part 10

288 19 78
                                    

Hari ini ulang tahun Vita sahabat Raina. Raina sudah menyiapkan hadiah sebelumnya untuk sahabatnya itu. tapi dia berencana memberikan itu saat dirumah Vita saja. Orang tua Vita menyuruh Vita untuk mengundang teman-temannya datang sebagai perayaan syukuran saja dirumahnya. Dan tanpa di tanya lagi Raina juga harus ikut. Maka dari itu Raina berniat nanti malam saja memberikannya.

"Ntar jangan lupa ya dateng, dandan yang cantik lo. Jangan sampe gue lihat lo buluk sendiri." Vita mengingatkan. Ntah sudah berapa kali Vita mengatakan itu. Vita tahu kalau Raina itu cuek sama penampilan. Raina hanya memutar bola mata malas.

"Oke bye gue duluan." pamit Vita dan berlalu begitu saja.

"Gini nih kalo temen lagi ultah. Sesukanya aja buat ngomong." batin Raina kesal.

Baru beberapa Raina melangkah. Tiba-tiba Wandi memanggilnya.

"Duhh apaan lagi sih ini?" gumam Raina malas.

"Gak pulang bareng Vita?" tanyanya.

Raina hanya mengendikkan bahu. Tanda malas untuk menjawab.

"Kalo lo mau boleh bareng gue." tawarnya. Raina hanya memberikan senyum malasnya lalu berbalik untuk menjauh dari Wandi. Oke Wandi emang good looking banget cuma Raina sama sekali tidak tertarik.

"Ra tunggu dong.. main tinggal aja sih." Wandi berusaha mensejajarkan langkahnya dengan cewek itu.

"Lo lagi bete ya?" tanyanya lagi. Raina lagi-lagi masih diam dan langkahnya juga berhenti sejenak lalu menoleh kearah Wandi.

"Lo ngomong dong Ra.. jangan diem aja. Gue bingung mau gimana." jujur Wandi.

Raina masih diam malas untuk bersuara. Tiba-tiba Wandi teringat sesuatu.

Tadi sebelum pulang Vita sempat bicara ke Wandi supaya datang ke acara ulang tahunnya. Dan jemput Raina supaya mereka bisa barengan. Vita udah kasih cara gimana caranya supaya Wandi berhasil pergi bersama Raina nanti. Jelas saja Wandi bahagia mendengarnya.

"Ini cewek yang paling susah gue taklukin." batin Wandi.

"Ra ntar kan lo datang juga ke acara ulangtahun Vita kan? Gue jemput ya?" tawarnya ramah.

Raina mengerutkan keningnya.

"Iya jujur sih. Pengen banget ke acara itu bareng elo. Mau kan?"

"Terserah deh." ucap Raina malas.

"Yes." batin Wandi. Dia pun tersenyum lebar.

"Yauda, sekarang bareng gue yuk. Gue anterin." ajak Wandi lagi.

"Tapi gue masih mau ke toko Roti."

"Yaudah gapapa gue anterin sekalian." Wandi menawarkan dengan senang hati.

Tampak Raina berpikir sejenak. Lalu dipikirnya tidak ada salahnya juga biar lebih cepat juga kan. Dan akhirnya Raina mau. Hari ini emang mood Raina naik turun. Itu lah Raina.

Mereka pun pergi dari sana. Wandi dengan setia menemani Raina, mulai mengantarnya ke toko Roti, lalu memilihnya. Setelah itu mengantar Raina sampai rumah. Selama bersama Raina, cowok itu sabar menghadapi sikap Raina yang cuek dan dingin. Dia selalu punya cara agar membuat Raina nyaman. Dan Raina terlihat nyaman-nyaman saja.

"Emang kuenya buat siapa sih?" tanya Wandi saat dijalan menuju rumah Raina.

"Buat mama." sahutnya singkat. Sementara Wandi hanya mengangguk.

"Sampai Ra.." kata Wandi saat sudah tepat berada di depan rumah Raina. Raina turun lalu membuka helm milik Wandi memberikannya.

"Oke thanks Dy. Gue masuk ya." kata Raina sedikit menipiskan bibirnya.

"Oke. Jangan lupa ntar gue jemputa ya. Thanks lo uda mau gue anterin."

Raina terkekeh kecil. "Apa sih lo. Harusnya gue yang makasih."

"Ya gapapa. Itu karna gue seneng aja bisa nganterin elo sampai rumah."

Raina memutar bola mata. "Terserah deh. Yaudah gue masuk. Bye." balas Raina dan langsung segera masuk ke rumahnya.

Wandi senyum-senyum gak jelas sedari tadi. Lalu dia pun beranjak dari sana.

"Kamu kok lama sih Ra?" tanya mama Raina ke inti.

"Ya maaf ma. Macet." jawab Raina asal.

"Yang tadi siapa? Pacar kamu?" tanya mama Rani penasaran.

"Bukan lah. Temen doang."

"Oh kirain. Oh ya kamu inget nggak sama cerita mama waktu itu? Yang di tolongin sama ibu dan anaknya yang cowok itu lho, waktu di supermarket." jelas mama Rani panjang lebar. Dan Raina hanya bergumam.

"Ternyata rumah mereka di komplek ini juga loh. Tadi tuh kebetulan lewat sini jadi mama ajak masuk terus cerita deh kita." jelas mama Rani panjang lebar. Raina masih setia mendengarkan cerita mamanya itu.

"Nah trus tuh ya. Anak cowok yang  bantuin mama waktu itu, ternyata sekampus sama kamu. Tadi kata mamanya namanya.. mm siapa sih? Duh mama lupa lagi." terlihat mama Rani berusaha mengingat, namun gagal.

"Pokoknya itu deh Ra, ntar kapan-kapan ketemu deh sama anaknya itu, ganteng loh, baik, sopan, ramah." ucap mama Rani antusias sambil memainkan jari-jarinya.

"Yakin gue kalau gue ini kak Vita.. pasti 3 novel langsung jadi." gumamnya Raina pelan. Sebenarnya Raina tidak terlalu tertarik dengan cerita mamanya. Tapi mau gimana, dia tidak mau jadi anak yang durhaka karena tidak mendengarkan  cerita mamanya.

"Apa Ra? Kamu ngomong apa? Yang kenceng dong suaranya." intrupsi mamanya. Lalu memasukkan kueh itu kedalam mulutnya setelah tadi dipotong-potong.

"Nggak ma.. Yaudah deh aku ke kamar ya ma." Raina pun berlalu menuju kamarnya.

"Jangan lupa loh pesan mama tadi." teriak mamanya karena Raina sudah menjauh.

Raina berhenti sebentar karena bingung. "Emang si mama pesan apaan? Duh salah makan apaan sih mama gue selama ini? Suka gak jelas sendiri." katanya bicara sendiri. Setelah itu dia tidak memikirkannya lagi.

RainaDevan (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum