.

"Kenapa?" Tanya Devan dengan wajah tanpa dosa.

"Lo gak lihat? Vita uda ngilang lagi?! Itu semua gara-gara lo tau gak?!" Emosi Raina kembali meluap. Jika sudah berhubungan dengan Devan emosi Raina suka meluap-luap.

Devan hanya mengendikkan bahu tanda acuh.

Lalu meraih Raina kembali.

"Ikut gue yuk." Ajak Devan ramah dan memberikan senyuman indahnya.

Raina mengerutkan dahinya dan langsung menolak ajakan Devan dengan berusaha melepas genggaman itu.

"Udah jangan galak-galak lagi udah cantik juga. Ikut gue mungkin bisa bikin lo jadi adem." Rayunya dengan wajah yang super menyebalkan menurut Raina.

RainaDevan (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz